CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

123Next
Return to list New
View: 13712|Reply: 42

BESEMAH - Negeri Para Leluhur

[Copy link]
Post time 6-3-2010 06:09 PM | Show all posts |Read mode
Post Last Edit by jf_pratama at 6-3-2010 17:21

BESEMAH, Tanah Para Leluhur
Sabtu, 6 Maret 2010

Wisnu Aji Dewabrata dan Buyung Wijaya Kusuma


Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti sedang mengamati kompleks megalitik di Desa Gunung Megang, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, Rabu (17/2).


Yopi, petani kopi dari Desa Talang Pagar Agung, Kecamatan Pajar Bulan, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, tak pernah menyangka kalau di bawah kebun kopi yang setiap hari dilaluinya terdapat peninggalan megalitik berupa bilik batu. Dua bilik batu yang letaknya bersebelahan itu ditemukan pada Desember tahun 2009.

”Pemilik kebun ini Pak Lukman. Suatu hari dia bermimpi kalau di bawah batu besar di kebunnya ada sesuatu. Pak Lukman mengikuti perintah mimpinya dan menemukan dua bilik batu ini,” kata Yopi, pekan terakhir Februari lalu.

Menemukan peninggalan megalitik melalui mimpi adalah cerita yang umum di masyarakat. Apa pun cerita yang beredar dari mulut ke mulut, kenyataannya memang banyak penemuan peninggalan megalitik di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam. Peninggalan megalitik Besemah berwujud bilik batu, batu berlubang (lumpang), arca, batu tegak, dan dolmen.

Wilayah Lahat dan Pagaralam adalah bagian dari Pegunungan Bukit Barisan di pantai barat Sumatera. Kedua kawasan itu sampai ke sebagian wilayah Bengkulu disebut sebagai kawasan Besemah (Pasemah). Besemah merupakan daerah pegunungan subur untuk pertanian sehingga tak heran bila kawasan itu menjadi pusat permukiman sejak ribuan tahun lalu.

Peninggalan megalitik Besemah mulai diteliti tahun 1930-1931 oleh Van der Hoop dari Belanda. Buku karya Van der Hoop berjudul Megalithic Remains in South Sumatera (1932) merupakan buku babon yang mengulas megalitik Besemah secara lengkap.

Tujuh bilik

Lebih dari 50 tahun setelah Van der Hoop menulis bukunya, pada tahun 1988 ditemukan lagi tujuh bilik batu di Desa Kotaraya Lembak, Kecamatan Pajar Bulan, Kabupaten Lahat. Tujuh bilik batu itu tersembunyi di bawah tanah di antara rimbunnya kebun kopi. Penemuan tujuh bilik batu merupakan penemuan peninggalan megalitik terbesar di kawasan Besemah dari segi jumlah.

Di dalam salah satu bilik batu, sampai saat ini masih bisa dilihat lukisan berbentuk kepala naga. Lukisan tersebut dibuat di atas batu dengan menggunakan warna merah dan putih.

Penemuan peninggalan megalitik terbaru adalah dua bilik batu di Desa Talang Pagar Agung pada Desember 2009. Ukuran ruangan di dalam kedua bilik batu sekitar 2 x 1,5 meter dengan ketinggian 1,8 meter. Penemuan itu istimewa karena di dalam bilik batu ditemukan arca kepala manusia setinggi 30 sentimeter.

Di Desa Pulaupanggung, Kabupaten Lahat, pada 2009 juga ditemukan sebuah lumpang batu yang terkubur di kedalaman satu meter di tengah kebun kopi. Lumpang tersebut diukir berbentuk ular yang sedang menelan anak kecil. Warga yang menemukan lumpang batu itu juga mengaku mendapat mimpi sebelum menggali tanah.

Lokasi penemuan lumpang batu tidak jauh dari lokasi tiga arca megalitik berbentuk manusia yang sudah diteliti oleh Van der Hoop. Untuk mencegah kerusakan, warga memasang pagar bambu di sekeliling situs.

Di dinding bilik batu Talang Pagar Agung, terdapat lukisan berbentuk lingkaran, lukisan tangan manusia, dan lukisan seekor binatang mirip kadal. Di bagian atapnya ada lukisan berbentuk pola anyaman.

