|
KUMPULAN BERITA MUSIK INDONESIA PALING ANYAR
[Copy link]
|
1127lili This user has been deleted
|
|
|
|
|
|
|
|
FESTIVAL
Energi Pop Asia dari Korea Selatan
Frans Sartono
"FeelUp the Asian Energy梤asakan energi Asia." Itu sesumbar perhelatan musikAsia Song Festival yang digelar di Seoul, Korea Selatan, 22 September lalu. Negeri Ginseng itu tengah berupaya menghimpun energi daribintang-bintang pop Asia, mulai F4 dari Taiwan sampai Peterpan dari Indonesia.
Bandrock cowok dari Indonesia ini akan segera mengalirkan energi kepentas...!" kata pembawa acara untuk mengantar Peterpan naik panggung Asia Song Festival (ASF).
Arieldan kawan-kawan lalu membawakan dua lagu Topeng dan Sally Di Sini. Dualagu tersebut bisa membuat penonton konser Peterpan di Indonesia melonjak-lonjak.
Akantetapi, band asal Bandung yang juga populer di Malaysia, Brunei, danSingapura itu rupanya belum dikenal publik Korea. Sekitar 40.000penonton yang memadati Sangam World Cup Stadium tidak memberi responsmeriah. Setidaknya jika dibandingkan dengan respons mereka pada bandtempatan Korea, seperti Super Junior atau TVXQ. Saat band lokal tampil,teriakan menggemuruh terdengar dari ujung ke ujung tanpa putus.
Penggemarfanatik mereka memadati stadion lengkap dengan seragam masing-masingdengan warna kuning, biru, dan merah. Teriakan puluhan ribu penggemaryang kebanyakan remaja putri usia belasan tahun itu menjadi semacamgrafik daya pikat band penampil.
Rupanya,mereka hanya bereaksi seru pada band atau penyanyi yang mereka kenal. Apresiasi pada penampil yang belum mereka kenal terkesan nyaris dingin. Nasib serupa Peterpan dialami oleh grup asal Filipina, Barbie Almalbiz梡emain bas band ini adalah putra dari Gregorio "Gringo" Honasan, tokoh kontroversial Filipina. Dari awal sampai akhir lagu, siBarbie yang bernyanyi dua lagu dalam bahasa Tagalog dan Inggris tak mendapat sambutan layak.
Tampaknya,pentas ini didatangi oleh penonton yang tumbuh dari budaya visualtelevisi di mana sosok sang bintang menjadi sangat penting. Nyatanya,setiap kali wajah penyanyi tersorot di layar raksasa yang terbentangpada kanan kiri panggung, penonton menjerit-jerit. Peterpan sempatkebagian jeritan ketika sosok vokalis Peterpan Ariel tersorot di layar.
Pertukaran budaya
Kemampuanmusikal dan komposisi Peterpan boleh dibilang berada di atas rata-ratapeserta festival. Mereka tampil rancak dan hidup. Akan tetapi,kenyataannya, festival masih berupa konser yang berbasis penggemar.Massa datang tidak untuk berapresiasi pada lagu. Mereka cenderungbertumpu pada fanatisme atas figur-figur tertentu. "Cultural exchange",pertukaran budaya via musik pop Asia yang didengung-dengungkanpenyelenggara belum terasa di stadion.
Pertanyaantentang kesediaan publik Korea untuk terbuka pada musik pesertanon-Korea dipertanyakan Kompas pada jumpa pers yang digelar di Hotel Shilla, Seoul, sehari sebelum konser.
"Kamiingin Korea mempunyai basis penggemar bagi artis dari luar Korea.Dengan begitu, kami bisa mempromosikan mereka di sini (Korea)," kata Shin Hyun-taek, Ketua Korea Foundation for International CultureExchange (Kofice) yang menggelar ASF.
"Kami ingin membuat konser lebih banyak hingga penggemar di Korea dapat mengenal mereka lebih baik lagi," janji Shin Hyun-taek.
