jf_pratama Publish time 30-4-2007 06:24 PM

Festival Film Internasional Singapura Ke-20

Opera Jawa Raih Penghargaan Film Asia Terbaik 2007

Istimewa - Film Opera Jawa

Film Opera Jawa meraih penghargaan Film Asia Terbaik 2007 di ajang Festival Film Internasional Singapura (FFIS) ke-20. Film karya sutradara Garin Nugroho itu masuk dalam 11 film yang dikompetisikan, setelah melewati seleksi dari 300 film yang dikirim 45 negara.

Film Opera Jawa juga menjadi film penutup penyelenggaraan festival. Sebelumnya, film-film asal Indonesia juga sempat diputar di FFIS dalam forum Asian Cinema yakni Betina karya Lola Amaria, 3 Hari Untuk Selamanya karya Riri Riza, dan Koper karya Richard Oh.

"Kemenangan ini menunjukkan bahwa kebudayaan lokal adalah kekuatan yang menjadi symbol global selama kita mempunyai gagasan dengan manajemen mengelola kekuatan local. Sebut saja, Peter Brooks telah membuktikannya lewat Mahabarata dan Robert Wilson dengan Ilaga Ligo," ujar Garin.

Sejak diluncurkan tahun 2006, film Opera Jawa telah banyak meraih penghargaan baik dalam maupun luar negeri. Antara lain: predikat Best Actress (Artika Sari devi) dan Best Composer (Rahayu Supanggah) di Festival Tiga Benua Nantes, Prancis. Film ini juga menyabet penghargaan untuk kategori Best Composer (Rahayu Supanggah) di Hong Kong Inter- national Film Festival. Di ajang FFI, Opera Jawa juga menerima penghar- gaan untuk kategori Komposer Terbaik dan Penu- lisan Cerita Adaptasi ter-baik (Garin Nugroho dan Armantono).

FFIS telah memasuki tahun ke-20 sejak diselenggarakan tahun 1987. Festival ini telah menjadi festival bergengsi di Asia dan telah membawa Asia ke pasar dunia. FFIS berfokus pada Asian sinema dan telah menjadi platform untuk film-film baru Singapura dan jendela film-film Asia Tenggara.

Silver Screen

Untuk mendorong perbaikan mutu di antara pembuat film Asia, FFIS memperkenalkan sebuah penghargaan yang disebut Silver Screen Award yang mulai diberikan pada tahun 1991. Philip Cheah sebagai direktur FFIS telah banyak berjasa membawa karya-karya Indonesia dari awalsampai ke dunia internasional, seperti Cinta dalam Sepotong Roti karya Garin Nugroho.

Dalam ajang FFISini, film Other Half (Tiongkok) karya Ying Liang mendapatkan Jury Prizes. Sementara itu, kategori Best Director dimenangi Shawkat Amin Korki asal Irak lewat karya Crossing The Dust.

Juri FFIS juga memilih Carlos Chahino yang bermain dalam film The Last Man garapan sutradara Lebanon Chassan Salhab sebagai Aktor Terbaik, sedangkan kategori Aktris terbaik dimenangi Han Hyo Ju yang bermain dalam film Ad Lib Night karya sutradara Korea Selatan Lee Yoon Ki .

FFIS memiliki sejumlah antara lain: Silver Screen Awards yang merupakan forum kompetisi. Ada juga program Asian Cinema merupakan forum pemutaran film-film Asia.

FFIS juga menyelenggarakan program world Cinema forum pemutaran film-film dari seluruh dunia. Special Program juga diadakan FFIS yang merupakan forum untuk spesial program seperti pemutaran film-film yang memenangi Silver Screen Award dari tahun 1991-2006. FFIS juga diramaikan dengan pameran, forum diskusi, semina dan lokarkarya.

jf_pratama Publish time 30-4-2007 06:28 PM

Festival Film Bandung 2007"Nagabonar Jadi 2" Rebut 6 Penghargaan Terpuji

http://www.suarapembaruan.com/News/2007/04/30/Hiburan/30filmf1.gif
Pemain film, sutradara, dan produser senior, Chitra Dewi(tengah),memberikan sambutan setelah mendapat penghargaan khusus dalamFestivalFilm Bandung (FFB) 2007 di Bandung, Minggu (29/4). Panitiamenilaidedikasi dan sumbangsihnya terhadap dunia perfilman Indonesiasangattinggi. Penghargaan serupa pernah diterima oleh Rachmat HidayatdanIdris SardiFoto-foto: SP/Adi Marsiela


http://www.suarapembaruan.com/News/2007/04/30/Hiburan/30filmfe.gif

Pemeran utama pria dalam film "Nagabonar Jadi 2", Tora Sudiro,meluapkan kegembiraannya setelah terpilih menjadi pelakon utama priaterpuji dalam Festival Film Bandung (FFB) 2007 di Bandung, Minggu(29/4).
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/04/30/Hiburan/300407ta.gif
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/04/30/Hiburan/30filmf3.gif
Pemeranutama wanita film "Heart", Nirina Zubir, menunjukkan piala yangdiraihnya sebagai pelakon utama wanita terpuji dalam Festival FilmBandung (FFB) 2007 di Bandung, Minggu (29/4). Dia mengalahkan Luna Maya("Jakarta Undercover"), Raihaanun ("Badai Pasti Berlalu"), Titi Kamal("Mendadak Dangdut"), dan Wulan Guritno ("Nagabonar Jadi 2").

Film Nagabonar Jadi 2berhasil menyabet penghargaan terbanyak dalam Festival Film Bandung(FFB) 2007. Para pengamat film FFB meloloskan enam dari sembilannominasi terpuji FFB 2007 untuk film tersebut. Pengumuman film dannarafilm terpuji FFB 2007 berlangsung di Hotel Horison, Bandung, Minggu(29/4) malam.

Dalam FFB ke-20 ini, tercatat ada 31 judul film dan 25 judul sinetronyang masuk dalam nominasi. Seluruh nominasi tersebut sudah ditayangkandalam kurun waktu satu tahun semenjak bulan Maret 2006.

"Tujuan kami sederhana, hanya ingin memberitahukan kepada masyarakat,film atau sinetron apa yang layak ditonton," ungkap Ketua Umum FFB2007, Eddy D Iskandar dalam sambutannya.

Enam penghargaan bagi film Nagabonar Jadi 2itu berasal dari nominasi editing (Tito Kurnianto), penulis skenario(Musfar Yasin), pelakon pembantu pria (Lukman Sardi), pelakon utamapria (Tora Sudiro), sutradara (Deddy Mizwar), dan film terpuji.

Untuk kategori sinetron terpuji FFB 2007, terpilih Dunia Tanpa Koma dalam nominasi sinetron drama. Sedangkan untuk nominasi sinetron lepas, dimenangkan oleh sinetron Guruku Sayang, produksi dari PT Media Citra Nusantara.

Selain itu, FFB juga memberikan sebuah penghargaan khusus kepada pemainfilm, sutradara, dan produser senior, Chitra Dewi (73). Panitia menilaidedikasi dan sumbangsihnya terhadap dunia perfilman Indonesia sangattinggi. Penghargaan serupa pernah diterima oleh Rachmat Hidayat danIdris Sardi.
"Saya terharu, ko masih ingat," tutur Chitra sembari dipegangi cucunya di atas panggung.

Panitia juga menetapkan film Denias sebagai film etnis terpuji. Penghargaan dalam bentuk khusus ini sebelumnya tidak ada dalam nominasi FFB 2007.
Dalam festival kali ini ada 15 nominasi yang dinilai untuk kategorisinetron, antara lain sinetron drama terpuji, sinetron remaja terpuji,sinetron laga/misteri terpuji, sinetron komedi terpuji, sinetron FTV(lepas), dan lain-lain.

Sementara untuk film, ada 11 nominasi yang diperebutkan yaitu, nominasiediting terpuji, penata artistik terpuji, penata kamera terpuji, penatamusik, penulis skenario, sutradara, lakon utama pria terpuji, lakonutama wanita terpuji, pembantu pria terpuji, nominasi lakon pembantuwanita terpuji, dan nominasi film terpuji FFB 2007.

"Kriteria penilaian yang masuk nominasi hampir sama dengan kriteria penilaian Festival Film Indonesia (FFI),"ujarnya.

Tidak Sembarangan

Eddy menuturkan, dalam penjurian FFB, dewan juri memegang konsekuensiuntuk menerapkan kriteria yang telah ditetapkan. Pemilihan dewan juripun tidak dilakukan sembarangan, harus yang mengerti tentangperkembangan dunia sinetron dan perfilman nasional.

"Juri yang berpartisipasi di sini berasal dari berbagai profesi. Merekadipilih tidak hanya untuk ada FFB saja, tapi konsisten mengamati filmterus-menerus. Berbeda dengan juri FFI yang ditunjuk. Makanya,penilaian kami juga terpuji dan dijamin netral. Semua film dan sinetronyang tayang, ditonton semua. Ada tanggung jawab moral untukmenginformasikan masyarakat, apa saja yang layak ditonton," tambah Eddy.