Ayu Kusumawati dan Haris Sukendar dalam buku Megalitik Bumi Pasemah Peranan Serta Fungsinya menyebut, di kawasan Besemah terdapat sedikitnya 20 lokasi peninggalan megalitik. Tersebar di areal seluas 80 kilometer persegi. Nama-nama daerah tempat peninggalan megalitik adalah Tinggihari, Tanjungsirih, Pulaupinang, Lubukbuntak, Pulaupanggung, Air Puar, Tebing tinggi, Geramat, Mingkil, Nanding, Tebatsibentur, Tanjung Arau, Tegur Wangi, Belumai, Kotaraya Lembak, Muaradua, Bandaraji, Gunungkaya, Muara Tebu, dan Pagaralam.

Banyaknya peninggalan megalitik di Besemah adalah suatu petunjuk bahwa kawasan itu telah dihuni manusia setidaknya sejak 2.500 tahun sebelum Masehi. Pahatan detail dan halus berarti masyarakat Besemah saat itu sudah mengenal logam.

Peneliti Balai Arkeologi Palembang, Kristantina Indriastuti, berpendapat, bilik batu ataupun arca di Besemah dibangun untuk tujuan religius. Di dalam tanah itulah mereka melakukan ritual. Bentuk arca manusia, seperti di situs Tegurwangi dan situs Pulaupanggung, menurut Kristantina, adalah khas Besemah. Cirinya, bentuk manusia yang digambarkan dalam arca bertubuh tambun, bibir tebal, dan hidung pesek.

Arca-arca megalitik Besemah dibuat dengan alat semacam pahat dari logam. Jelaslah bahwa peninggalan megalitik Besemah eksis pada masa perundagian atau lebih kurang 2.500 tahun sebelum Masehi. ”Bentuk manusia dalam arca Besemah adalah figur manusia yang hidup di Besemah pada masa itu. Figur arca itu bukan menggambarkan wujud para dewa atau nenek moyang,” kata Kristantina.

Ia berpendapat, masyarakat Besemah yang menciptakan arca dan bilik batu adalah penduduk asli, bukan pendatang dari luar Sumatera. Cikal bakal manusia yang hidup di Besemah kemungkinan berasal dari manusia goa yang hidup 5.000-9.000 tahun sebelum Masehi. Bekas-bekas kehidupan manusia goa ditemukan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumsel. Jadi, kebudayaan manusia goa jauh lebih tua dari kebudayaan manusia Besemah.

Kuat dugaan bahwa masyarakat Besemah yang menciptakan bilik batu dan arca batu itu tidak pernah berpindah tempat. Dataran rendah Sumsel baru berkembang setelah masuknya pengaruh Kerajaan Sriwijaya pada abad VII Masehi dan masuknya pengaruh Islam.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 6-3-2010 06:12 PM | Show all posts
Raksasa Gajah "Siko-sikonyo" di Besemah
Sabtu, 6 Maret 2010


Di kawasan kaki Gunung Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, dan sekitarnya yang indah seperti tampak pada Rabu (17/2) inilah situs-situs megalitik ditemukan.


Batu gelondongan itu luar biasa uniknya. Bukan soal ukuran dan bobotnya yang beribu-ribu kilogram, melainkan bekas tatahan, goresan, dan guratan di sekujur batu andesit berupa adanya sosok besar raksasa manusia tambun dengan bibir tebal, mata belok, telinga besar, dan hidung pesek.

Sosoknya pun gempal dan tangannya gemuk serta kaki bergelang, berikut hiasan tubuh dengan atribut yang berlainan dengan seni arca kuna peninggalan masa Buddha dan Hindu yang ada di Indonesia.

Siapo, apo, bilamana, di mano, dan bagaimana kisah temuan batu besar berhiaskan tatahan dan torehan ”gambar”, juga siapa yang memboyong arca kuna asal dataran tinggi Pasemah yang disebut warga dan pemerintah daerah setempat dengan Besemah, hingga kini bercokol di ruang pamer Museum Balaputeradewa di Kota Palembang. Pertanyaan itu yang merangsang tim survei Jelajah Musi 2010 mendatangi kampung Kota Raya Lembak di Kecamatan Pajar Bulan, Kabupaten Lahat, tetangga dengan Kota Pagar Alam, di dataran tinggi Gunung Dempo, Sumatera Selatan.

Di sela dusun yang dikepung perkebunan kopi dan sahang, Asmani (56), warga, mengantar tim ke situs bekas ditemukannya batu gajah atau batu bulatan tunggal berguratkan tatahan unik sosok manusia, hewan gajah dan babi hutan dengan hiasan misterius juga. Di lokasi in-situ itu, Asmani menuturkan sisa ingatannya perihal kisah kakeknya yang ikut membantu ”tuan belanda” zaman sebelum perang memindahkan batu berat itu ke Palembang.