Koficeadalah sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang kebudayaan.Mereka antara lain mempunyai program melakukan pertukaran budaya lewatmusik pop.
"Sayaharap Anda menikmati sepenuhnya program harmoni ini, di mana beragamkultur di Asia menyatu dalam lagu," kata Shin Hyun-taek.
Festivalyang digelar untuk keempat kalinya sejak tahun 2003 ini menampilkan 15penyanyi dan band dari sembilan negara, yaitu Korea, Indonesia, Taiwan,Jepang, Thailand, Vietnam, Filipina, dan China (termasuk Hongkong).Indonesia untuk pertama kalinya ikut serta, yaitu lewat Peterpan.
Dipentas terlihat pemandangan "aneh". Peserta dari sembilan negara itubernyanyi dengan bahasa masing-masing. Penonton ternganga-nganga dalamketidakpahaman bahasa masing-masing. Akan tetapi, dalam pandanganpenyelenggara, bahasa tidak akan menjadi halangan bagi massa. "Jikasudah bicara soal musik, bahasa bukan lagi halangan," kata Ketua KoficeShin Hyun-taek.
Reproduksi
Barangkalike-asia-an Asia Song Festival terletak pada keragaman bahasa. Akantetapi, produk dengaran mereka tak lebih dari pantulan realitasindustri musik pop global saat ini. Asia yang merupakan pasar besar dankonsumen besar hasil industri musik Barat itu baru menghasilkanpeniru-peniru.
PenyanyiJepang, Kuraki Mai, misalnya, tampil dengan gaya ala Britney Spears, dimana tari lebih penting dari nyanyi. Sementara grup dari Korea, sepertiSuper Junior dengan 13 personel, SG Wanna Be, TVXQ, tak lebih dari kopihidup-hidup dari fenomena boys band. Mereka sangat memerhatikan pesonaraga, termasuk wajah menawan, busana, serta gaya panggung yang kayagerak tari.
Rupanyafenomena kumpulan biduan cowok alias boys band masih menyala-nyala diKorea. Di Indonesia, musim boys band telah lewat sekitar tiga tahunlalu. Dalam rangka demam boys band tersebut, kelompok empat cowokganteng Taiwan F4 masih cukup bertaring di Korea meski gaya merekatermasuk "kuno".
KostumF4, misalnya, mengingatkan model Michael Jackson, seperti topi hitamdan kaus tangan putih. Begitu pula koreografi F4 dibayangi Jacko mulaimemainkan ujung topi sampai梞aaf梞emegang-megang bagian tengahselangkangan .
Energi Asia dalam festival lagu di Korea itu masih berupa energi meniru-niru. Energi rasa Asia belum tergali.
[ Last edited by jf_pratama at 30-9-2007 11:21 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Rasanya Dihantui "Letto"
Susi Ivvaty
Ku harus memulai kerinduan lagi/ Hari ini/ Karena/ Kangenku memang tak tahu malu/ Apalagi kalo sedang diracun madu/ Tolong aku
Nukilan liriklagu Hantui Aku dalam album kedua milik kelompok band Letto, Don抰 MakeMe Sad, produksi Musica Studio抯, mungkin sederhana. Noe, vokalis grupini, ingin mengatakan, madu yang selalu dianggap manis itu bisameracuni. Manisnya bisa keterlaluan. Dalam lagu yang bertutur tentangseseorang yang dihantui orang lain ini, Noe ingin mengungkapkan bahwamadu tidak harus selalu menyenangkan.
Namun,lirik-lirik lagu Letto sejatinya adalah kekuatan kelompok ini, selainunik lagunya tidak terlalu sulit dilantunkan. Lirik yang disuguhkanLetto bisa ditafsir secara berbeda oleh orang lain, sama seperti albumpertama, Truth, Cry, and Lie. Tentu belum lepas dari ingatan, laguRuang Rindu atau Sandaran Hati, yang sampai kini masih laris dipakaisebagai nada dering telepon seluler.