Sementara itu, Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N),Deddy Mizwar mengharapkan agar dalam usianya yang ke-20, FFB dapatmenentukan sikap.
"Ini sejarah yang panjang. Untuk masuk FFB tidak perlu mendaftar, asalmereka ditayangkan di Bandung. Karena uniknya, FFB ini bukan hanyamilik orang Bandung, sudah saatnya go nasional," tegas dia.

Ketua regu pengamat sinetron, Aam Amilia menyatakan banyaknya sinetronyang ditayangkan oleh televisi tidak otomatis memenuhi kriteria yangdianggap layak. Banyak sinetron yang mengadaptasi ceritanya dari serialtelevisi di luar negeri seperti India, Korea, Taiwan, dan lainsebagainya.

"Sangat disayangkan, itu namanya bukan adaptasi tapi penjiplakan.Sinetron yang seperti itu kami anggap tidak layak masuk ke dalamnominasi FFB karena tidak ada unsur mendidik, menghibur dan memberikaninformasi. Hanya tontonan yang monoton dan tidak menarik," imbuhnya.

[ Last edited byjf_pratama at 30-4-2007 06:34 PM ]

mrstan Publish time 1-5-2007 01:31 PM

kenapa nggak ada filem "berbagi suami"?itu filem indonesia terbaik tahun lepas.

slay789 Publish time 2-5-2007 01:13 AM

ape kejadahnye cite indon

jf_pratama Publish time 2-5-2007 09:20 PM

http://www.suarapembaruan.com/News/2007/05/02/Hiburan/02bonaga.gif

"Nagabonar" Jadi Sejuta

Ajang Festival Film Bandung (FFB) 2007 yang baru saja usai digelar Minggu (29/4) membawa kesan tersendiri bagi film Nagabonar Jadi 2.Selain menyabet enam dari 11 nominasi terpuji dalam ajang tersebut,hari itu bertepatan satu bulan masa tayangnya di bioskop-bioskop.

Atas dasar itu, produser, pemain, dan para pendukung film produksi DemiGisela Citra Sinema ini membuat sebuah acara syukuran sederhana.

Dengan meminjam satu ruangan di Hotel Horison Bandung, mereka mengundang rekan-rekan wartawan untuk berbagi kebahagiaan.

Sebuah kue tart berbentuk kotak dengan angka satu juta di atasnyamenanti untuk dipotong. Sutradara sekaligus pemain film itu, DeddyMizwar menuturkan angka satu juta itu sesuai dengan jumlah penontonyang sudah mengapresiasi karyanya.

"Mudah-mudahan memasuki minggu kelima bisa melebihi (satu juta),"ujarnya sesaat sebelum memulai prosesi pemotongan kue bersama ToraSudiro, Wulan Guritno, Lukman Sardi, Tito Kurnianto (editor), SamuelWattimena (artistik dan kostum), Musfar Yasin (penulis skenario), danpendukung lain.

Syukuran itu, terangnya, merupakan bentuk terima kasih para pendukungfilm atas kerjasama para insan pers dalam mempublikasikan film Nagabonar Jadi 2. "Selain kerja keras seluruh teman-teman produksi, peran pers juga sangat penting dalam menggabungkan Nagabonar," sambungnya.

Sebagai apresiasi terhadap karyanya, mereka berhasil merebut enampenghargaan terpuji FFB 2007, dari nominasi editing (Tito Kurnianto),penulis skenario (Musfar Yasin), pelakon pembantu pria (Lukman Sardi),pelakon utama pria (Tora Sudiro), sutradara (Deddy Mizwar), dan filmterpuji.

Menurut Deddy, saat ini bioskop dikunjungi oleh beragam orang.Melebarnya segmen penonton tersebut, ungkap dia, menjadi pulang bagiinsan perfilman Indonesia untuk lebih mengembangkan genre film.

"Tidak terbatas pada satu genre saja. Lebih bagus majemuk," katanya.

Meski demikian, Deddy menuturkan, prestasi Nagabonar Jadi 2 tahun 2007 ini tidak bisa dibandingkan dengan Nagabonar' pendahulunya.

"Waktu itu tahun 1987, kita bicara dalam film tentang masa tahun 1948.Sangat berbeda simbol-simbolnya. Kalau dahulu, nasionalisme itu kitabangun dalam suasana perang, sekarang dalam bentuk penolakan Bonagaterhadap korupsi, penghormatan Nagabonar pada patung-patung pejuang,pembuatan pabrik di lahan masyarakat, dan lainnya," jelas dia.

[ Last edited byjf_pratama at 2-5-2007 09:24 PM ]

jf_pratama Publish time 4-5-2007 08:44 PM

Artikel menarik re. Perubahan Sikap Budaya Anak Muda Indo...

"Kultur" Indie - Subkultur Kita Hari Ini (1 of 2)

Akuterlahir di sebuah pagi imitasi
Tumbuhbersama harum bunga plastik
Danmatahari yang bersinar di TV
Menjadisaksi atas semua cheos yang terjadi

(KillThe DJ & Cindhil/ Slam Poetry Battle/ 2007)

Untukmelihat dunia subkultur anak muda Indonesia hari ini, pertama kali yang haruskita lakukan adalah membagi dua kurun waktu, yaitu; angkatan 1998 danpasca-1998, atau bisa juga disebut pra-reformasi dan pasca-reformasi. Hal inipenting karena bagaimanapun kondisi sosial-politik sebagai habitat tempatsebuah generasi tumbuh sangat berpengaruh pada terbentuknya karakter,mentalitas, dan attitude.

KillThe DJ

Angkatan1998 dengan kondisi sosial politik di bawah rezim Orde Baru yang represif mautidak mau memengaruhi bentuk-bentuk ekspresi di dunia subkultur anak mudaIndonesia pada saat itu.

Jikaseseorang atau sebuah band memiliki cukup nyali, maka mereka akan bernyanyidengan lantang mengeluarkan makian kepada pemerintah yang otoriter, ataulagu-lagu dengan tema sosial dan kehidupan dengan segala kedalaman syair.

Tapiselalu ada jalan lain yang lebih aman untuk berekspresi, yaitu segala sesuatuyang tidak berhubungan dengan pemerintah yang korup dan otoriter. Kecenderungansemacam ini juga terjadi di berbagai disiplin seni dan produk-produk kebudayaanyang lain, seperti seni rupa dan teater.

Sebelumreformasi, dalam dunia musik, sepertinya jargon underground dan independentmenjadi sangat "agung" dan "sakral" sebagai oposisi atassegala sesuatu yang pop dan mayor, sebagai "sub-versi" atas"versi". Meskipun term underground dan independent itu sendiri masihmenjadi perdebatan dan hingga kini mempunyai interpretasi dan makna yangberagam, tapi dulu sepertinya para pelaku begitu serius mengusung styleunderground dan independent sebagai sesuatu yang ideologis. Bahkan kita bisa melihatanak-anak punk berantem dengan anak-anak hip-hop yang notabene, anak-anakhip-hop juga memproduksi album dengan jalur indie. Itu sangat menggelikan.

Karenapertanyaannya kemudian, apakah benar waktu itu (medio 1990-an) undergroundadalah lawan dari segala sesuatu yang pop dan mayor? Apakah pop Indonesia itu?Apakah Major Label Indonesia itu?

BahkanKamus Bahasa Indonesia kita belum pernah merumuskan definisi pop Indonesiasecara jelas dan gamblang, kita sudah menciptakan lawan. Kita berantem, kitamelawan, untuk sesuatu yang sebenarnya tidak benar-benar kita miliki. Bagaimanakita bisa merumuskan gerakan sub-versi atas versi yang belum utuh menjadiversi? Jangan-jangan, sebenarnya, underground dan independent pada waktu itutidak melawan sesuatu, dia sebenarnya sedang melawan diri mereka sendiri, untukeksistensinya di Indonesia, atas nama ideologi, fashion, dan atas nama kulturyang kita impor.

Tidakada yang salah dan benar. Ini konsekuensi logis dari sebuah generasi duniaketiga, generasi post-kolonialis yang mau tidak mau menjadi konsumen danimportir kebudayaan global, dan kita cukup payah untuk sadar, kita merasa"keren" padahal sama sekali tidak. Di sisi lain kita tidak bisameminta bantuan kepada pemerintah yang pada waktu itu lebih sibuk memakan uangrakyat daripada memikirkan dan merumuskan strategi kebudayaan untuk bangsanya.

Maafharus membawa persoalan subkultur Indonesia menjadi urusan negara RepublikIndonesia. Memang, subkultur anak muda memiliki dialektikanya sendiri untukhidup, tumbuh, dan berkembang. Fungsi negara adalah memberi ruang, bahkan untukitu pun tidak mampu. Dari dulu bahkan hingga saat ini komunitas-komunitassubkultur di Indonesia berusaha menciptakan ruang-ruang alternatif yang bisamengakomodasi kepentingan mereka.