”Kalau tidak salah masih di zaman perang, mungkin sekitar tahun 1949,” tutur pensiunan juru pelihara situs Koto Raya.

Untungnya, Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti meluruskan info itu. ”Seingat saya, FM Schnitger yang memindahkan ke Palembang, bukan Van der Hoop,” ujarnya. Informasi Rangkuti ini disahkan Djohan Hanafiah, budayawan Sumatera Selatan, sambil membuka buku Schnitger, The Forgotten Kingdoms in Sumatra (1939). Batu besar itu kini ada di depan halaman Museum Rumah Bari di Palembang.

Beberapa penemu dan peneliti jauh di bawah zamannya Van der Hoop sebelumnya menduga, segala temuan benda bentukan manusia berbahan batu besar itu berasal dari peninggalan masa Hindu, jamaknya temuan arca di tempat lain. Pemerintah Belanda akhirnya mengirim Van Eerde mendatangi lokasi dataran tinggi Pasemah di lembah antara Pegunungan Gumai dan Bukit Barisan, di lereng Gunung Dempo (3.150 meter) yang berhawa sejuk pada 1929, serta memastikan pendapatnya yang berbeda dengan ”teori” yang berkaitan dengan kebudayaan peninggalan masa Hindu.

Akhirnya Van Eerde menugaskan ANJ Th van der Hoop agar melakukan penelitian mendalam selama tujuh bulanan pada 1930-1931. Van der Hoop mendatangi hampir semua lokasi yang dilaporkan banyak temuan megalit berupa arca manusia dan hewan dari batu besar, menhir, dolmen, bilik batu, lesung, palung, kubur batu berundak, dan lainnya.

Publikasi peninggalan tradisi megalitik Van der Hoop di Sumatera Selatan ternyata masih menjadi bahan kajian ilmiah studi tradisi megalitikum di Sumatera dan Indonesia.

Terkuak

Lelaki Belanda yang kemudian terkenal dengan bukunya, Megalithic Remains in South Sumatra (1932), itu memanfaatkan waktunya untuk mencatat temuan megalit di tanah subur perkebunan sayur-mayur, teh, dan kopi. Wawasan studi megalitikum di Sumatera boleh dikata mulai terkuak. Pendapat dan ”teori gaek” dari Letnan Infanteri Ullman (1850), perwira kesehatan EP Tombrink (1870), Engelhard (1891), dan Residen Bengkulu Westernenk (1922), yang menegaskan temuan itu berhubungan dengan ”pengaruh Hindu pada budaya batu besar”, akhirnya menguap seusai dan memancing studi kelanjutan arkeologi prehistori di Pasemah.

Siapa pendukung dan pelaku budaya batu besar itu, diuraikan Van der Hoop dengan catatan di buku berikut foto-foto bagusnya. Lalu, muncul kembali pembahasan dalam karya pendek HW Vonk, De Batoe Tatahan bij Air Poear (Pasemah Landen)–1934, mengulas hasil temuannya di bilik batu. Dari gabungan dua peneliti Belanda itu, sebetulnya sudah ada kesepakatan ilmiah bahwa segala peninggalan batu besar sebetulnya ”bukti” hasil warga bertradisi megalit sekitaran Pasemah. Khususnya arca batu yang in-situ, boleh dikata tidak ada ciri-ciri seperti cakra, sangka, dan pertanda lazimnya suatu arca berbudaya Hindu.

Arca batu besar Pasemah yang disebut-sebut bersifat dinamis dan berukuran besar serta sosoknya unik tidak mungkin digunakan dalam tata upacara Hindu. Bahkan, arca antropomorf yang berbibir tebal dengan pipi gembil, badan tambun, dan mata belok merupakan arca untuk upacara atau ancestor worship. Arca macam itu tidak mungkin digunakan dalam upacara Hindu, tetapi kemungkinan penggambaran, atau personifikasi dari arwah yang meninggal atau para pemimpin yang disegani masyarakat” (Ayu Kusumawati dan Haris Sukendar, 2003).