Simak lirik lagu Memiliki Kehilangan. Tak mampu melepasnya walau sudah tak ada/ Hatimutetep merasa masih memilikinya/ Rasa kehilangan hanya akan ada/ Jikakau pernah merasa memilikinya. Sebuah permainan kata yang filosofis meski bukan pemikiran baru.
Lirik-lirik lagu Letto ini 攂ersaing |
|
|
|
|
|
|
|
Komunikasi "Jablay" ala Beduk
Susi Ivvaty & Ilham Khoiri
Salawatan diiringi beduk dengan nada lagu "Kamu Ketahuan", lagu milik grup Matta yang sedang "ngetop" itu, mengapa tidak? Wo抩, salatullah salamullah, 抋la taha rasulillah.... wo抩. Nah, salawatan justru lebih komunikatif.
Salawatan atau kidung pemujaan kepada Nabi Muhammad SAW bernada lagu Kamu Ketahuan itu diserukan remaja masjid At-Taqwa, Batu Jaya, Kampung Rengas, Karawang, pimpinan Namin Oma. Remaja masjid ini juga memakai lagu Jablay yang dipopulerkan Titi Kamal, lagu Ondel-ondel, dan lagu yang sedang ngetop lainnya.
Saat mengikuti lomba menabuh beduk di lapangan Karawang, Senin (24/9), tabuhan beduk remaja masjid ini terdengar rancak dan menyemangati. "Kami ingin agar lirik Islam lebih populer. Kalau lagunya sama, kan, orang bosan mendengarnya," ujar Namin.
Dalam pandangan Ketua Lembaga Musik Indonesia Didit Herwani Mahaswara, dibanding alat tabuh lain seperti gong, beduk lebih mampu memberikan pengaruh semangat yang menggelora. "Beduk tetap bisa nge-beat, dengan penampilan yang elegan, keren, dan berwibawa," katanya.
Beduk sebagai alat musik pukul atau perkusi di Indonesia memang sudah telanjur melekat dengan masjid. Itu karena beduk biasa digunakan sebagai penanda waktu shalat atau berbuka puasa saja.
Namun, beduk sejatinya bisa digunakan dengan sangat fleksibel dan dikolaborasikan dengan alat musik modern. Karena kelekatannya dengan masjid dan sejarah dakwah Islam di Indonesia, beduk lebih banyak dipakai oleh kelompok-kelompok musik yang mengusung nuansa keislaman, seperti Kantata Taqwa, Kyai Kanjeng, dan Pesona Wangka.
Bahkan menurut etnomusikolog Rizaldi Siagian, musik modern pun memakai beduk meski bentuknya sudah bergeser. Sejumlah kelompok musik modern malah memakai beduk dengan bentuk yang masih asli. "Di Jepang, ada Kitaro yang memakai beduk dalam pertunjukan taiko," ujarnya.
Rizaldi menambahkan, fungsi beduk dalam musik modern diwakili oleh suara bas-drum. Pada tahun 1970-an, pemukul drum di Indonesia masih sering disebut pemukul beduk.
Meski pamornya di Indonesia terkesan hanya terangkat ketika menjelang Ramadhan, selama Ramadhan, dan menjelang Idul Fitri, beduk sebagai alat musik sebenarnya tetap menggeliat. Pesona Wangka, kelompok musik yang didirikan di Sungai Liat, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, pada tahun 1993 itu mulai mengolah beduk sejak tahun 2001. Mereka tertarik dengan alat tradisional ini karena mudah diolah dan dimasukkan dalam berbagai jenis musik populer.
Kolaborasi
Dalam Parade Bedug Sampoerna Hijau 2007, Pesona Wangka berkolaborasi dengan beberapa grup band lokal seperti Zoro Band dan grup rock Meteor Band. Saat manggung di Cirebon, Pesona Wangka bersama Meteor Band melantunkan lagu Ada Anak Bertanya pada Bapaknya milik Bimbo.