Negaratidak bisa memberi aturan seperti zaman Orde Baru yang pernah melarang musikrap dan pop melankolis dengan alasan tidak mencerminkan kepribadian danidentitas bangsa, padahal kita sendiri bingung, identitas bangsa Indonesia ituseperti apa. Namun pelajaran tentang kebudayaan bangsa Indonesia itu penting,sebagaimana pelajaran antikorupsi sejak sekolah dasar, dan itu akan memengaruhimentalitas individu, pembentukan karakter, kecenderungan ekspresi, sekalipunpengaruh global kultur tidak bisa ditolak dan kita tetap bisa enjoy dengan halitu.


[ Last edited byjf_pratama at 4-5-2007 09:05 PM ]

jf_pratama Publish time 4-5-2007 09:04 PM

"Kultur" Indie - Subkultur Kita Hari Ini (2 of 2)

Akuterlahir di sebuah pagi imitasi
Tumbuhbersama harum bunga plastik
Danmatahari yang bersinar di TV

Menjadisaksi atas semua cheos yang terjadi

(KillThe DJ & Cindhil/ Slam Poetry Battle/ 2007)

Pasca1998

Padatahun 1990-an, setiap kita mendengar kata underground dan independent, seolahyang terngiang di telinga kita adalah musik metal, hardcore, punk, dansejenisnya. Juga diwakili dengan fashion sangar, rambut gondrong, celanasobek-sobek, sepatu bot, dan membuat orang yang melihat akan berpikir merekaadalah barudak (gerombolan) underground. Saat ini mungkin kita baru tersadar,bagaimana bisa underground dan independent movement diwakili oleh pencitraanseperti itu? Bukankah underground dan independent itu sebenarnya tidak adahubungannya dengan jenis musik atau fashion tertentu? Melainkah sebuah cara,atau strategi alternatif yang coba ditawarkan ke publik dalam industri musik?

Mungkinbagi orang yang berumur 40-an, saat ini bisa kebingungan mendengar kata"indie-pop", dan kemudian bertanya, kenapa "indie" kok bisa"pop"? Juga akan semakin bingung melihat fashion mereka yang casualdan biasa-biasa saja seperti anak muda kebanyakan. Kemudian akan semakinbertambah kaget ketika mendengar musik mereka dengan vokal yang mendayu-dayu,melodi melankolis, dan sangat jauh dengan teriakan marah penuh umpatan khascitra underground 1990-an.

DiBandung, lahir grup band Mocca dengan lagu-lagu pop yang diproduksi oleh FastForward Record (FFWD), kemudian disebut sebagai band indie pop. Selain Mocca,FFWD juga memproduksi grup band Homogenic yang bernuansa elektro pop. DiJakarta ada Good Night Electric dan The Upstair yang diproduksi oleh AksaraRecord. Band- band dengan nuansa musik rock seperti Koil dan Seringai tetapmuncul dan memiliki ruang bernapasnya sendiri. Yogya selalu melahirkan grupelectronic music (di luar gemerlap dunia dugem) dan hampir setiap bulan adapresentasi yang diorganisasi oleh Sound Boutique. Yang aneh, ada grup hip-hopdari Yogya dengan nama Jahanam yang mampu menjual albumnya hingga 40.000 kopi,tapi sama sekali tidak terdengar namanya oleh publik Jakarta dan Bandung.

Terlalubanyak jika kita akan menyebut satu per satu grup- grup band yang mewarnaidunia subkultur Indonesia saat ini. Tapi yang pasti, bahwa hari ini term indiedan underground itu sendiri sudah tidak menjadi hal penting untukdiperbincangkan. Kalaupun indie itu penting, lebih merupakan sebuah cara, tidakmenjadi sesuatu yang ideologis dan patut diperjuangkan. Apakah Koil adalahoposisi dari Peterpan? Jawabanya jelas tidak. Koil dengan segala attitude,fashion, dan mungkin ideologinya, hanyalah sebagian dari begitu banyakalternatif yang bisa dipilih.

Batasyang mulai runtuh

Memperbincangkandunia subkultur anak muda Indonesia saat ini, tidak akan cukup jika kita hanyamemperbincangkan dunia musik saja. Karena segala perbedaan yang dulu sedikitbanyak membatasi pergaulan sudah semakin runtuh. Kalaupun masih ada orang yangpercaya tentang hal itu, batas-batas itu, kita bisa menyebutnya sebagai badakujung kulon yang patut dilindungi. Bahkan, batas-batas yang runtuh itu tidakhanya pada genre, style, dan fashion, tapi hingga medium ekspresi dan profesiyang berbeda.

Duniasubkultur Indonesia saat ini diwarnai dengan bergesekan-pergesekan menarik daripraktisi-praktisi yang bergerak di berbagai macam disiplin, dari musik, senirupa, film, fashion, bahkan teater, hingga sastra. Kita ambil contoh TeaterGarasi Yogyakarta yang bisa saja mengerjakan proyeknya bersama grup bandMelancholic Bitch, Airport Radio, atau visual artist kontemporer, kemudianmempresentasikan pementasan di sebuah Distro (youth culture shop). Atau relasianak-anak Good Night Electric dan the Upstairs dengan Ruang Rupa. Di Bandungada tempat bernama Common Room yang bisa digunakan untuk berbagai aktivitassub-kultur, dari pameran, diskusi, atau launching album.

Padaperiode 1990-an, barangkali sangat sulit untuk mewujudkan apa yang baru sajadikerjakan oleh teman-teman komunitas hip-hop di Yogyakarta melalui acaraBattle Poetry Night, yang mempertemukan anak-anak muda dengan fashion hip-hopdengan para penyair, tentu saja lengkap dengan segala perbedaan yang ada.

Runtuhnyabatas-batas ini adalah penanda atas lahirnya sebuah generasi yang semakin openmind dan melahirkan medium-medium ekspresi yang semakin beragam. Saat ini kitatidak kesulitan menjumpai seorang remaja yang bisa jadi adalah vokalis darigrup band tertentu, atau bisa jadi dia adalah seorang DJ, datang ke pameranseni rupa, atau menonton pertunjukan teater.

Duniasubkultur anak muda di Indonesia saat ini, diwakili oleh generasi yang kitabisa menyebutnya sebagai generasi "tanpa beban"; beban identitas,ideologi, politik, dosa sejarah, bla-bla-bla

jf_pratama Publish time 5-5-2007 07:01 PM

Sabtu, 05 Mei 2007,
Suster Ngesot, Hantu yang Benci Perselingkuhan

             JAKARTA- Suster ngesot, sosok hantu yang populer lewat film Jelangkung,kembali ke layar lebar. MD Pictures menghadirkan film bertajuk SusterNgesot lewat tangan sutradara Aries Azis.

Diceritakan, Vira(Nia Ramadhani) dan Silla (Donita), dua suster cantik, menempati kamarasrama yang sama, kamar yang sudah 20 tahun sengaja dikosongkan.Berbagai kejadian aneh bermunculan dan meneror Vira dan Silla di kamaritu. Terlebih, setelah Vira secara tidak sengaja menemukan sebuah bukuharian milik seseorang bernama Lastri (Lia Waode).

Berbagaimisteri tentang kamar dan buku harian tersebut mulai terkuak lewatmulut Mak Saroh (Jajang C. Noer). Wanita yang mengaku sebagai tukangcuci asrama itu bercerita bahwa Lastri adalah suster yang menghunikamar Vira dan Silla 20 tahun lalu. Lastri dibunuh kekasihnya, dokterHerman, saat memergoki pria tunangannya itu berselingkuh dengan Mila,sahabat Lastri. Herman mengubur mayat Lastri di tembok kamar.

Setelah20 tahun, arwah penasaran Lastri yang berwujud suster ngesot akhirnyamenuntut dendam pada dokter Herman. Tidak hanya itu, suster ngesot jugamenghabisi nyawa setiap orang di sekitar asrama yang berselingkuh.

Memangsulit berbicara logika dalam film bergenre horor. Bagaimana sesosokhantu bisa menghabisi sederet nyawa manusia? Bagaimana seekor anakkucing bisa berada di dalam laci meja di kamar yang terkunci rapatselama 20 tahun? Pertanyaan semacam itu akan muncul saat menyaksikanfilm yang akan tayang di bioskop mulai 10 Mei tersebut.

BagiNia Ramadhani, film berdurasi 87 menit itu merupakan debutnya di layarlebar. Berbagai pengalaman menarik pun dirasakan bintang sinetronBawang Merah Bawang Putih tersebut. Misalnya, saat Nia harus memakanceker ayam yang di dalam mangkuknya terdapat banyak belatung."Sebelumnya, aku nggak pernah makan ceker ayam. Apalagi yang adabelatungnya kayak gitu. Tapi kalau film ini mau bagus, apa pun harusaku lakukan," katanya.