Lebih jauh CW Schuler pada tahun 1936 menemukan juga lukisan dan pahatan di dinding bilik batu, hasil dan terbitan penelitian Schuler dilanjutkan Frederic Martin Schnitger yang membahas dalam laporan Prehistoric Monuments in Sumatra (1938). Malah, Schnitger dengan khusus menulis soal arca gajah raksasa sehubungan dengan adat mengayau kepala manusia dalam karangan Een Olifantsbeeld uit Zuid-Sumatra (1938).

”Minat studi Schnitger terhadap arca batu gajah, saya anggap yang merangsang Schnitger yang kontrolir Palembang, memboyong batu lebih dari lima ton yang sekarang ada di Museum Negeri Sumsel Balaputradewa,” kata Rangkuti yang ikut ke lapangan, Februari lalu.

”Kaum arkeolog berterima kasih atas upaya keras Schnitger mengamankan arca itu meskipun dilematis karena dari sudut pandang arkeologi batu gajah itu seharusnya tetap berada di situsnya, seperti arca batu raksasa lain yang berserakan di sekitar 20 situs di kawasan budaya megalit Pasemah,” ucap Rangkuti.

Dari segala laporan, mulai dari Westenenk, Van der Hoop, hingga Schnitger, Rangkuti menganggap peneliti megalit Indonesia masih mengacu ke pustaka klasik itu.

Pasemah semakin istimewa lagi karena teknik pengarcaannya menggabungkan sosok manusia dengan wujud hewan seperti gajah, kerbau, harimau, ular, babi hutan, dan lainnya. ”Gaya pengarcaan yang menurut Von Heine Gelderen yang strongly dynamic agitated, suatu budaya monumental yang dinamik ala Pasemah, sungguh suatu local genius tiada tara. Tidak sama dan tidak ada kesamaannya dengan peninggalan megalit di Nias, Sumba, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan,” ujar Rangkuti.

Andaikan potensi budaya megalit ini dimanfaatkan dan dimekarkan, nama Pasemah atau Besemah dengan Gunung Dempo pasti akan masyhur nian di dunia karena batu besak Pasemah itu satu-satunya, siko-sikonyo. Ya apa tidak, yo apo idak?
Reply

Use magic Report

Post time 7-3-2010 06:56 PM | Show all posts
Banyak ya tinggalan sejarah kuno kat Negara nkorang.Kat Negara Kami dulu pun banyak cuma Raja-raja kami yg memeluk Islam menuruti nasihat-nasihat dari Syeikul Islam Syeikh Abdullah Al Qumairy pendakwah Islam terkemuka di Semenanjung dulu supaya menghapuskan tinggalan-tinggalan yg berunsur kafir.Lagipun masa tu seluruhnya iaitu raja dan penduduk memeluk Islam.Jadi semua candi dan patung dimusnahkan.
Reply

Use magic Report

Post time 8-3-2010 05:09 PM | Show all posts
3# sayapghaib

candi lembah bujang ada lg...
Reply

Use magic Report

Post time 9-3-2010 10:20 AM | Show all posts
3# sayapghaib  

candi lembah bujang ada lg...
yaminz Post at 8-3-2010 17:09


itu ahli arkeologi British korek dan simen kan balik.Kalau diorang tak susun balik memang tertimbus dalam tanah.
Reply

Use magic Report

Post time 9-3-2010 04:17 PM | Show all posts
5# sayapghaib
Kita xambil serius dlm mjaga warisan sejarah kita, mostly tbiar mcm tu...
Reply

Use magic Report

Follow Us
 Author| Post time 9-3-2010 11:46 PM | Show all posts
http://sambali.blogspot.com/2010/03/sumatra-site-may-have-oldest-megaliths.html

A new megalithic discovery in South Sumatra has been tentatively dated to 5000 BCE along with a relief showing a woman along with two children riding an elephant, and people under attack by crocodiles and snakes.

If the dating is confirmed, this will be the oldest megalithic site and the oldest relief found in Southeast Asia. Possibly also the earliest evidence suggesting the use of tamed elephants.

Although there is no identification of the culture involved mentioned in the article, the period of 5000 BCE would fit into Wilhelm Solheim's suggested chronology for the dispersion of the Nusantao. The latter people used megaliths especially dolmens according to Solheim.

Megalithic site found in South Sumatra

PALEMBANG, South Sumatra: A megalithic settlement has recently been unearthed at Skendal village, 10 kilometers from the town of Pagaralam in South Sumatra.

