CARI Infonet

Title: Kisah wanita 2 suami atau lebih,berkeluarga & bahagia... [Print this page]

Author: abgsedapmalam    Time: 14-12-2010 02:19 PM
Title: Kisah wanita 2 suami atau lebih,berkeluarga & bahagia...
[youtube]IJsaZp3fWM4[/youtube]

Brothers share wife to secure family landHIMACHAL PRADESH

            
   



From CNN's Sara Sidner

Himachal Pradesh is high in the mountains, where villagers survive off tiny plots.


Amar and Kundan Singh Pundir are brothers. Younger brother Amar breaks rocks in a mine for a living. Kundan farms their small piece of inherited land. They live in a beautiful but remote hillside village in the clouds of Himachal Pradesh, India.
Both aged in their forties, the two brothers have lived together nearly their whole lives. They are poor and share just about everything: Their home, their work and a wife.
"See we have a tradition from the beginning to have a family of five to 10 people. Two brothers and one wife." Kundan says.







They practice what is known as fraternal polyandry -- where the brothers of one family marry the same woman. Why? Tradition and economics.
Life is hard here. The village is precariously perched on the side of a very steep hill about 6,000ft up. Most of the villagers survive off tiny plots of cropland.
In this difficult terrain there isn't enough land to go around. So, instead of finding separate wives and splitting up their inherited property, the brothers marry the same woman and keep their land together.
Wife Indira Devi says life with two husbands isn't easy.
"We fight a lot."
But like any married couple they fight mostly over mundane stuff, except there are three spouses instead of two.
"Usually it's about chores, why didn't you do this? Why didn't you do that?" she says.
One thing they agreed on was the need to have children; They have three. So how does a married trio deal with sex?
"We make shifts, change shifts and sleep on alternate days. We have to make shifts otherwise it won't work," Kundan says.
"To run our families we have to do this, overcome the hurdles as well and then we have to control our hearts from feeling too much," Amar adds.
To outsiders their arrangement may seem odd, but in the village of about 200 it is the norm.
Typically the marriages are arranged and women have two husbands. But some wives have three or four depending on how many brothers there are in a family.
Polyandry is illegal in India but socially acceptable here. No one from the government seems to bother the villagers about the law.
"It's been going on for ages. My sister in law has two husbands, my mother in law also has two husbands," Indira says.
And as to the question of which husband is the biological father of the children -- the Pundir's don't know and don't care.
"For me everyone is the same, my mother and my fathers are the same. My mother and my fathers are like God to me," 17-year old daughter Sunita Singh Pundir says.
Even as modern society arrives in this ancient village through satellite dishes and mobile phones, the Pundirs say they want their age-old tradition to continue with their children.
"Absolutely," eldest son Sohna says.
He and his younger brother have already discussed it and will marry the same woman.
Daughter Sunita isn't so sure.
"I would like one husband," she says.
But when asked if she will marry for love or tradition, Sunita's answer makes it clear the tradition of marrying more than one man will continue with the next generation.
"I will never leave our tradition even if I have to forgo love. I will never spoil my parents' reputation and my brothers.'"
Author: abgsedapmalam    Time: 14-12-2010 02:22 PM
[youtube]Vg9Lv224580[/youtube]
Potret Kehidupan Perempuan Ber-Poliandri
      Reef - Australia
         
                     

Sweet Zeve/Asmods/Detikers dan KoKiers setia dimanapun anda berada, salam damai dari OzIlustrasi :

Malam telah turun, gelap dan sunyi. Hanya suara binatang malam yang sekali-kali terdengar. Gadis muda itu diam-diam membuka jendela kamarnya, dan membiarkan angin malam menyusup ke dalam kamarnya yang sempit. Dihirupnya udara malam dalam-dalam. Hatinya mulai deg-degan, tubuhnya sedikit gemetar. Sebentar-sebentar pandangannya di arahkan ke jendelanya yang sedikit terbuka. Rasa penat tubuhnya akibat pesta seharian tidak membuatnya ingin segera tidur, malam inilah malam istimewa baginya.  Hatinya makin tambah deg-degan. Suara halus sedikit saja mampu membuatnya terlonjak. Penantaian gadis tersebut tidak lama, karena sekitar sepuluh menit kemudian telinganya mendengar langkah-langkah halus menuju ke arah jendelanya. Kekasihnya sudah datang, dan dengan isyarat ketukan khusus, minta ijin untuk masuk kamarnya. Tanpa menunggu waktu, dia segera membalas dengan isyarat khusus pula, sejenak kemudian dua makhluk berbeda kelamin itu sudah berada dalam satu ruangan dan.....