Nia yang mengaku sangat penakut awalnyamenolak tawaran main film itu. Selama proses syuting di asrama tua dikawasan Bogor, Jawa Barat, Nia tidak pernah mau jauh dari para kru."Seru tapi seram banget. Banyak bunyi-bunyi aneh. Apalagi waktu Lia(Waode) kesurupan beneran. Aku cuma bisa bengong," katanya. (rie)

[ Last edited byjf_pratama at 5-5-2007 07:02 PM ]

jf_pratama Publish time 5-5-2007 07:29 PM

'SUSTER NGESOT', Targetkan Satu Juta Penonton
      http://www.kapanlagi.com/p/suster_ngesot.jpg
Kapanlagi.com - Produser film horor terbaru produksi MD Pictures, SUSTER NGESOT, Manoj Punjabi, mengaku optimistis bahwa film yang akan mulai beredar tanggal 8 Mei itu akan diminati penonton.

"Saya optimistis sekali," kata Manoj dalam acara syukuran produksi SUSTER NGESOT di gedung MD Pictures, Tanah Abang Jakarta, Kamis (3/5) sore.
Sementara untuk target penonton, Manoj juga menjawab singkat, "Target satu juta penonton," katanya sambil tertawa.

Film yang menceritakan tentang salah satu urban legend populer tentang hantu suster yang jalannya ngesot itu disutradarai oleh Arie Azis dan didukung oleh bintang-bintang muda seperti Nia Ramadhani, Mike Lewis, Donita, dan Lia Waode sebagai Suster Ngesot.

Dengan naskah ditulis oleh Aviv Elvam, SUSTER NGESOTmenceritakan tentang hantu seorang suster yang mati dibunuh yangmenghantui rumah sakit dan membalas dendam terhadap pembunuhnya sertamembunuhi orang yang selingkuh, sebagai akibat dari tunangannya yangberselingkuh dengan teman akrabnya.

Ketika Lastri, sang susteritu mengetahui perselingkuhan tunangannya itu, dia dibunuh secara kejamoleh sang tunangan yang kemudian 'menguburnya' di dinding kamar.

"Sebelummenulis naskahnya, saya sempat hunting dulu. Ternyata banyak sekaliversi cerita Suster Ngesot. Yang saya ambil adalah yang dari Semarangketika ia masih menjadi suster kemudian dikhianati oleh tunangan dansahabatnya," kata Aviv.

Ia memberi porsi besar pada adeganpembunuhan Lastri, sang Suster Ngesot dengan menceritakan secara detailbagaimana Lastri sang Suster Ngesot dibuat cacat di kaki sehinggaakhirnya ia bergerak dengan ngesot.
"Pembunuhan ini saya bikin sangat ekstrem karena begitu cerita yang saya dengar," kata Aviv.
Pengambilan gambar yang kebanyakan di daerah Bogor memakan waktu selama 12 hari, dan keseluruhan produksi SUSTER NGESOT itu disebut Manoj Punjabi memakan waktu empat bulan. (*/boo)


[ Last edited byjf_pratama at 5-5-2007 07:32 PM ]

jf_pratama Publish time 11-5-2007 07:39 PM

Restu Sinaga Perankan Produser Musik Jahat

        http://www.kapanlagi.com/p/restu_sinaga_2.jpg
Kapanlagi.com - Model yang jadi aktor Restu Sinaga (35) kembali ke layar lebar lewat film terbarunya berjudul SUSAHNYA JADI PERAWAN yang sedang memasuki masa syuting.

"Di situ gue jadi produser musik, peran antagonis gitu. Ceritanya gue mau ngerekrut artis tapi buat gue manfaatin saja," tutur Restu ketika ditemui di premier film SUSTER NGESOT di Plasa Senayan, Jakarta, Selasa malam.


Aktor yang pernah bermain di CINTA SILVER, MISSING dan film yang mengangkat kisah cinta elektra kompleks I LOVE YOU, OM itu mengaku bahwa ia berniat untuk mencoba segala karakter tokoh yang tidak biasa.
"Gue mau mencoba sisi lain saja (dengan film terbaru). Biasanya peran gue kan baik-baik terus," katanya sambil tersenyum.


Film yang berjudul unik tersebut diproduseri oleh Anang Hermansyah dan Nova Eliza, dan menurut Restu, alasan ia mau menerima peran di film tersebut karena skripnya yang menarik dan lucu.


Namun setelah menjadi seorang "pedofilia" di I LOVE YOU, OM dan sekarang menjadi "penjahat" di film terbarunya, bagaimana Restu Sinaga menyikapi pandangan masyarakat tentang citranya?


Apakahia tidak takut ia akan dicap jelek? "Ah, enggak kok. Penonton sekarangkan sudah pada pintar. Bisa ngebedain mana yang akting, mana yg enggak.Lagipula karakter gue yg asli kan gak gitu," katanya yakin.

jf_pratama Publish time 11-5-2007 07:42 PM

Sujiwo Tejo, Kebagian Urusi 'MALAM JUMAT KLIWON'

        http://www.kapanlagi.com/p/sujiwo_tejo7.jpg
Kapanlagi.com- Dalam sebuah film horor, acapkali dilakukan upacara ritual di lokasisyuting untuk meminta izin dari 'penghuni' tempat yang dikenal angkertersebut, tidak terkecuali di film MALAM JUMAT KLIWON yang rencananya akan dirilis tanggal 31 Mei.

"Kami melakukan syuting di daerah pemakaman Karet Bivak selama tiga bulan. Sebelum syuting kami melakukan ritual oleh Sujiwo Tejo, untuk minta izin," kata produser MALAM JUMAT KLIWON, Shanker di Jakarta, Kamis (10/5).
Shanker yang telah beberapa kali memproduksi film horor tersebut tidak asing dengan ritual itu meskipun baru kali ini menggunakan jasa Sujiwo Tejo. Sebelumnya ia menggunakan jasa Ki Joko BodoHANTU JERUK PURUT.

untuk film horor
Film yang antara lain dibintangi oleh aktris muda, Gracia Indri dan Debby Christieitu mengisahkan tentang empat orang anak muda yang tersesat ke daerahasing dan menemui pembantaian yang dilakukan oleh arwah penasaranseorang perempuan yang mati dibunuh karena diduga tukang tenung.


Sebelumpeluncuran film, sebuah buku berjudul sama dengan filmnya diluncurkanterlebih dahulu di Coffee Club, Plasa Senayan Jakarta, Kamis (10/5)sore, yang diadaptasi dari skrip asli oleh Yennie Hardiwidjaja.
"Kalaudi film banyak bahasa gambarnya, di buku ini saya banyak menambahkandetail bagi pembaca," ujar Yennie tentang modifikasi yang dilakukannya.


Menerbitkan buku terlebih dahulu daripada rilis filmnya itu mungkin ide promosi yang baru dilakukan oleh Shanker, mengingat biasanya buku diterbitkan setelah filmnya beredar di bioskop.


Sementara itu, Gracia Indri yang wajahnya dapat dilihat antara lain dalam sinetron Bidadari memaparkan pengalamannya membintangi film horor thriller, MALAM JUMAT KLIWON yang disutradarai oleh Koya Pagayo, yang sebelumnya menyutradarai film serupa, HANTU JERUK PURUT .


"Saya tertarik ikut di film ini karena ceritanya bagus dan karena sutradaranya Koya Pagayo. Siapa yang gak mau main di film dia, coba?" tanyanya retoris.


Namun, ia mengaku bahwa ia tidak menemui hal-hal aneh semisal bertemu dengan hantu di lokasi syuting tersebut.