Irfan Wintarto, an official at the Lahat Culture and Tourism Agency's Historical and Archeological Preservation Department, said local residents had discovered around 36 types of rocks on a 150-by-300-meter plot in the middle of a 2-hectare coffee plantation. The site is currently being investigated by the Archeological Region Conservation and Heritage Center (BPPP).

"The findings are believed to date back to around 5,000 B.C.," Irfan said.

"The types of rocks and megaliths found are quite diverse."

Among the items are a mortar and a 1-by-1.3-meter relief showing a woman riding an elephant with two children, and people being attacked by crocodiles and large snakes, as well as several altars believed to have been used for offerings. - THE JAKARTA POST

http://www.stonepages.com/news/archives/003728.html

Baca juga ... http://barabudur.blogspot.com/
Reply

Use magic Report

Post time 10-3-2010 09:01 AM | Show all posts
5# sayapghaib
Kita xambil serius dlm mjaga warisan sejarah kita, mostly tbiar mcm tu...
yaminz Post at 9-3-2010 16:17

memang ada catatan Candi-candi tu dimusnahkan oleh pemerintah bila diorang memeluk Islam.Ini kerana hampir semua penganut amalan-amalan ugama yg menggunakan candi sebagai tempat suci memeluk agama Islam dan tak menggunakan candi lagi.Contohnya candi kat puncak gunung Jerai.Jika tak dimusnahkan sudah pasti candi-candi tu tak rosak dengan begitu teruk dan masih wujud seperti di negara-negara lain.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 26-7-2010 01:17 PM | Show all posts
Dua Situs Kubur Batu Ditemukan di Lahat


Sarkofagus/Ilustrasi


LAHAT, KOMPAS.com--Dua situs kubur batu berbentuk bangunan rumah batu, ditemukan di areal perkebunan kopi Desa Talang Pagarangung, Kecamatan Fajar Bulan, Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan, Minggu.

Menurut Akhmad Rivai dari Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) wilayah kerja Jambi, Bengkulu dan Babel, lokasi penemuan situs yang diperkirakan dibuat pada zaman purbakala atau 5.000 tahun sebelum Masehi (SM) itu, berada di areal kebun kopi milik Lukman, warga Kota Raya Darat, Kecamatan Fajar Bulan, Lahat, berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya desa.

Saat ini di lokasi penemuan situs kubur batu tersebut sudah dilakukan pemagaran, dan dilakukan penggalian untuk mengetahui bagian pintu masuk situs itu.

Dari hasil penggalian di salah satu ruangan ditemukan lempengan batu dan pahatan arca kepala berbentuk manusia.

Berbagai benda yang ditemukan dari hasil penggalian kini diamankan pemerintah daerah setempat, sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut oleh BP3 Jambi yang membawahi Sumsel. Pada setiap kubur batu itu juga terdapat pahatan dan lukisan.

"Pada bangunan rumah batu atau situs tersebut, terdapat satu pintu berukuran tinggi 1,60 meter dengan lebar dua meter, dan kemudian satu bangunan lagi berukuran tinggi 1,65 meter dan lebar 1,50 meter, yang terdapat pahatan dan lukisan serta arca berbentuk kepala manusia," kata Akhmad Rivai.

Ia mengatakan lokasi ditemukannya situs kubur batu itu, berjarak delapan kilometer dari Kota Pagaralam, atau 60 km dari Lahat, berada di lahan perkebunan kopi milik warga setempat.

"Diperkirakan situs kubur batu ini berasal dari zaman purbalaka atau 4.000 - 5.000 tahun sebelum Masehi, dengan kondisi bangunan masih utuh, tetapi tidak ditemukan adanya kerangka manusia sebagaimana layaknya kuburan," katanya.

Menurut dia, posisi bangunan tidak mengalami perubahan kecuali ada batu yang berada di lokasi itu sudah retak.

Ia mengatakan untuk memastikan berbagai guratan dan benda yang ditemukan pada kuburan tersebut, masih harus dilakukan penelitian oleh Balai Arkeologi.

"Kami baru menurunkan tim pengawasan untuk pengamanan situs bersejarah ini, namun untuk mengetahui umur dan jenis benda-benda yang ditemukan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut," katanya.

Kepala Desa Talang Pagaragung Fahrodin mengatakan hasil penemuan itu akan dilaporkan kepada Pemerintah Kabupaten Lahat dan instansi terkait lainnya untuk ditindaklanjuti.