Dear KoKiers,

Kehidupan perkawinan masyarakat Indonesia ataupun perkawinan campur antar bangsa, perkawinan Sirri dan poligami sudah sering dibahas di KoKi, dan dijamin selalu ramai dikunjungi pembaca. Memang tidak dapat dipungkiri,  kehidupan perkawinan baik monogami maupun poligami selalu menarik untuk diperbincangkan, berbagai masalah dan suka dukanya seakan tidak pernah habis untuk menjadi bahan diskusian. Big Question : bagaimana dengan poliandri, mitos atau fakta....?? Perkawinan poliandri yang sering menjadi pertanyaan besar d benak pembaca, sejatinya memang benar-benar ada. Walau mungkin belum banyak ter-ekspos, dengan harapan menambah informasi, penulis mencoba mengetengahkan topik poliandri yang dipraktekkan oleh masyarakat minoritas di beberapa daerah.  

Lewat artikel ini penulis mencoba mengajak KoKiers untuk sejenak jalan-jalan ke salah satu suku minoritas ter-asing di China Barat Daya di perbatasan Tibet, yang nyata-nyata mempraktekkan perkawinan poliandri. Artikel di bawah ini lebih merupakan summary dari berbagai web site, audio visual video dari you tube dan juga buku karangan Yang Erche Namu yang berjudul Leaving Mother Lake.

Adalah sebuah daerah terpencil di perbatasan China dan Tibet, tinggal sekelompok masyarakat etnik minoritas penganut matriakh dan sekaligus pelaku poliandri yang legal dan sah, suku minoritas tersebut adalah suku Mosuo, yang merupakan suku dari minoritas etnik Naxi, yang juga adalah salah satu dari 55 suku minoritas di China. Sampai sekarang sistem matriakal masih dipraktekkan di suku tersebut.





Suku terasing ini tinggal di sekitar wilayah danau Lugu kira-kira 2,700 meter di atas permukaan laut. Danau yang maha indah dan masih sangat perawan ini dikelilingi oleh hutan lebat dan gunung-gunung. Masyarakat yang merupakan tight knit community masih berpegang teguh adat turun temurun selama ribuan tahun. Penduduk Mosuo juga merupakan penganut salah satu sekte agama Budha yang menganggap Lama sebagai pimpinan tertinggi. Lamaism. Peran Lama sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Yang menarik di suku Mosuo adalah peran utama kaum wanita. Peran perempuan di suku Mosuo ini sangat erat dan kental, wanita berperan sebagai kepala rumah tangga yang mengatur segala tetek bengek urusan domestik.  Biasanya di setiap keluarga terdiri dari sepuluh anggota, walau tidak jarang satu keluarga terdiri dari 20 atau 30 orang.

Sang kepala keluarga merupakan wanita yang sangat dihormati dan dituakan oleh segenap anggota keluarga. Seluruh keputusan yang berurusan dengan keluarga di tangan sang ibu kepala rumah tangga. Jumlah keseluruhan masyarakat suku Mosuo sekitar 50 ribu orang dan semua tinggal di sekitar danau Lugu. Rumah suku Mosuo sanggat khas dan hampir di setiap rumah mereka menyediakan ruangan khusus sebagai balai pertemuan keluarga atau juga berfungsi untuk ritual-ritual agama. Rata-rata rumah suku Mosuo beratap rendah dan tidak ada ventilasi sama sekali sehingga memberi kesan sangat akrab dan keintiman antar keluarga sangat terjaga .






Salah satu cahaya yang masuk ke dalam rumah berada di sebuah kamar khusus dimana sebuah perapian selalu menyala dan sebuah altar pemujaan berada. Altar berupa batu ini merupakan simbol leluhur sebuah keluarga. Dipercaya arwah para leluhur masih menempati batu tersebut sehingga api harus tetap menyala untuk menghangatkan mereka para arwah. Api yang dibiarkan terus menyala juga sebagai lambang kesejahteraan suatu keluarga.