"Tidak, tidak ketemu apa-apa. Tapi habis syuting jadi parno (paranoid) juga, tapi ini untuk melatih jadi berani," katanya sambil tertawa.

jf_pratama Publish time 11-5-2007 07:44 PM

http://www.kapanlagi.com/p/deddy_mizwar7.jpg
Kapanlagi.com - Sutradara, produser, sekaligus aktor kawakan Deddy Mizwarmenilai Indonesia memiliki keragaman persoalan sosial yang layakdiangkat sebagai tema film, bukan hanya tema hantu-hantuan dan dramaremaja yang membuat masyarakat bosan."Saya kira kalau kita maumenggali dan terus menggali akan banyak hal yang bisa kita angkat.Bukan hanya persoalan hantu di negeri ini," katanya usai menjadibintang tamu dalam Kabaret Jo, di Jakarta, Rabu (9/5) malam.
Pemeran Nagabonar dalam film NAGABONAR JADI DUAini mengungkapkan setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadapmasalah sosial, sehingga diangkat dalam film akan melahirkan tema yangberagam pula.
"Ada anak gantung diri karena masalah sepele, adaorang saling menghujat antargolongan, ada kecurigaan yang berlangsung,ada beras yang tidak sampai ke penduduk miskin, ada gagal panen yangmemperparah keadaan, jadi begitu banyak hal yang bisa diangkat dalamfilm," kata pria yang kerap memproduksi sinetron dan film sarat pesanmoral ini.
Terkait film-film bertema hantu, berbau mistis, dan drama remaja, Deddymenilai hal itu terjadi karena ada stigma bahwa saat ini sedangdigemari tema-tema tersebut. Sehingga sebanyak mungkin dibuat filmdengan tema-tema serupa untuk alasan mendongkrak kesuksesan sebuah film.
"Stigmakalau bukan hantu maka tidak laku, kalau bukan film remaja maka tidakada yang menonton. Itu bohong semua. Stigma itu diciptakan sendiri olehorang film, bukan oleh masyarakat," ungkapnya.
Pandangan-pandangan yang keliru itu, lanjut Deddy,pada akhirnya berdampak pada masyarakat yang harus dikorbankan.Keseragaman tema film-film di bioskop saat ini membuat masyarakat tidakpunya alternatif tontonan yang lain.
"Masyarakat memerlukankeberagaman informasi, sehingga mereka bisa memilih, kapan nonton filmhantu, kapan nonton film remaja, dan kapan nonton film-film bertemalain yang lebih menarik. Biarkan masyarakat yang memilih," ujar priakelaihan Jakarta, 5 Maret 1955 ini.
Disinggung bagaimana seharusnya menghilangkan stigma tersebut, Deddymenilai dirinya tak memiliki kapasitas mengatur atau mengambilinisiatif untuk menghapusnya dari benak para pelaku industri film.
"Diperlukankesadaran masing-masing, karena saya tidak bisa mencampuri ruangkreatif orang. Persoalannya, kita harus tanyakan pada diri sendiri,kita membuat film untuk apa. Sebab setiap orang mempunyai motivasi yangberbeda-beda," kata Deddy.

jf_pratama Publish time 15-5-2007 05:06 PM

Indonesian Movie Awards"Mendadak Dangdut" Sabet Empat Layar Emashttp://www.suarapembaruan.com/News/2007/05/15/Hiburan/150507mo.gif
Film Mendadak Dangdutyang disutradarai Rudi Soejarwo menyabet empat Piala Layar Emas dalamIndonesian Movie Awards (IMA) yang diselenggarakan di Jakarta, Sabtu(12/5) malam. Mendadak Dangdut yang mengenalkan lagu Jablay   itu mendapatkan Piala Layar Emas dari kategori, Pasangan Terbaik, Pasangan Terfavorit, Aktris Menyanyi (Singing            Actress), dan Pendatang Baru Wanita.


Pemeran utama Mendadak Dangdut, Titi Kamal, menyumbang tiga piala. Titi Kamal yang pertama kali dikenal dalam Ada Apa Dengan Cintasebagai pemeran pembantu itu menggondol Piala Layar Emas dalam kategoriAktris Menyanyi, Pasangan Terbaik dan Pasangan Favorit. Dua kategoriterakhir ia dapatkan bersama pemenang kategori Aktris Pendatang BaruTerbaik, Kinaryosih.


Titi yang datang bersama dengan kekasihnya, Christian Sugiono, tidakmenyangka harus naik panggung tiga kali berturut-turut untuk menerimapiala itu. Sementara pasangannya, Kinaryosih yang menjadi lawan mainnyadalam Mendadak Dangdut tidak hadir dalam          ajang kompetisi itu.


Titi Kamal dinilai layak menyandang Best Singing Actress dalam Mendadak Dangdut. Melalui peran itulah, ia memperkenalkan lagu Jablay yang sempat menempati posisi teratas dalam peringkat lagu Indonesia beberapa pekan lalu.
Sementara itu film Deniasyang berkisah tentang anak-anak di pedalaman Papua menyabet FilmTerfavorit dan Pendatang Baru Pria. Pemeran Utama Pria Terbaik jatuhpada Nicholas Saputra dalam Janji Joni, dan pemeran utama wanita terbaik jatuh pada Cornelia Agatha dalam Detik Terakhir.


Jika melihat pemenang dalam IMA ini hampir semuanya adalahpemain-pemain muda yang berbakat, hanya Slamet Rahardjo saja yangmewakili aktor senior sebagai pemenang Pemeran Pembantu Pria Terbaik.


"Saya sangat gembira sekali. Di umur 58 atau 39 tahun di dunia film,ternyata piala ini masih mampir kepada saya," ujar Slamet saat menerimapenghargaan itu.


Sejak awal, penyelenggaraan IMA yang dilakukan oleh stasiun televisi RCTIitu memang ingin dijadikan sebagai alternatif ajang kompetisi perfilmandi Indonesia. belakangan meskipun marak film-film Indonesia di bioskop,namun sering kali masih ditemukan muka-muka lama. Dengan adanyakompetisi yang positif ini diharapkan muncul pemain-pemain baru dalamdunia perfilman Tanah Air.
Ajang kompetisi ini dianggap sebuah jawaban atas kondisi perfilman Indonesia yang tidak bergerak maju.


"Dalam catatan saya sepanjang 2005 sampai 2007 memang banyak filmIndonesia yang bermunculan, tetapi sayangnya pemainnya itu-itu saja,selain itu ide cerita cenderung seragam, horor," ujar Ketua Komite Indonesian Movie Awards (IMA),         Indra Yudhistira Ramadhan, beberapa waktu lalu.


"Kita memang memiliki aktor dan aktris yang pantas mendapatkanapresiasi dan penghargaan. Jika kita menilik ke belakang kita punyaDeddy Mizwar, kita juga punya Christine Hakim. Hebatnya generasi mudakita juga memunculkan, Nicholas Saputra, Dian Sastro, Rachel Maryamyang aktingnya pantas untuk dikagumi. Tapi sayangnya festival film diIndonesia sampai saat ini masih langka. Masih jauh dari harapan untukmenemukan aktor dan aktris terbaik," tambahnya.


Penyelenggaraan IMA mungkin bisa dijadikan alternatif kompetisi, karenadewan juri yang melakukan penilaian pun dianggap memiliki kualitas yangdiakui dalam dunia perfilman di Indonesia, seperti Didi Petet,Yudhistira ANM Massardi, Arswendo Atmowiloto, Darwis Triadi, Jajang CNoer, Niniek L Karim, dan Ratna Riantiarno.


Dewan juri ini hanya bertugas menilai kualitas keaktoran pemain-pemaindalam film yang diikutsertakan. Sejak awal memang sudah disebutkanbahwa dewan juri tidak menilai film secara teknisnya, sehingga tidakada kategori lain yang tidak berhubungan dengan keaktoran pemain.


Meskipun demikian, panitia memberikan kesempatan kepada masyarakatuntuk menilai pemain-pemain favorit mereka melalui poling pesansingkat. Kumpulan pesan singkat inilah yang kemudian menjadi patokanuntuk menentukan kategori favorit.

jf_pratama Publish time 19-5-2007 05:20 PM

Float Band
Musik Indie Gado-Gado untuk Sebuah Film

Film "3 Hari untuk Selamanya"

Nicholas Saputra dan Ardinia Rasty beradu akting dalam film "3 Hari untuk Selamanya". Film ini diperkuat oleh soundtrack dari band Float yang memadukan berbagai unsur musik dan diproduksi oleh Trinity Records.

Biasanya, sebuah soundtrack digarap setelah tema film digarap, atau berbarengan seiring proses produksi sebuah film. Namun, hal tersebut justru dilanggar oleh Miles Films. Pentolan rumah produksi itu, Mira Lesmana dan Riri Riza, mendapatkan soundtrack film terbaru mereka sebelum tema film ditemukan.

Yang dimaksud adalah musik dari Float band, yang menjadi soundtrack film 3 Hari untuk Selamanya. Menurut Riri, materi dari band tersebut sampai di tangannya sebelum ide film muncul.

"Waktu kami mendengarkan materi musik mereka, kami langsung suka. Namun saat itu, kami belum punya rencana untuk membuat film. Karena itu, kala tema film 3 Hari untuk Selamanya datang, kami langsung teringat Float untuk mengisi soundtrack film ini," tutur Riri kepada wartawan di Jakarta, Rabu (16/5).

Tak seluruh lagu dalam album yang dikirim Float memenuhi kriteria untuk menjadi soundtrack film yang dibintangi Nicholas Saputra dan Ardinia Rasty itu. Beberapa terpaksa dimodifikasi agar sesuai dengan tema film. Seperti lagu Biasa, misalnya. Motor Float, Hitma Roni Simamora atau Meng, menciptakan lagu itu pada 1995 lalu. Namun, ia terpaksa memodifikasi lagu agar sesuai dengan jalan cerita film.