"Kami sudah mengamankan berbagai temuan yang terdapat dalam bangunan kubur batu itu, termasuk lokasi kubur yang sudah dilakukan penggalian, mengingat ini merupakan benda bersejarah yang harus dilindungi dan dijaga," katanya.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 26-7-2010 01:20 PM | Show all posts
Pagaralam, Lintasan Megalitikum Gelombang Kedua

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak bisa dimungkiri, Pagaralam adalah wilayah yang memiliki peradaban tua. Penemuan puluhan kubur batu belakangan ini menunjukkan bahwa wilayah tersebut adalah sebuah area lintasan zaman megalitikum.

Menurut Von Heine Geldern, kubur batu termasuk kebudayaan megalitikum gelombang kedua atau disebut juga Megalit Muda yang menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1.000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalit gelombang ini adalah peti kubur batu, dolmen, waruga sarkofagus, dan arca-arca dinamis.

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan atau papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.

Selain Pagaralam dan Lahat, daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta), dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi, serta manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu dapat ketahui persamaan antara peti kubur dan sarkofagus, yang keduanya merupakan tempat menyimpan mayat disertai bekal kuburnya.

Selama ini, Pagaralam memang telah dikenal dengan peninggalan zaman megalitikum. Hal ini terbukti dengan penemuan arca-arca yang tersebar di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam, seperti Karangindah, Tinggiari Gumai, Tanjungsirih, Padang Gumay, Pagaralam, Tebatsementur (Tanjungtebat), Tanjung Menang-Tengahpadang, Tanjungtebat, Pematang, Ayik Dingin, Tanjungberingin, Geramat Mulak Ulu, Tebingtinggi-Lubukbuntak, Nanding, Batugajah (Kutaghaye Lame), Pulaupanggung (Sekendal), Gunungmigang, Tegurwangi, dan Airpur.

Penemuan yang paling menarik adalah megalitik yang dinamakan Batugajah, yakni sebongkah batu berbentuk telur, berukuran panjang 2,17 m, dan dipahat pada seluruh permukaannya. Bentuk batunya yang asli hampir tidak diubah, sedangkan pemahatan obyek yang dimaksud disesuaikan dengan bentuk batunya. Namun, plastisitas pahatannya tampak indah sekali.

Batu dipahat dalam wujud seekor gajah yang sedang melahirkan seekor binatang antara gajah dan babi-rusa, sedangkan pada kedua belah sisinya dipahatkan dua orang laki-laki. Laki-laki sisi kiri gajah berjongkok sambil memegang telinga gajah, kepalanya dipalingkan ke belakang dan bertopi. Perhiasan berbentuk kalung besar yang melingkar pada lehernya. Begitu pula pada betis, di sana tampak tujuh gelang. Pada ikat pinggang yang lebar tampak pedang berhulu panjang, sedangkan sebuah nekara tergantung pada bahunya. Pada sisi lain (sisi kakan gajah) dipahatkan seorang laki-laki juga, hanya tidak memakai pedang. Pada pergelangan tangan kanan laki-laki ini terdapat gelang yang tebal. Adapun pada betis tampak 10 gelang kaki.

Temuan batu gajah dapat membatu usaha penentuan umur secara relatif dengan gambar nekara itu sebagai petunjuk yang kuat, selain petunjuk-petunjuk lain seperti pedang yang mirip dengan belati Dong Son (Kherti, 1953 : 30), serta benda-benda hasil penggalian yang berupa perunggu (besemah, gangse) dan manik-manik. Dari petunjuk-petunjuk di atas, para ahli berkesimpulan bahwa budaya megalitik di Sumatera Selatan, khususnya di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam, berlangsung pada masa perundagian. Pada masa ini, teknik pembuatan benda logam mulai berkembang.

Sebuah nekara juga dipahatkan pada arca dari Airpuar. Arca ini melukiskan dua orang prajurit yang berhadap-hadapan, seorang memegang tali yang diikatkan pada hidung kerbau, dan orang yang satunya memegang tanduknya. Kepala serigala (anjing) tampak di bawah nekara perunggu tersebut.

Kantor berita Antara menulis, belum lama ini sedikitnya 15 kuburan batu telah ditemukan di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan yang lokasinya tersebar di lima kecamatan.

Berdasarkan informasi dari lokasi penemuan kubur batu itu, Senin, lokasi penemuan rumah batu tersebut beberapa di antaranya berada di Kecamatan Pagaralam Utara, dua di Kecamatan Dempo Utara, dan satu di Kecamatan Dempo Tengah wilayah Kota Pagaralam.