Hasilnya adalah sebuah kolaborasi yang unik. Meteor memainkan gitar, kibor, dan drum, sedangkan Pesona Wangka menimpali dengan tabuhan hadrah dan beduk dengan rentak zapin Melayu. Pesona Wangka bisa berimprovisasi meningkahi Meteor yang nge-rock.
"Kami memanfaatkan beduk sebagai bas, ketukan, atau pengatur ritme organisasi musik. Beduk ini cukup netral, tidak terfokus pada nada dasar tertentu," kata Sis Purwanto dari Pesona Wangka.
Kelompok musik perkusi Ozenk dari Bandung beberapa waktu lalu di Lativi dan SCTV memakai beduk saat berkolaborasi dengan Ungu Band dan Slank. Meski biasanya menggunakan kendang, timpani, simbal, dan etnopercussion seperti dokdok, Ozenk kerap memakai beduk. "Bisa untuk mengiringi lagu dangdut, pop, ataupun rock," kata Dede, Manajer Ozenk.
Kolaborasi beduk dengan berbagai alat musik sudah dilakukan sejak dulu. Salah satu upaya yang digagas LMI pada tahun 1985 adalah pentas kolaborasi musik modern dengan alat musik etnik di berbagai daerah di Nusantara, bertajuk spektra semesta. "Ini metode untuk merevitalisasi musik etnik agar identitasnya sebagai musik asli tidak pudar," papar Didit.
Apa yang dilakukan pensiunan dosen Organologi Fakultas Kesenian Institut Seni Indonesia, Trimanto, patut dicatat. Pada tahun 1970 ia mulai mengolaborasi gamelan dengan beduk. Ia pun pentas di jalan-jalan.
Trimanto memakai beduk karena fungsinya sebagai media komunikasi. Gamelan hanya bisa dimainkan di ruangan sehingga keindahannya tidak terdengar luas. Pada tahun 1980, dengan mengendarai mobil Chevrolet-nya, ia menabuh gamelan ditimpali beduk, berkeliling Kota Yogyakarta.
Trimanto manggung di jalan dalam berbagai perayaan, mulai peringatan kemerdekaan RI hingga sumpah pemuda. Pada tahun 1995 ia membeli empat truk untuk mengangkut beduk. "Beduk itu kalau besar terkesan spektakuler, jadi orang mudah tertarik," katanya.
Memukul beduk itu mudah. "Pukul saja dengan ngawur, lalu dibarengi gamelan. Lama-lama akan ritmik dengan sendirinya," jelas Trimanto.
Itulah beduk, media komunikasi yang melintas batas. Hidup beduk!
[ Last edited by jf_pratama at 30-9-2007 12:17 PM ] |
|
|
|
|
|
|
|
SERINGAI: Hard and Heavy
Artist: Seringai
Album: Serigala Militia
Label: Universal Music
Rating: **** out of *****
Standout Tracks: Serigala Militia (Militia Wolf), Skeptikal, Citra Natural (Natural Image), Mengadili Persepsi: Bermain Tuhan (Judging Perception: Playing God)
The release of Seringai's debut album prompts the response that it'sabout time a major label produced some great rock music instead of the same old mellow pop tunes.
Ladies -- and, especially, gentlemen -- please prepare your hearts and souls for this hard-and-heavy-rocking collection from Seringai, Serigala Militia.
The band opens this album with Berhenti di 15 (Stop at 15), asking everyone to go back to their youth and forget everything else besides headbanging and slamdancing.
It's a fascinating opening track indeed, because you just can't seem to stop listening to their songs after that.
The same was true of their first EP, High Octane Rock, which was released in 2004 and sold more than 14,000 copies. An amazing number for an underground band.
Seringai has been a regular headliner at school festivals in Jakarta and Bandung, West Java.
Singer Arian13, a former vocalist of Bandung-based hardcore bandPuppen, is definitely one of the best local lyricists around.