Kehidupan perkawinan suku Mosuo sangat menarik dan langka, dan saking langkanya, menarik banyak minat para peneliti dari berbagai belahan dunia dan sekitar dua dekade  terakhir membuat nama Mosuo menjadi terkenal di seluruh dunia. Daerah mereka yang perawan nan alami, kini mulai banyak dikunjungi turis dari Amerika, Eropa, dan juga negara-negara Asia lainnya juga masyarkat China sendiri. Perempuan Mosuo masih memegang tradisi turun temurun mereka, salah satunya adalah dalam hal perkawinan, ada tiga jenis perkawinan, yang pertama sistem Axia yang berarti visiting marriage,  kedua adalah : axia cohabitation dan yang terakhir adalah monogamy.

Monogamy hanya ada di masyarakat urban suku mosuo artinya mereka yang melakukan pernikahan dengan sistem monogamy adalah mereka yang sudah terpengaruh oleh kaum urban yang datang ke daerah tersebut. Sementara itu, etnik-etnik Mosuo lainnya masih mempraktekkan pernikahan Axia marriage terutama di daerah Yongning dan danau Lugu.

Perkawinan Axia adalah perkawinan yang bersifat bebas tanpa ikatan. Kaum lelaki Mosuo menyebut para perempuan mereka Axia yang berarti : teman intim dan para perempuan menyebut kaum lelaki atau kekasih sebagai Azhu. Mereka tidak terikat dengan perkawinan seperti pasangan-pasangan di belahan bumi manapun,  namun mereka tetap  tinggal di rumah sendiri dan biasanya di rumah ibu mereka, sepanjang hayat. Setiap gadis yang sudah dianggap akil balig biasanya mempunyai seorang Azhu. Mereka mempunyai kamar tersendiri dimana sang kekasih bisa berkunjung setiap saat.  Kunjungan rahasia ini dilakukan saat malam hari. Dan keesokan harinya di pagi yang masih buta sang kekasih harus meninggalkan rumah sang gadis.

Jika seorang gadis sudah mulai bosan dan tidak ingin melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, sebagai tanda penolakan, dia akan menutup pintu kamarnya atau pintu jendela, dan kekasihnya begitu tahu si gadis menutup pintu, akan berhenti mengunjunginya. Di sini tidak ada ikatan apapun, semua bebas merdeka. Hubungan lebih bersifat mutual dan kasih sayang, keinginan atau hasrat seorang perempuan sangat dihormati. Jika hasil dari cohabitation ini menghasilkan anak, maka anak tersebut akan menjadi milik keluarga sang ibu dan mewarisi nama keluarga si ibu.  Anak ini dibesarkan dan di asuh oleh keluarga besar si gadis dan tidak diperkenalkan dengan ayah kandungnya sampai menjelang upacara akil baliq.

Upacara akil balig seorang gadis dilangsungkan ketika seorang anak mencapai usia 13 tahun , dan ritual ini dilakukan saat tahun baru. Di hari yang istimewa ini sang gadis diberi pakaian nan indah dan dihias secantik mungkin, dan juga dihiasi perhiasan-perhiasan tradisional. Upacara ini menandai bahwa seorang gadis sudah dewasa. Dengan kata lain, sang gadis sudah boleh memiliki seorang Azhu atau kekasih. Sebanyak yang dia inginkan...bebas memilih tanpa bebas moral apapun.

The Mosuo people are having a festival

http://www.chinaculture.org/gb/en_curiosity/2004-05/11/content_47041_4.htm

Tradisi kuno masyarakat matriakhal di China ini, sangat menarik bagi kaum wisatawan asing, karena dianggap unik dan langka. Terlebih adat istiadat yang menyangkut hubungan antara lelaki dan perempuan Mosuo yang dianggap sangat promiscious, Khususnya bagian dimana para perempuan Mosuo bebas memilih pasangan dan berganti-ganti pasangan seksual, ironisnya daya tarik inilah yang sering disalah gunakan para turis yang ingin mencoba-coba to experience its apparent promiscuity. Suku mosuo dipercaya sudah tinggal di perbatasan Tibet ini  mampu menjaga adat istiadat turun temurun selama ribuan tahun. Ketika sebagian besar masyarakat di China menyia-siakan anak perempuan, Mosuo menempatkan perempuan di kursi tertinggi.