Untuk wilayah Lahat, yaitu tujuh di Kecamatan Pajarbulan, satu di Kecamatan Jarai, dan dua kubur batu di Desa Talang Pagar Agung, Kecamatan Pajarbulan.

Penemuan kuburan batu itu, menurut informasi warga setempat, banyak terjadi antara lain melalui proses mimpi sehingga setelah itu dilakukan penggalian yang dilakukan penduduk setempat.

Aset cagar budaya ini semuanya masih belum dikelola pemerintah dan penduduk setempat yang merupakan pemilik lahan tempat ditemukannya bangunan bersejarah tersebut.

"Untuk saat ini, semua kuburan batu yang sudah ditemukan langsung diteliti dan didata untuk mengetahui dengan pasti jenis cagar budaya tersebut," kata Akhmad Rifai, petugas Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3 Jambi) dengan wilayah kerja Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Babel.

Dia mengatakan, memang ada beberapa jenis peninggalan purbakala yang sudah ditemukan di wilayah Pagaralam dan Lahat, yaitu megalit, kuburan batu, tempayan, arca, lumpang batu, dan beberapa jenis benda bersejarah yang diperkirakan berusia ratusan hingga ribuan tahun.

"Kami sudah melakukan pendataan penemuan kuburan batu, seperti di Dusun Tanjung Aro 2, Dusun Tegurwangi 2, Dusun Belumai 1 untuk Pagaralam, sedangkan wilayah Lahat di Desa Kota Raya Lembak 7, Desa Gunung Megang 1," ujarnya.

Akhmad mengatakan, setelah pendataan, semua cagar budaya tersebut langsung dilindungi BP3 Jambi. Mereka lalu langsung mengangkat juru kunci sebagai petugas pemeliharaann cagar budaya ini.

"Kuburan batu atau situs yang ditemukan di Desa Talang Pagaragung, Kecamatan Pajarbulan, belum dimasukkan dalam salah satu benda bersejarah yang harus dilindungi karena baru ditemukan dan masih dalam proses penelitian tim dari arkeologi BP3 Jambi," katanya.

Ia mengatakan, penelitian hanya bersifat menentukan umur, masa, dan jenis benda yang terdapat di dalam bangunan tersebut saat penggalian.

"Kami sudah melakukan penelitian. Bentuk bangunan bukan tempat pemujaan atau langgar, melainkan kuburan batu sama dengan yang sudah lebih dulu ditemukan di daerah lainnya, baik di Kota Pagaralam maupun wilayah Kabupaten Lahat," ungkap Akhmad Rifai.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 26-7-2010 01:23 PM | Show all posts
Tim Arkeolog Temukan Ratusan Megalit di Lahat


Megalitik Tinggihari di Desa Pulau Pinang, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, Minggu (14/2).


LAHAT, SUMSEL, KOMPAS.com--Tim Balai Arkeologi Sumatera Selatan bekerja sama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi berhasil menemukan 191 batu megalit di Desa Talang Pagaragung dan Desa Pajar Bulan, Kecamatan Pajar Bulan, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.

Informasi dari tim itu, di Lahat, Selasa, menyebutkan bahwa penelitian dan pendataan yang dilakukan Balai Arkeologi (Balar) Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi telah menemukan batu megalit dalam berbagai jenis, seperti tetralith, batu datar, dolmen, lumpang batu, lesung batu, batu gelang, dan bilik batu.

Peninggalan sejarah yang diperkirakan sudah berumur ribuan tahun itu, ditemukan di sekitar perkampungan penduduk, kebun kopi, dan persawahan.

"Memang selama ini daerah Lahat, Pagaralam, dan Empat Lawang cukup banyak terdapat penemuan benda bersejarah dan benda cagar budaya. Karena itu tim Balar Sumsel harus terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pendataan sekaligus menelitinya," kata Ketua Tim Balar itu, Kristantina Indriastuti.

Dia menyatakan, Tim Balar yang melakukan pendataan batu megalit berjumlah tujuh orang, yaitu Sondang, Hari Oktavianus, Ismayanti, Firdaus, Aminah, dan Untung. Lokasi yang dipilih di wilayah Kecamatan Pajar Bulan, Lahat.

"Saat ini dari hasil pendataan ditemukan sekitar 191 batu megalit, yaitu 9 tetralit, 91 batu datar, 58 dolmen, 11 lumpang batu, 19 lesung batu, dan 3 batu gelang. Kemudian di Desa Talang Pagaragung ditemukan bilik batu bergores pola geometris, tangan dan jari manusia serta hewan melata," kata dia lagi.