"Awalnya saya agak frustrasi untuk melakukan perubahan lirik sesuai dengan cerita film 3 Hari untuk Selamanya. Mungkin karena sejak awal saya tulis, lagu itu sudah nempel dengan liriknya. Sampai akhirnya saya menyimpulkan kuncinya adalah memilih kata-kata yang komposisi ritmenya sama dengan lirik aslinya. Kecuali itu, lirik baru harus sinkron dengan gambar di film tapi tetap terdengar familiar. Di luar dugaan, Mira Lesmana dan Riri Riza puas. Saya pun tak mengorbankan tema dasar lagu yang berada di lingkaran musik pop," jelas Meng.

Selain Biasa yang berubah menjadi 3 Hari untuk Selamanya, Meng juga memodifikasi lagu-lagu ciptaannya yang lain. Seperti Surrender, misalnya. Ia menambahkan satu bait lagi yang terinspirasi dari keseluruhan film ini. Meng mengaku, ia mencoba untuk merepresentasikan isi film lewat lirik-lirik lagu yang ditulisnya.

Karena itu, Riri dan Mira melibatkan Meng dan dua orang rekannya, W Benyamin alias Bontel (gitar) dan Raymond Agus Saputra alias Remon (bass), ke dalam proses produksi film. Artinya, mereka mengikuti perjalanan film sejak proses penulisan skenario, reading dan lainnya. Sehingga, tema dan roh dasar film bisa mereka jiwai, hingga menghasilkan karya yang tepat.

Dalam album soundtrack ini, terangkum sepuluh lagu yang menyuguhkan genre musik yang beragam. Maklum, ketiga personel Float menggemari musik-musik yang berbeda, mulai dari Sting, Bob Marley, Jim Morrison, Louis Armstrong, Sex Pistols hingga Fat Boy Slims. Tak heran jika ramuan musik gado-gado pun tersaji di sini. Simak saja tembang Stupido Ritmo yang terinspirasi dari lagu Two of Us karya pentolan the Beatles, John Lennon dan Paul McCartney. Lagu ini terkesan cool, groovy, santai dengan unsur musik dance terselip di dalamnya.

Kebalikannya hadir pada lagu Pulang yang hadir dalam bebunyian akustik, non elektrik. Begitu pula dengan The Prophecy yang mempertemukan progresi chord minor, permainan rhythm guitar bertempo cepat dengan penggalan ayat Wahyu Kepada Yohannes dari Kitab Injil.

Float band sendiri sudah memiliki penggemar setia yang loyal setelah melepas mini album yang dipasarkan secara indie pada 2000. Kreatifitas mereka lah yang membuat Mira dan Riri kepincut dan memutuskan untuk menggunakan karya mereka sebagai soundtrack 3 Hari untuk Selamanya. Film itu sendiri rencananya akan diputar di layar bioskop di Indonesia mulai 8 Juni mendatang.

jf_pratama Publish time 19-5-2007 05:38 PM

"Denias"Hadir dalam Format VCD dan DVDhttp://www.suarapembaruan.com/News/2007/05/19/Hiburan/16filmde.gif

Bagi para penikmat film Indonesia, bersiap-siaplah akan sebuah kabar gembira. Film Denias-Senandung di Atas Awan telahdiproduksi dalam format VCD dan DVD orisinal. Langkah ini akan mampumengakomodir para pecinta film yang belum sempat menyaksikan filmtersebut di bioskop.

Denias dalam format home entertainment inidiproduksi oleh Prime Movie Entertainment. Menurut Wihadi Wiyanto,pimpinan perusahaan tersebut, alasannya memilih memproduksi Denias ke dalam format VCD dan DVD adalah karena tema film yang lain dari yang lain.

"Film ini berkualitas dan menghadirkan tema yang berbeda. Memang,jangka waktu antara film diputar di bioskop hingga dirilis dalam bentukVCD dan DVD orisinal cukup lama, sekitar enam bulan. Sementara filmlain biasanya diluncurkan dalam bentuk VCD dan DVD hanya tiga bulansetelah hadir di bioskop. Kami agak deg-degan juga, apakah masyarakatmasih ingat film ini atau tidak," tutur Wihadi kepada wartawan awalpekan ini.

Untunglah, kekhawatiran Wihadi bisa pupus. Denias rupanyamasih melekat di benak masyarakat. Ini terbukti dari kemenangannyadalam berbagai ajang penghargaan insan film, termasuk Indonesian Movie Awards yangdigelar pekan lalu. Wihadi, maupun Ari Sihasale dan Nia SihasaleZulkarnaen sebagai produser film pun mampu bernafas lega. Apalagi,animo masyarakat terhadap VCD dan DVD orisinal film itu pun masihtinggi.

"Hadirnya Denias ke dalam bentuk VCD dan DVDbisa memperluas kesempatan bagi anak-anak Indonesia untuk menikmatifilm ini. Terutama, mereka yang tidak sempat menonton di bioskop ataumemang tidak memiliki bioskop di daerahnya," tutur sutradara Denias, John de Rantau.

John juga berharap, adanya Denias dalam format       DVD akan bisa menghadirkan adegan di balik pembuatan Denias atau Behind the Scene. Sehingga, masyarakat akan bisa mengetahui, berapa sulitnya proses produksi film ini dan juga realitas yang hadir di baliknya.

Harapan serupa juga diungkapkan Ari Sihasale. Pria yang biasa disapa Ale ini mengungkapkan, kehadiran VCD dan DVD Denias mudah-mudahan bisa memotivasi anak-anak Indonesia untuk terus menempuh pendidikan, tidak putus di tengah jalan.

"Di daerah Cikoneng, Puncak, banyak anak-anak perempuan yang langsungdinikahkan oleh orangtuanya selepas lulus SD. Saya berharap, jikamereka menyaksikan Denias, mereka akan termotivasi untuk sekolah terus demi masa depan," ujar Ale.

Distribusi Deniasdalam format VCD dan DVD telah dilakukan sejak Rabu (16/5) lalu.Menurut Wihadi, pihaknya telah mendistribusikan sekitar 30 ribu kepingVCD dan DVD ke berbagai kota di Indonesia. Kehadiran Denias dalamformat home entertainment ini diharapkan akan terus memacu perkembanganfilm Indonesia, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang betapapentingnya pendidikan lewat karya sinematografi.

Denias-Senandung di Atas Awan diproduksi oleh AleniaProductions. Film yang mengeksplorasi keindahan alam Papua inimenghadirkan Albert T Fakdawer, Marcella Zalianty, Ari Sihasale,Mathias Muchus, Nia Sihasale Zulkarnaen dan beberapa pemain barulainnya.

Kisahnya bertutur tentang seorang anak suku pedalaman Papua bernamaDenias yang ingin sekali pergi ke sekolah. Untuk itu, ia harus menempuhperjalanan berhari-hari dengan berjalan kaki demi sampai ke sekolahterdekat. Sayang, sesampainya di sekolah tersebut, Denias justruditolak karena dianggap miskin.

Hingga kini, Denias sudahditonton oleh sekitar 500 ribu orang penonton di seluruh Indonesia.Keindahan gambar dan sinematografi dalam film ini juga membuatnyadiganjar berbagai penghargaan. Di antaranya adalah Festival FilmBandung 2007 sebagai Artistik dan Kamera Film Terpuji, Film Terbaikdalam Jakarta International Film Festival (Jiffest) 2006, HumanityAward di ajang Biffest 2006, Festival Film Indonesia 2006 danIndonesian Movie Awards 2007.

Film Pendidikan

Sementara itu, enyusul sukses Denias, Senandung di Atas Awan,Alenia Pictures akan memproduksi film lain yang bertema sama. "Saat inikami sedang melakukan riset lokasi, calon pemain dan tentunya risetduit (dana)," kata produser Ari Sihasale seperti dikutip Antara di sela jumpa pers peluncuran VCD dan DVD Denias di Jakarta, baru-baru ini

Menurut Ari, sebagai pemain baru Alenia Pictures masih akan memproduksifilm bertema nasionalisme, memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa dannegara di masa depan.

Sehubungan dengan itu, masalah pendidikan anak bangsa yang masihmenghadapi berbagai kendala khususnya yang berada di daerah-daerahterpencil, dinilai masih perlu diangkat ke layar lebar agar diketahuipublik.

"Masih banyak diskriminasi dan perlakuan tidak adil di dunia pendidikankita. Film-film seperti Denias mudah-mudahan bisa membuka mata banyakpihak termasuk pejabat pemerintah maupun negara," kata Ale, sapaanakrab Ari Sihasale.

Lewat Denias, Senandung di Atas Awan,Alenia Pictures memotret kisah nyata bocah Papua bernama Janias yangbegitu mendambakan pendidikan, tetapi terkendala banyak masalah.

Janias kecil harus menempuh perjalanan sangat jauh, keluar masuk hutandan melintasi kaki bukit dengan berjalan kaki, dari desanya di LembahBaliem ke kota Wamena.