In his songs, he blames the government for making young generations skeptical and curses the so-called religious mass organizations forplaying God. He also mocks hipsters for always following the latest fashion trends just to look beautiful.
This 11-track collection, for which the band spent two years in the recording studio, is perfect in terms of sound quality. The music, particularly the guitar, blends well with the vocals and will surely get your adrenaline pumping.
It's not enough to listen to this album. Check them out live as well.
-- Aditya Suharmoko
[ Last edited by jf_pratama at 30-9-2007 12:51 PM ] |
|
|
|
|
|
|
|
SERIGALA MILITIA: Mau Jadi Korban Baru SERINGAI?
UWANNA ROCK? U wanna headbanging? Let's rock with SERINGAI! Band inimemang bukan band yang menyuguhkan lagu-lagu pelan, karena semuanyamenyorongkan track keras dengan speed yang terjaga. Yup, Seringai. Bandyang berawak Arian13 [vokal], Sammy [bass], Khemod [drum] dan RickySiahaan [gitar] ini "akhirnya" merilis album keduanya bertajuk 'SERIGALA MILITIA'.
Terakhir, Seringai merilis album 'High Oktane Rock' adalah tahun 2004. Tiga tahun sejak "Membakar Jakarta" menjadi anthemdi beberapa pensi anak SMA Jakarta, mereka kini kembali memanaskan scenmusik rock di Indonesia. "Kalau mau merasakan energi rock yangsesungguhnya, dengarkan musik Seringai," celetuk Arian13 ketikamelaunching album keduanya ini di Vicky Sianipar Music Center, Jakarta,Sabtu [8/9/2007].
Banyak hal menarik yang terungkap dalampenggarapan album yang digagas lebih dari dua tahun ini. Salah satunyaketika bicara lirik. Banyak peristiwa yang kemudian mejadi acuan merekauntuk menulis lirik. Seperti single pertama 'Citra Natural'yang berwacana soal ketidaksetujuan Seringai pada pencitraan olehmedia. "Kenapa cantik itu harus putih, rambut lurus dan rambut lurus?"kilah Arian yang diangguki Khemod.
Kemudian track "MengadiliPersepsi [Bermain Tuhan]" yang bertariak soal pembasmian kebodohansayap kanan. "Ini lebih kepada melihat satu persoalan yang tidakpenting tapi dianggap jadi penting," imbuh Arian.
Dalam bahasaRicky [gitaris], sejak mereka bekerja menggarap album ini, Seringaiingin memuaskan dahaga penggemarnya dengan sensasi the ultimate rock experience. "Album ini akan membunuh kebosanan kamu," tegas gitaris yag juga wartawan di salah satu majalah musik ini.
Darisound, sebenarnya tidak mudah mendapatkan ornamen rock yang pas danbenar-benar terdengar rock. Di Indonesia, sampai saat ini yangbenar-benar menemukan formulasi sound yang pas adalah Koil danSeringai. "Secara penggarapan termasuk sound, kita memang lebihmaksimal," tegas Sammy, yang nimbrung bicara. Album 'Serigala Militia'ini dalam kacamata Arian13 adalah alternatif untuk musik di Indonesia.
Bicarasoal karakter lagunya, Ricky menjelaskan mereka sekarang berkaca kepadacrowd. "Kita buat part-part yang bisa untuk nyanyi bareng, untungheadbang atau untuk tubruk-tubrukan. Semua kita akomodir di album ini,"jelasnya.
Soalpilihan judul album, Seringai yang terbentuk tahun 2002 pasca bubarnyaPuppen [dimana Arian13 adalah vokalisnya juga], tidak punyapersonifikasi khusus. "Ini sebutan untuk penggemar kita saja biarterdengar lebih garang," kilah Sammy nyamber.