Menurut dia, saat ini baru tahap rekonstruksi penelitian tahap awal terhadap sejumlah benda bersejarah yang berada di daerah Kecamatan Pajar Bulan, Lahat. Tahun depan direncanakan baru menyusul di Kota Pagaralam.

"Pendataan dan penelitiaan terhadap berbagai benda bersejarah ini akan dilakukan selama 12 hari khusus di wilayah Lahat saja. Nantinya data yang berhasil dikumpulkan akan dijadikan sebagai kajian lebih lanjut bersama Balai Kelestarian Cagar Budaya Pusat," ujar dia lagi.

Kantor BP3 wilayah kerja Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Babel, Akhmad Rivai, mengatakan saat ini sejumlah lokasi penemuan megalit, situs kubur batu dan sejumlah benda bersejarah lainnya sudah dilakukan penelitian dan pendataan termasuk penggalian untuk mengetahui yang lainnya.

Hasil penggalian ditemukan pula bilik batu yang terdapat lempengan batu dan pahatan arca kepala berbentuk manusia di Desa Talang Pagaragung dan Desa Pajar Bulan, Lahat.

"Berbagai benda yang ditemukan dari hasil penggalian sudah didata dan diamankan dengan melakukan pemagaran, sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut dari Balar dan BP3 Jambi membawahi Sumsel masih akan mendata secara keseluruah megalit di daerah ini," kata dia pula.

Bangunan bilik batu atau situs batu yang ditemukan itu merupakan satu pintu berukuran 1,60 meter, lebar 2 meter, dan kemudian satu bangunan lagi berukuran tinggi 1,65 meter, lebar 1,50 meter yang terdapat pahatan dan lukisan serta arca berbentuk kepala manusia.

Data ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut dengan Balai Kelestarian Cagar Budaya Pusat, kata Rivai pula.
Reply

Use magic Report

Post time 26-7-2010 02:30 PM | Show all posts
itu la, ntah pahapenye raja2 zaman dulu, kalo kat jawa, bila diorang peluk islam, candi2 tak dirobohkan malah ada yang di convert jadik masjid. Respek to indonesian pasal hal2 ni.
Reply

Use magic Report

Post time 26-7-2010 03:07 PM | Show all posts
Yang penting tu budaya Melayu bukan budaya Jawa... Jawa asal dari Kelantan..ok
Reply

Use magic Report

Post time 26-7-2010 04:57 PM | Show all posts
loh, jowo tu ore kelate ko?
Reply

Use magic Report

Post time 26-7-2010 05:06 PM | Show all posts
Ada orang buat teori camtu...macam nak tergelak rasanya...
Tapi harap2 terbuktilah betui

Ko tanya la HangPC2...
Reply

Use magic Report

Post time 26-7-2010 06:46 PM | Show all posts
patung2 mcm ni elok di kaji....mcm2 maklumat bole dpat..lepas di document kan, musnahkan aje..berhala tuu..huhu

by the way.. jawa dari kelantan ke, kelantan dari jawa??..aku nampak mcm the latter. (wayang kulit, batik, dll)
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 26-7-2010 09:33 PM | Show all posts
Kuda kepang kat Johor tu kalau dah abis dimainkan{:2_70:} patut dimusnahkanlah....
Reply

Use magic Report

Post time 26-7-2010 09:59 PM | Show all posts
loh, jawa tu asal kelantan plakk
Reply

Use magic Report

Post time 27-7-2010 12:25 PM | Show all posts
Yang penting tu budaya Melayu bukan budaya Jawa... Jawa asal dari Kelantan..ok
nobito Post at 26-7-2010 15:07


sangat2 setuju.......
Reply

Use magic Report

Post time 27-7-2010 01:04 PM | Show all posts
jawa asal kelantan atau kelantan asal jawa?

yg aku tau kelantan dulu cukup kuat hindunya dan mendapat mandat menjadi 'serambi majapahit' ataupun majapahit kedua...

tapi tak dinafikan majoriti pnduduk kelantan berasal dari jawa, pastu berasimilasi dgn Melayu tempatan...

tu sebab perangai dan budaya kelantan lebih mirip jawa brbanding Melayu...
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

26-4-2024 06:37 PM GMT+8 , Processed in 0.340111 second(s), 46 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list