Di China yang berlaku pomeo "it is better to have a dog than a daughter" , dan dimana perempuan diperlakukan sebagai masyarakt kelas dua, di Mosuo berlaku sebaliknya. Bahkan mereka bisa berganti-ganti pasangan setiap malam. Dan this is a palce where  women rule the world. Seorang perempuan Mosuo bebas menentukan apakah pasangannya akan langgeng selamanya,atau hanya beberapa tahun, atau beberapa bulan, atau juga hanya beberapa hari atau bahkan hanya semalam saja.
Author: abgsedapmalam    Time: 14-12-2010 02:23 PM
Ketika seorang gadis sudah menjalani upacara akil balik, dia akan diberikan sebuah kamar terpisah. Dan ketika malam telah turun, dia akan siap menerima kunjungan sang kekasih, Dulu dengan bahasa isyarat seperti 'meremas' khusus salah satu jari-jari di permukaan tangan menunjukkan bahwa lelaki tersebut boleh mengunjungi sang gadis. Kaum lelaki suku ini yang perannya lebih pasive dari perempuan, tugas nya adalah mencari ikan di danau Lugu. Urusan domestik lainnya adalah urusan perempuan.

Menurut pengakuan salah seorang nelayan Ai Le Shan Ma 38 tahun, hubungan walking marriage seperti ini mengurangi stress perkawinan. Sehingga perkawinan model walking marriage sangat menguntungkan. Masih menurut pengakuan Shan Ma, dia  atau lelaki Mosuo lainnya cukup happy hanya bisa mengunjungi sang 'istri' pada malam hari, dia bisa datang kapan saja sesuai dengan suasana hatinya. Semua bebas tanpa beban.  Jika terjadi ketidak cocokan antar pasangan, tiada sakit hati, masing-masing akan mencari pasangan lainnya.


Mosuo tidak mengenal istilah zina, anak haram, perawan, janda, rasa cemburu , single mother ataupun monogami. Alasan cukup simple, istilah ini memang tidak ada dan diada-adakan. "Danau Lugu merupakan tanah of free love", tulis seorang explorer Russia Peter Goullart dalam bukunya : Forgotten Kingdom. Ketika sebuah karavan Tibet lewat,  di sebuah desa, para perempuan Mosuo secara bisik-bisik mulai menentukan lelaki mana yang akan dipilih untuk menemani malam yang dingin. Ibu dan anak akan menjamu tamu dan menari untuk menghibur tamu. Setelah itu sang matriakh  yang dianggap sesepuh akan menyuruh lelaki tersebut untuk memilih perempuan mana yang akan menjadi kekasihnya malam itu.

Dewasa ini, bukan lagi karavan yang di harapkan melainkan para turis. Dan rupanya sensasi inilah yang menarik para wisatwan untuk datang ke Danau Lugu. Semenjak daerah ini menjadi obyek wisata banyak wisatawan China datang ke Mosuo selain menikmati keindahan alam juga berharap bisa dipilih oleh salah stau gadis Mosuo untuk menemani dinginnya malam secara gratis tis. Di sisi lain,  tidak dapat dipungkiri juga kehadiran turis ke Danau Lugu membantu perekonomian masyarakat  Mosuo.

   
  
  
  
  Dear KoKiers,
  
  Seperti daerah-daerah turis lainnya, lambat laun keindahan Danau Lugu tercemar dengan banyaknya turis yang datang, mereka membuang sampah sembarangan. Dan pesona keindahan Danau Lugu semakin pudar dengan arus komersialisasi tempat ini.
  