Di kota itulah ia akhirnya diterima sebagai siswa secara gratis,setelah menghadapi berbagai perlakuan diskriminatif dan tidakmenyenangkan.
Kini, Janias sedang kuliah di salahsatu universitas di Australia,namanya tidak disebutkan.Pemutaran kisah Denias di bioskop nasionaltampaknya tidak sempat disaksikan oleh masyarakat luas, khususnya didaerah-daerah.

Sehubungan itu, Prime Movie Entertainment (PME) bekerjasama denganAlenia Pictures memproduksi film tersebut dalam bentuk VCD dan DVD.

"Kita ingin film nasional yang bersifat mendidik ini bisa disaksikanoleh masyarakat yang lebih luas lagi, tambah Direktur PME, WihadiWiyanto.

[ Last edited byjf_pratama at 19-5-2007 05:43 PM ]

jf_pratama Publish time 19-5-2007 06:07 PM

                                        FILM MENGEJAR MAS-MAS,Komedi Remaja yang Tak Biasa                                                                                                                                                                                                                                                          Sabtu, 19/05/2007                                                                                                                                                                              Kesuksesan film Ada Apa dengan Cinta(AADC) dan Mendadak Dangdut (MD),sepertinya menginspirasi Rudi Soedjarwo menggarap film bertema konflikkehidupan remaja dengan latar yang tak biasa.

Genre : Drama Komedi
Pemain : Dinna Olivia, Dwi Sasono, Poppy Sovia, Elmayana Sabrenia, Ira Wibowo, Roy Marten
Sutradara : Rudi Soedjarwo
Produser : Lala Hamid
Distributor : DePIC Production
Penulis Naskah: Monty Tiwa

JAKARTA (SINDO)

jf_pratama Publish time 20-5-2007 02:42 PM

Pelajaran dari Dunia Pelacuran
Ilham Khoiri

Di tengah dominasi tema hantu dalam pasar film nasional, film Mengejar Mas-mas garapan sutradara Rudi Soedjarwo menawarkan tema berbeda: pelacuran kelas bawah. Karya ini menjanjikan hiburan yang lumayan asyik, meski terasa terlalu menyederhanakan persoalan.

Film dengan naskah karya Monty Tiwa ini mengisahkan kehidupan gadis metropolitan Jakarta bernama Shanaz (diperankan Poppy Sovia) yang murung akibat kematian ayahnya (Roy Marten). Saat ibunya (Ira Wibowo) ngotot mau menikah lagi dengan lelaki yang tidak disukai Shanaz, gadis ini memberontak. Dia kabur dari rumah dan menyusul kekasihnya, Mika, di Yogyakarta.

Tiba di Kota Gudeg itu, ternyata Mika tidak kunjung muncul karena masih mendaki gunung. Terlunta-lunta akibat kehabisan uang梔an nyaris diperkosa orang梟asib mengantarkan gadis itu ke lokalisasi kelas bawah di Pasar Kembang (Sarkem). Seorang pelacur, Ningsih (Dinna Olivia), menampungnya di kamar kosnya.

Shanaz berkenalan dengan pengamen campur sari bernama Parno (Dwi Sasono), yang kebetulan mantan kekasih Ningsih. Keduanya saling menaruh hati. Tapi, ketika perasaan itu makin mekar, tiba-tiba Mika datang untuk menjemput Shanaz. Saat bersamaan, ternyata Ningsih masih berharap pada Parno.

Pergulatan perasaan Shanaz bercampur baur dengan kerumitan hidup Ningsih sebagai pelacur kelas bawah yang mengaku di lingkungan kos-kosannya, ia adalah dosen. Pada akhir cerita, kedok Ningsih terungkap, diusir penduduk sekitar kos, dan malah membawanya rujuk lagi dengan Parno. Shanaz pulang ke Jakarta dengan mengantongi pelajaran berharga dari dunia pelacuran.

Menyempal

Mengejar Mas-mas patut dihargai karena mengangkat tema yang menyempal dari arus umum. Saat banyak film memoles-moles tema hantu atau kisah cinta remaja kota, karya ini justru menyajikan kehidupan pelacuran kaum pinggiran. Tak jatuh dalam adegan seronok, ceritanya lebih mengulik sisi kemanusiaan.

Namun, seperti umumnya cerita seputar lokalisasi, film ini sulit menghindari ungkapan-ungkapan yang klise. Ningsih, misalnya, digambarkan bersedih akibat terjerat dalam rantai prostitusi. Melacurkan diri bukan pilihannya, ini adalah lakon yang terpaksa dijalani akibat tekanan hidup setelah suaminya meninggal.

Penjelasan seperti ini terlalu biasa kita dengar. Padahal, film ini bisa menggali lebih jauh, misalnya dengan mencari akar struktural dari prostitusi sebagai kegagalan negara menjamin kesejahteraan hidup bagi rakyat. Pendekatan yang dipakai film ini juga masih berkutat dari kacamata orang baik-baik yang memandang rendah dunia prostitusi sebagai perilaku kotor.

Sederhana

Film yang diproduksi Lala Hamid ini enak ditonton. Adegan demi adegan mengalir linier, sederhana, kadang mengundang tawa. Dengan sinematografi bersahaja, cerita rakyat pinggiran itu pun mengalirkan pesan kemanusiaan dalam adonan kisah asmara.

Kisah semakin kuat berkat akting matang Dinna Olivia dan Dwi Sasono. Dina梱ang meraih penghargaan sebagai aktris terbaik dalam film cerita berseri televisi tahun 2005梒ukup meyakinkan memerankan pelacur kelas bawah dengan tarif Rp 50.000 sekali kencan. Ekspresinya terasa hidup, terutama saat berpura-pura jadi dosen baik-baik atau ketika diusir dari kampung bak seorang maling.

Mengejar Mas-mas mengingatkan kita kepada film garapan Rudi Soedjarwo sebelumnya, Mendadak Dangdut. Kedua film itu sama-sama menyuguhkan petualangan masyarakat kelas atas kota yang tak sengaja terdampar dalam kehidupan kelas bawah. Kentara sekali, kedua film drama komedi ini diproduksi untuk menghibur masyarakat umum, khususnya kalangan remaja.

jf_pratama Publish time 20-5-2007 02:51 PM

Minggu, 20 Mei 2007,
Penulis Skenario yang Lulusan Elektronik AS
             BagiMonty Tiwa, prinsip adalah segalanya. Dengan memegang prinsip kuatmenjadi trendsetter dan berkarya sebebas-bebasnya, pria kelahiran 28Agustus 1976 itu melepaskan prestasi kerja dan ilmu formal yang didapat.

Pada2001, setamat kuliah jurusan elektronik di University of Texas, AmerikaSerikat, Monty ditawari pekerjaan oleh Trans TV. Salah satu stasiun TVswasta itu tertarik menjadikannya sebagai penulis skenario setelahmelihat spesifikasi kemampuannya lewat internet. "Sejak kecil aku sukamenulis. Jadi, biarpun lulusan elektronik, aku promosi diri sebagaipenulis," katanya.

Monty mengaku, kuliah jurusan elektroniksebatas mengikuti anjuran orang tua. "Elektronik itu salah satu ilmupasti dan aku nggak suka. Aku suka yang nggak pasti seperti duniamenulis," ujar pria yang masih melajang itu.

Bersama Trans TV,Monty berhasil menulis skenario film Andai Ia Tahu dan Biarkan BintangMenari. Setahun bekerja, Monty akhirnya direkrut RCTI.

Distasiun TV itulah, karirnya terus berkembang. Dia mengawali karirsebagai section head creative, yang menyupervisi tenaga kreatif penulisdi RCTI. Dia juga menulis skenario Vina Bilang Cinta dan Juli di BulanJuni. "Saya kemudian dipromosikan jadi creative director sampai sekitar2005," ungkapnya.

Setelah itu, Monty mengambil keputusan besar,keluar dari RCTI dengan prestasi mengagumkan, lalu memilih bekerjasebagai freelance. "Saya kurang cocok kerja di perusahaan besar yangpunya sistem birokratis cukup mengikat," ujarnya.

Monty merasaterkekang dengan aturan kerja dan formalitas yang ada. Dia juga merasakreativitasnya dibatasi. "Produksi TV itu pasti ada pengekangan.Contohnya, cerita sebuah film saja tidak akan bebas karena pasti adaaturan dari stasiun TV," katanya.

Dengan bekerja sendiri, Montybisa bebas berkarya. Dia kemudian menulis beberapa cerita film, antaralain, 9 Naga, Mendadak Dangdut, Ujang Pantry, Pocong 1 dan Pocong 2,Mengejar Mas Mas, dan yang segera dirilis, Maaf Saya Menghamili IstriAnda (MSMIA).

Di film MSMIA, Monty tidak hanya menulis cerita,tapi juga untuk kali pertama menjabat sebagai sutradara. "Tidak adakendala di film pertama saya (sebagai sutradara)," jelasnya.

