CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 2722|Reply: 0

SEJARAH ILMU KALAM YANG MEMBINASAKAN

[Copy link]
Post time 1-6-2019 01:20 PM From the mobile phone | Show all posts |Read mode
SEJARAH ILMU KALAM YANG MEMBINASAKAN

Oleh AAMRO

Kejelekan dan kekacauan dalam Islam, separuhnya disebabkan oleh ilmu durjana ini.  Sebuah ilmu yang disorokkan dalam gedung di sebuah pulau Yunani lalu ditagih oleh khalifah Abbasiyah!

Tersenyum sampai ke pipi lah para pendita nasrani saat itu,  kerana buku yang tidak diinginkan dan buku membahayakan sehingga di rantai dalam gedung rahsia,  akhirnya diminta oleh Sultan Abbasiyah,  ketua negara Islam yang terbesar: banding Umawiyah yang kecil di Kurtubah Andalusia.

Pada 529M, Akedemi falsafah Plato ditutup oleh Justianian maka para ahli filsafat pun bertebaran dan tinggal merata.

Kebanyakannya menuju ke kawasan persisir Syria , Iskandariyah dan Parsi. Kisra Parsi,  Anushirwan menerima kebanjiran ahli falsafah ini lantas mendirikan Akedemi Jundishapur.

Takdirnya bandar tempat berdiamnya ahli filsafat seperti Iskandariyah, Antokiah,  Emesa dan Edesa,  ditakluk Islam.  Makanya pengaruh filsafat mula berkembang.

Khalid ibn Yazid ibn Murawiyah (w 708M), pembesar Umawiyah yang menguasai Mesir memerintahkan karya ilmiyah Yunani di Iskandariyah di terjemah ke dalam Bahasa Arab. Jadilah dia orang pertama melakukan proses tersebut.

Mungkin ini sahajalah pekerjaan yang dilakukan oleh pembesar Umawiyah, dan selanjutnya adalah perbuatan Abbasiyah.

Setitik ilmu dari yunani dilihat tidak mencukupi.

Lalu kegairahan kepada ilmu filsafat makin bertambah.  Mahu tidak mahu, khazanah falsafah yang berasal dari bangsa Yunani perlu di gali. Jawapannya ada di gedung terlarang.

Maka ilmu Yunani pun dibawa masuk ke Baghdad,  bermula zaman Al Mansur, Sultan ke-2 Abbasiyah yang berkuasa sedari 754 hingga 775M.

Diterjemah oleh para penterjemah Istana,  ada yang Islam dan ada yang penterjemah itu kafir musyrikin.  Buku ditimbang dengan emas, itulah harga sebuah terjemahan.

Disebalik kegairahan sang Sultan mengarahkan penterjemahan,  adalah di belakangnya berdiri kukuh Keluarga Al Barmaki,  kaum Parsi yang memang mencintai filsafat.

Khalid bin Barmak, ditakdir mendampungi Sultan As Saffah,  sang pendiri Monarki Abbasiyah. Dan dizaman Yahya bin Khalid Al Barmaki inilah gedung ilmu yang bernama Darul Hikmah berkembang.

Segala ilmu diterjemah,  tak terkecuali ilmu yang menyebabkan terfitnah. Itulah ilmu kalam.

Ketika inilah Abu Hanifah (702 -  772M) hidup.  Maka dia sangat membenci terhadap ilmu Kalam yang diambil dari Yunani.

Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata:

"Aku telah menjumpai para ahli ilmu kalam. Hati mereka keras, jiwanya kasar, tidak peduli jika mereka bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Mereka tidak punya sikap wara' dan juga taqwa” (Syiar A’lam An Nubala).

Namun saat itu,  ilmu kalam belum berdiri secara tersendiri.  Pemikiran ilmu kalam belum disusun secara berstruktur: ilmu filsafat dan ilmu kalam masih bercantum.

As Syahrastani dalam kitab Al Milal Wan Nihal berkata tentang zaman Al Ma'mun (p 786 -  833M):

“Bahawa sesudah kemudian itulah ulama-ulama Mu’tazilah mempelajari buku-buku filsafat pada masa pemerintahan khalifah Al Ma’mun, maka mereka mempertemukan sistem filsafat dengan sistem ilmu kalam dan menjadikannya ilmu yang berdiri sendiri diantara ilmu-ilmu yang ada, serta menamakannya dengan nama Ilmu Kalam".

Lantas dizaman Al Ma'mun lah ilmu kalam mula mengambil tempat istimewa. Filsafat dipisah dari ilmu kalam hingga ia menjadi sebuah ilmu tersendiri.

Disebut ilmu kalam kerana ia bermain dengan kata-kata.  Dan diguna untuk pertama kali terhadap subjek Perkataan Tuhan (baca: Al Quran itu makhluk atau bukan).  Lantas ilmu ini dipanggil Ilmu Tentang Kata,  alias Ilmu Kalam.

Dicipta oleh Socrates lalu diperkukuh oleh Artistotal dan Plato, muridnya. Aslinya dikatakan Socrates ini murid kepada murid Nabi Sulaiman.  Tetapi nampaknya dia mula terjerumus dalam pengagungan aqal.

Kerana dia hidup dikalangan bangsa Yunani yang berfikir rasional,  malah beragama rasional,  maka dia telah mencipta sebuah cara mengukur keabsahan (ke-shahih-an)  agrumentasi beragama.

Dia percaya tatacara beragrumentasi inilah jalan yang benar dalam berhujaj. Lalu hujah yang benar la

This post contains more resources

You have to Login for download or view attachment(s). No Account? Register

x
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

11-12-2024 04:27 PM GMT+8 , Processed in 0.570894 second(s), 13 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list