  "By the lake I see piles of plastic bags and beer bottles. I can hardly bear to go home."  Demikian menurut pengakuan seorang entertainer dunia Yang Erche Namu.  Wanita asli suku Mosuo. Namu seorang bekas model dan seorang entertainer yang berdomosili di Beijing adalah produk Danau Lugu asli. Namu yang memulai karirnya sebagai pemenang kontes nyanyi nasional di China, namanya kemduianberkibar di dunia hiburan dunia, terlebih setelah dia berkarier sebagai model. Namu yang pernah tinggal di berbagai dunia  seperti New York, San Fransisco dan Canada saat ini  menikah dengan salah seorang diplomat Norwegia. Konon Namu terang-terangan  pernah melamar presiden Perancis Nicholas Sarvosky sebelum Nicholas menikah dengan Carla Bruni, dalam bukunya Leaving Mother Lake  Namu secara apik dan terkesan lugu, menceritakan secara detail mistik adat istiadat Musuo termasuk upacara akil baliq nya dan saat pertama menantikan sang Azhu, walau kemudian dia menolak Azhu dari lelaki Mosuo, "I don't like them, they smell so bad,"  alasannya.  Karirnya  sebagai model, penyanyi dan entertainer dimulai dari desanya di dekat Danau Lugu. Namu dengan kecantikannya yang khas dan eksotik,  adalah merupakan sosok yang membuat Mosuo menjadi terkenal dan membuat banyak orang yang penasaran.
  
  http://en.wikipedia.org/wiki/Yang_Erche_Namu
  
  http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/china/1327927/Chinese-men-threaten-lake-of-free-love-where-women-rule.html
  
  Bagaimanapun juga kultur masyarakat Mosuo yang seringkali di cap sebagai tempat dimana para perempuan melakukan free sex dan dianggap legal , faktor ini sering di-high light oleh para operator tourism  dan agen wisata untuk menarik para wisatawan khususnya kaum Adam untuk mengunjungi Danau Lugu. Tidak dapat dipungkiri seperti di setiap aspek turisme selalu ada segelintir orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dan salah satunya adalah menjadikan sebagai ajang prostitusi, dan Danau Lugu tidak lepas dari masalah ini, walau ironisnya para prostitute tersebut sebenarnya bukan gadis  Mosuo asli  namun tidak lebih merupakan kaum pendatang yang berlaku seolah-olah mereka adalah gadis Mosuo.
  
  
  
  
  
  Dear Kokiers,
  
  Selain masyarakat Mosuo, ada lagi suku minortitas yang mempraktekkan Polyandry, antara lain yaitu suku  Nyinba, sebuah suku ber-etnik Tibet dan berlokasi di Barat daya Nepal. Suku Nyinba mempraktekkan fraternal polyandry. Setiap lelaki yang mempunyai saudara laki-laki menikah secara poliandry dengan perempuan yang sama dan walau demikian hubungan antar saudara tidak menjadi terganggu. Konsep cemburu tidak dikenal. Hanya ikatan kebersamaan total dan rela berbagi. Ladog,  salah satu komuniti Tibet  yang tergolong suku yang makmur, para perempuan umumnya menikah dengan lelaki bersaudara. (Levine 1987). Walau demikian di Ladog, 34.6%  perempuan menikah secara monogamy. Dan sekitar beberapa persen yang menikah dengan beberapa lelaki dalam satu keluarga.  
  
  Dalam sebuah film dokumenter Tribe, yang mengupas suku ini,  aku pernah menonton wawancara antara Bruce Parry (sang pemandu Tribe) yang mewawancarai kakak beradik yang mempunayi istri sama, mereka mengaku tidak ada rasa cemburu dan selalu mengalah, jika sang adik atau sang kakak tidak dapat giliran dari sang istri. They have no problem with that.  Bahkan, tidak jarang seorang perempuan mempunyai tiga suami yang semua nya adalah kakak beradik dari keluarga yang sama. Aneh...??
  
  http://sociologyindex.com/polyandry.htm
  
  Last but not the least, berbicara masalah adat istiadat tentu kita tidak bisa men-judge perilaku para perempuan di suku-suku tersebut, budaya turun temurun ribuan yang dianggap tidak normal di sebagian besar di dunia, namun merupakan masalah yang normal dan biasa di daerah yang mempraktekkan dan yang mempercayainya.  Yang menjadi masalah adalah penyalah gunaan adat tersebut untuk mengeruk uang sebesar-besarnya dengan mengekploitasi budaya yang bersangkutan, sehingga esensi makna nya menjadi kabur yang akibatnya menimbulkan sebuah stigma ataupun stereotype yang lebih sering condong ke negatif.
  