Ataskeputusan yang diambil dalam hidupnya itu, Monty tidak pernah menyesalsedikit pun. "Banyak yang menyesalkan, tapi buat saya sama sekalinggak. Itu keputusan terbaik karena sekarang saya merasa mendapatkankebebasan berkarya. Menjadi trendsetter dan bukan mengikuti tren yangdiciptakan orang lain," tegasnya.

jf_pratama Publish time 20-5-2007 02:53 PM

Minggu, 20 Mei 2007,
Tinggalkan Kuliah demi Film

             Debutakting Poppy Sovia dalam layar lebar tak lama lagi bisa disaksikanlewat film terbaru garapan sutradara Rudi Soedjarwo, Mengejar Mas-Mas.Meski film pertama, gadis kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 23 September1984 itu langsung didapuk sebagai pemeran utama bernama Shanaz.

Sebelummelangkah ke layar lebar, Poppy mengaku menjadi model iklan. "Yangpaling bikin aku dikenal waktu ngiklanin permen Bluster," paparnya.

Sebagaipendatang baru, Poppy cukup berani menerima tawaran peran. Tuntutanadegan ciuman bibir tak membuat surut langkahnya. Dalam film yang jugadibintangi Dinna Olivia itu, ada scene dirinya berciuman dengan aktorDwi Sasono. "Nggak masalah. Di situ aku sebagai Shanaz, bukan Poppy,"jelasnya.

Keinginan Poppy untuk terjun ke dunia film sangatkuat. Demi mendapatkan kesempatan main di film Mengejar Mas-Mas, Poppyrela meninggalkan kuliah D3-nya di salah satu sekolah tinggi jurusanpariwisata di Jakarta.

Dengan alasan itulah, Poppy berharap,selepas produksi film itu, dirinya bisa melanjutkan kembali pendidikanmeski harus mengulang dari awal. "Mudah-mudahan tahun depan aku bisakuliah lagi," ungkapnya.

Ada yang menarik pada anak pertama daridua bersaudara itu. Selain cara berpakaian yang terkesan cuek, di keduapergelangan tangannya masing-masing terdapat satu tato. Menurut dia,tato merupakan salah satu hobinya. Selain di tangan, dia mengaku masihmemiliki tato di bagian belakang pinggangnya. Soal itu, dia sempatmendapat komplain dari keluarga. "Sempat nggak enak juga sama orangtua. Tapi, akhirnya bisa diterima juga," tuturnya. (rie)

Poppy Sovia
TTL: Sukabumi, 23 September 1984
Fokus: Akting dan Model

jf_pratama Publish time 26-5-2007 06:11 PM

Memetik Pelajaran Bijak dari Kehidupan Pelacurhttp://www.suarapembaruan.com/News/2007/05/26/Hiburan/26mengej.gif
Film:Mengejar Mas-Mas
Pemain:Dinna Olivia,Dwi Sasono, Poppy Sovia, Ira Wibowo
Sutradara:Rudi Soedjarwo
Skenario:Monty Tiwa
Genre:Komedi Remaja
Produser:Lala Hamid

http://www.suarapembaruan.com/News/2007/initials/d.gifitengah maraknya "serbuan" film Indonesia bergenre horor, sutradaramuda, Rudi Soedjarwo menawarkan pilihan lewat film terbarunya berjudul Mengejar Mas-Mas. Film yang diputar di bioskop tanah air sejak 24 Mei 2007 ini mengusung konsep komedi dengan latar belakang budaya Jawa.

Bagi sang sutradara, unsur kultur dan kebudayaan yang dilibatkan dalamfilm ini jauh lebih banyak dibandingkan film-filmnya terdahulu. Itulahyang membuatnya tertarik untuk menggarap film ini, saat dia pertamakali disodori naskahnya.

"Setting sosial di kota Yogyakarta dan pengembangan karakter yangmelibatkan pekerja seks komersial kelas bawah dan pengamen, memberikanatmosfer yang fresh untuk saya dalam bercerita. Saat kita memilih genrekomedi untuk bercerita, semuanya jadi lebih menarik lagi," tutur Rudi.

Rudi mengatakan, dalam menggarap film ini, dirinya tak sekadarmenangkap nuansa komedi di film ini, tapi dirinya juga berusahamendapatkan nuansa drama yang bisa ditangkap dalam kehidupansehari-hari di kalangan bawah kota Yogyakarta.

"Adanya unsur kultur Jawa ini justru menambah warna tersendiri dalamcerita dan menambah kedalaman cerita. Budaya Jawa kan terkenal dengansegala ketertutupannya dalam mengungkapkan emosi, mendem jero istilahnya. Bagaimana membawa semangat budaya Jawa ini ke dalam film juga memberikan tantangan tersendiri buat saya," tuturnya.

Formula cerita seperti yang diangkat dalam film ini, jelas Rudi, seringditemui di banyak film, hanya bedanya jika biasanya karakter utamanyamendapat pencerahan dari orang bijak, kalau di film ini pencerahantokoh utamanya justru didapatkan dari kata-kata bijak seorang pekerjaseks komersial (PSK).

Film karya pertama Depic Productions ini, kata sang produser, LalaHamid, selain menggunakan setting cerita di Yogyakarta, jugamenggunakan scoring, serta lagu soundtrack yang khas Jawa, seperti tembang Jawa.

"Lagu tradisional berbahasa Jawa di film ini setidaknya menunjukkan settingkota Jogya dan budaya Jawa yang ada di film ini adalah bagian daricerita bukan hanya tempelan semata. Selain itu, kami juga inginmenunjukkan bahwa masalah remaja saat ini bukan sekadar masalah cinta,putus cinta, seputar sekolah dan sebagainya. Masih banyak masalahremaja yang bisa diangkat. Walaupun di film ini masih juga ada masalahcinta, kami mencoba berbicara lebih dari sekadar itu," jelasnya.

Film ini dibuka dengan adegan saat Shanaz diperankan oleh Poppy Soviayang pulang ke rumah menjelang pagi. Agar tak ketahuan sang ayahdiperankan oleh Roy Marten, yang kebetulan terbangun, Shanaz lantasmengajak ayahnya jogging. Babak ini berakhir dengan kematian tragissang ayah akibat serangan jantung.

Kesedihan dan rasa bersalah atas kematian ayahnya membuat Shanazterguncang. Terlebih melihat ibunya diperankan oleh Ira Wibowo sudahmenggandeng pria lain pasca enam bulan kematian sang ayah.

Dengan membawa rasa marah pada sang ibu, Shanaz pun kabur dari rumah,menyusul sang pacar yang baru naik gunung. Shanaz terpaksaluntang-lantung di Yogyakarta lantaran pacarnya belum turun gunung.

Beruntung saat dia tengah dikejar preman Pasar Kembang (Sarkem),Ningsih diperankan oleh Dinna Olivia yang bekerja sebagai pelacur diSarkem menyelamatkannya. Shanaz pun diajak menginap di tempat kosNingsih. Pemilik rumah dan warga di sekitar tempat Ningsih kosmengenalnya sebagai ibu dosen yang suka mengajar malam.

Tinggal bersama Ningsih membuat Shanaz banyak belajar hal baru, apalagisejak dia berkenalan dengan seorang pengamen, Parno diperankan oleh DwiSasono yang pernah menjadi pacar Ningsih selama empat jam.

Dialog-dialog yang diluncurkan dalam film ini cukup menghibur dannyambung, terlebih saat Ningsih dan Parno bertengkar lewat Shanazsebagai perantara atau pengantar pesan dari keduanya.

Musik yang disuguhkan di film ini juga terasa mendukung adegan demiadegan yang ingin ditonjolkan. Dinna Olivia juga turut bernyanyi dalamlagu berjudul Ningsih's Blues dan This Place bersama Monty Tiwa.

Bagi Monty, ide penulisan skenario film ini telah memenuhi ruang otaknya sejak penggarapan film Mendadak Dangdut. Film yang menampilkan kepiawaian akting Titi Kamal ini juga menampilkan benturan-benturan budaya.

"Cuma kalau di film Mendadak Dangdutkan benturan budayanya lebih kepada penyanyi pop terkenal yang akhirnyamenjadi penyanyi dangdut di gang sempit. Di sisi lain, benturan budayadi film Mengejar Mas-Mas ini, mengangkat tentang anak remaja kota metropolitan yang akhirnya banyak belajar hidup dari orang-orang desa," ujarnya.

Sementara bagi Poppy Sovia, film ini merupakan film layar lebar pertamayang dibintanginya. Di film ini meski merupakan bintang baru, Poppytelah diberi kepercayaan untuk memerankan tokoh utama.

"Saya senang sekali mendapat kesempatan ini, apalagi bisa bermaindengan para pemain senior yang sangat membimbing seperti Dinna Olivia,Ira Wibowo dan Dwi," tandasnya.

[ Last edited byjf_pratama at 26-5-2007 06:48 PM ]
Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 10 11
View full version: INDONESIAN MOVIES (Gallery and Discussion)


ADVERTISEMENT