  
  Salam manis
  
  Reef Australia.
  

Author: abgsedapmalam    Time: 14-12-2010 02:23 PM

[youtube]d4yjrDSvze0[/youtube]
  
  

  Dari milis sebelah…. Lucu juga nih idenya….
  
Mengapa Poliandri lebih baik daripada Poligami?   
   
   
    Menurut daku, yang diperlukan oleh seorang anak bukanlah siapakah lelaki yang menyumbangkan seciprat sperma untuk membuat dirinya, tapi siapakah yang berperan sebagai sosok seorang ayah sesungguhnya dalam pertumbuhannya.
   
Justru dengan sistem 4 ayah 1 ibu, anak-anak diuntungkan karena lebih banyak yang melindungi mereka jika ada apa-apa. Bahkan mungkin ada baiknya jika ke-empat ayah tersebut mengatur shift kerja mereka sehingga setidaknya ada 1 ayah yang selalu berjaga di rumah setiap saat. Menjaga keluarga dari marabahaya. (Misal: Kalau ada perampok yang masuk rumah, setidaknya ada seorang lelaki dewasa yang akan melindungi ibu dan anak-anaknya)
   
Selain itu, 4 ayah berarti adanya 4 tulang punggung keluarga. (EMPAT saudara-saudara!! E-M-P-A-T!! bukan 1 atau 2 atau 3, tapi EMPAT sumber pemasukan keluarga!!) Jadi secara keseluruhan, kesejahteraan keluarga menjadi lebih baik.
   
Biaya perawatan anakpun lebih terjamin. Jika yang 1 terkena PHK, masih ada 3 lainnya yang bekerja.
Tentunya yang terkena PHK itu juga akan merasa gengsi dan malu terhadap 3 suami lainnya, sehingga ia akan berusaha mendapatkan kerja secepatnya.
   
Poliandri juga baik untuk mengurangi jumlah penduduk. Sebab, walaupun ada 4 pejantan yang siap membuahi, tapi pabrik anaknya cuma 1!! Jadinya ya dalam jangka panjang akan mengurangi jumlah penduduk dan anak-anak yang dibuat pun diharapkan lebih "berkualitas". (Ya itulah, karena biaya perawatan anak datang dari 4 sumber pemasukan) Intinya: turunkan kuantitas, naikkan kualitas!!
   
Kalau poligami bisa mengakibatkan persaingan di antara para istri dan anak-anaknya, poliandri mungkin bisa memberikan efek perdamaian. Sebab pada saat seorang anak tidak jelas siapa ayahnya (Pokoknya di antara 4 itu! Eh, diluar 4 itu juga bisa ding), maka para ayah akan tetap memberikan perhatian kepada si anak. Masing-masing ayah akan menganggap anak tersebut adalah anaknya. (Kalau di poligamikan, bisa ada resiko setiap anak membangga-banggakan ibunya doang dan menjelekkan ibu dari anak yang lain)
   
Para ayah tersebut punya teman untuk ngobrol malam-malam, teman untuk main catur, main panco (Kalau mau juga bisa buat turnamen kecil-kecilan) ataupun main kartu (Pas 4 orang! Cocok buat maen capsa, maen mahjong juga bisa). Nonton bola di rumah pun menjadi lebih semarak!
   
    Dengan sistem 4 suami pula para pria bisa belajar menekan rasa egoisnya dengan saling berbagi, bertoleransi dan bersabar. Ingat, Tuhan suka orang sabar… (Maap Tuhan, nama Anda "terpaksa" saya bawa-bawa).
Rewelnya istri pun menjadi lebih berkurang. Bayangkan jika seorang suami punya 4 istri. Maka dalam 24 jam, akan ada 4 orang istri yang berpotensi untuk mengomel dan mengeluh di kuping suami. Tapi JIKA 4 suami 1 istri, maka rata-rata kemungkinan masing-masing suami di-rese-in istri adalah maksimal 6 jam sehari. (Dengan asumsi ngawur bahwa sang istri mengomel selama 24 jam non-stop)
   
Sudah menjadi pengetahuan umum pula jika umur harapan hidup pria lebih pendek. Jadi, setidaknya jika seorang suami mati, sang istri tidak akan langsung menjadi janda, masih ada 3 orang suami yang menemani. Sementara jika sang istri yang mati, maka para suami bisa memilih untuk segera kawin lagi atau menjomblo. (Point bebek di sini: Kalau seorang wanita menjadi janda, maka ia lebih sulit untuk mencari suamidaripada seorang duda mencari istri)
   
Sekarang mari kita tinjau dari sudut seksualitas. Sudah menjadi keluhan umum di rubrik konsultasi kalau banyak wanita gagal mencapai orgasme karena suami cepat selesai atau tidur begitu saja setelah mencapai puncak. Padahal pada umumnya, wanita itu lebih lambat panas daripada pria.
   
Nah… dengan adanya 4 suami, maka suami-suami tersebut bisa ber-estafet ria. Jika istri lambat panas dan blum panas-panas juga, maka jangan kuatir, masih ada rekan anda yang akan meneruskan perjuangan membawa istri menuju ke puncak kenikmatan. (Menuju puncak, gemilang cahaya, mengukir cinta, SEJUTA RASA…. Kyaaaaaaa…!! )
  
Poliandri secara sekilas juga sesuai dengan kodrat seks manusia. Laki-laki pada umumnya hanya dapat orgasme 1 kali lalu keabisan tenaga, sementara wanita bisa orgasme berkali-kali, bahkan organ seksualnyapun tidak usah membutu*kan persiapan terlalu banyak seperti halnya laki-laki. (Kan harus nungguin Joy-sticknya berdiri dulu…)
Jika wanita berhalangan pun (Entah apapun alasannya…), laki-laki bisa dengan mudah swalayan karena organ seksnya terbuka dan menggantung di luar tubuh. (Tidak seperti perempuan yang organnya lebih tersembunyi, jadi lebih ribet kalau mau swalayan).
Akhir kata, poliandri "lebih baik" daripada poligami…
  Apa pendapat teman-teman setelah membaca tuntas artikel diatas
  
[youtube]VhQDXjdkcKw[/youtube]
Author: annehuda    Time: 16-12-2010 09:46 PM
mcm jadi mainan seks je perempuan tu...huhuhu
Author: banapore    Time: 18-12-2010 04:56 PM
kalau kita baca dari awal nampak adat perempuan yg kawin ramai suami ni dah berlaku beribu2 tahun dan perempuan menjadi seperti ketua keluarga berbanding lalaki.
yg aneh dan membanggakan mereka hidup harmoni begitu sejak beratus2 generasi lalu..
adakah sebelum kelahiran agama2 manusia mengamalkan poliandri dulu sebelum ditukar menjadi poligami?...
Author: liez    Time: 11-2-2011 03:41 PM
bukan kah sekarang ni issue perempua lebih ramai dari laki?? klo pompuanda kawen 4 laki...nnt ramrai la pompuan yang solo...cian dorang...huhuhuhu
Author: boria    Time: 21-12-2011 05:45 PM
Reply 6# banapore
harus di fikirkan tu...
Author: HaMiZiE    Time: 21-12-2011 08:17 PM
very interesting info....
thanks for sharing...
Author: shida81    Time: 21-12-2011 10:29 PM
satu laki pun x terlayan.. lagi nk pasang lebih.....islam itu indah.....
Author: zvicmorrow    Time: 21-12-2011 10:54 PM
macam mana nasib anak yg dilahirkan itu ya...tak tau bapak yg mana..
Author: zvicmorrow    Time: 21-12-2011 10:54 PM
macam mana nasib anak yg dilahirkan itu ya...tak tau bapak yg mana..
Author: jonlabu    Time: 22-12-2011 11:55 AM
tourist pun boleh bersedap2 dgn pempuan2 ni. tak lama lagi pupus lah kaum ni ..tourist yang datang sambil menghenjut sambil menularkan aids.
Author: sekunyut    Time: 23-12-2011 10:54 AM
menakutkan ....syukur dilahirkan sebagai seorang MUSLIM..
Author: banapore    Time: 23-12-2011 04:24 PM
manusia melakukan poliandri dulu sebelum agama di cipta oleh kaum lelaki maka poligami pula di popularkan dan menjadi salah satu add on dlm byk agama...
ingin mengetahui asal usul lihatlah alam,lihatlah kehidupan di alam binatang dan tumbuhan maka akan jumpalah fakta tersebut...
Author: banapore    Time: 23-12-2011 04:28 PM
Reply 10# shida81

hakikatnya kaum hawa lebih larat layan ramai kaum adam..sebab itu adalah biasa seorang pelacur fumpuan boleh layan sedozen laki atau lebih dari sehari berbanding pelacur/gigolo lelaki sehari seorang adalah normal...
Author: shida81    Time: 23-12-2011 04:34 PM
Reply  shida81

hakikatnya kaum hawa lebih larat layan ramai kaum adam..sebab itu adalah biasa se ...
banapore Post at 23-12-2011 16:28



   ingat x seksa ke nk melayan lelaki.... bkn setakat nafsu je.. mkn minum.. karenah lagi..... ingat pompuan suka jd pelacur ker..
Author: banapore    Time: 23-12-2011 04:42 PM
Namu                                                Nama lengkapnya Yang Erche Namu. Seorang gadis kecil biasa yang hidup di selatan China, namun memiliki perjalanan hidup yang luar biasa. Dari seorang gadis lugu yang berada di daerah kaki gunung dataran tinggi Tibet yang tak terjangkau, hingga berakhir menjadi seorang penyanyi di Los Angeles.

Semakin luar biasa perjalanan hidupnya, karena ia berada di tengah suasana ketika seluruh China harus mengadopsi revolusi kebudayaan di bawah Mao Zedong. Anda akan semakin tertarik ketika mengetahui bahwa komunitas yang dijalaninya, komunitas suku Moso, adalah sebuah komunitas dalam budaya yang bisa kita sebut matrilineal. Ya, karena semua garis keturunan diambil dari darah sang ibu. Juga, mereka tidak mengenal lembaga perkawinan.  Sebuah tradisi menarik yang harus menghadapi tantangan hebat ketika para prajurit di bawah suruhan Sang Ketua Mao, memerintahkan seluruh China harus mengikuti kebudayaan China Modern yang berasal dari kebudayaan Han. Termasuk ketika mereka harus dipaksa mengakui lembaga perkawinan.

Semua itu bisa Anda dapatkan di buku Leaving Mother Lake karya kolaborasi Yang Erche Namu sendiri dengan antopolog Christine Mathieu. Buku ini menjadi bahan pembicaraan para feminis sejak diterbitkannya 2 tahun yang lalu karena secara nyata menghadirkan sebuah suku yang BENAR-BENAR matriaki dan tidak mengenal perkawinan.

Aku pernah membaca resensinya di Kompas 2 tahun yang lalu, dan secara kebetulan menemukan buku itu di lemari adik perempuanku yang baru pulang dari Aceh. "Hadiah dari teman asal India", kata adikku. Kesempatan untuk membaca habis buku itu datang ketika saat ini aku harus bekerja di Bali. Tempat kos yang sepi di Ubud, dan tiadanya hiburan seperti televisi membuat aku terlarut untuk menghabiskan Leaving Mother Lake ini. Tentu sambil ditemani oleh suara riang para kodok di hamparan sawah belakang rumah kosku.
Author: banapore    Time: 23-12-2011 04:48 PM
Reply 17# shida81

ikut terseksa ada sorang pun dah terseksa kalau jenis dpt pasangan maniak atau pompuan itu sendiri jenis 'dingin'/tak minat dan sebagainya....contoh di beri nak tunjukkan hakikat fakta dan sejarah manusia dari ratus ribu tahun hingga kini bahawa pompuan mampu layan ramai lelaki berbanding lelaki dlm bab ehem..sebabnya faham2lah....
Author: boria    Time: 5-2-2012 04:56 PM
Adakah amalan ini akan kembali meluas kembali seperti zaman agama belum di cipta?




Welcome to CARI Infonet (https://mforum.cari.com.my/) Powered by Discuz! X3.4