Mungkin memangtidak mudah sesederhana mencerna musik pop, tapi buat kamu yang perlualternatif, band ini memberikan pilihan lain. Berani? |
|
|
|
|
|
|
|
Mendengarkan Gesang
Frans Sartono
Gesang, penggubah lagu "Bengawan Solo", itu genap berusia 90 tahun pada 1 Oktober 2007. Dalam rangka memperingati ulang tahun seniman keroncong kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu, perusahaan rekaman Gema Nada Pertiwi menerbitkan album "Tribute to Gesang". Pada tahun 2005 terbit "Gesang: Platinum Collection" yang dibuat untuk memperingati 88 tahun usia Gesang. Keduanya menjadi dokumen auditif yang bisa dikatakan langka.
Kita simak dulu album Gesang: Platinum Collection. Pada awal album termuat sekelumit wawancara dengan Gesang yang dibuat tahun 1992, atau ketika Gesang berusia 75 tahun. Gesang ditanya soal latar belakang lagu Bengawan Solo.
"Pada musim kemarau tahun 1940 saya melihat Bengawan Solo kering airnya. Padahal, pada musim hujan airnya berlimpah. Dua keadaan yang sangat berlainan ini memberikan kesan yang dalam sekali bila dihubungkan dengan kehidupan manusia dan alam. Dimulai dengan senandung, saya goreskan pensil pada secarik kertas bekas pembungkus rokok dan terciptalah Bengawan Solo."
Setelah itu Gesang lalu menyanyikan lagu yang menjadi karya monumental tersebut. Suara Gesang pada lagu tersebut terdengar "original", maksudnya apa adanya lengkap dengan segala nada yang agak meleset bidikannya. Namun, tampaknya yang lebih menarik dalam album ini justru orisinalitas suara Gesang dan bukan kaidah olah seni suara.
Dengan segala keorisinalitasan semacam itu Gesang melantunkan 14 lagu terkenalnya, antara lain Bengawan Solo gubahan tahun 1940, Jembatan Merah (1943), Saputangan (1943), Caping Gunung (1973), Sebelum Aku Mati (1963), Tirtonadi (1942), Roda Dunia (1939), Dunia Berdamai (1942) dan Pamitan (1940)
Lagu-lagu tersebut direkam pada tahun yang berbeda, yaitu tahun 1988, lalu melompat ke tahun 1999 serta tahun 2002. Bengawan Solo direkam tahun 1988 bersama Orkes Keroncong Senja Ayu. Caping Gunung yang dibuat tahun 1999 dikemas dalam gaya campursari oleh kelompok musik Hanjar Ingrat pimpinan Andjar Any. Sedangkan Pamitan dibuat tahun 2002 bersama Orkes Keroncong Bahama, di mana Gesang bernyanyi bersama Sundari Soekotjo.
Interpretasi
Album Tribute to Gesang merupakan kompilasi dari sejumlah penyanyi dan grup yang menginterpretasikan lagu Gesang dengan versi personal. Bengawan Solo, misalnya, digarap dengan berbagai versi. Terkumpul antara lain Bengawan Solo versi rock dari rekaman Farid Hardja tahun 1995.
Lagu yang sama juga dibawakan dalam gaya eksperimental oleh Sambasunda. Penyanyi Melani Tunas membawakannya dalam keroncong berbahasa Mandarin. Kemudian Idris Sardi melihat dari sisi romantis Bengawan Solo lewat gesekan biola.
Bengawan Solo juga ditampilkan dalam versi country oleh Tantowi Yahya yang dipinjam dari versi produksi Ceepe Production 2005. Dengan versi country ini, Tantowi pada tahun 2006 membawa Bengawan Solo ke festival musik country di Nashville, Tennessee, Amerika Serikat.
Melankolik
Di luar Bengawan Solo atau Jembatan Merah sebenarnya Gesang juga membuat beberapa lagu melankolik. Salah satunya adalah Pamitan yang ditulis tahun 1971. Lagu ini pernah dibawakan Broery Pesolima dalam versi bahasa Indonesia. Aslinya lagu tersebut dibuat Gesang dalam bahasa Jawa.
Pada album Platinum Collection, Gesang membawakan dalam bahasa Indonesia bersama Sundari Soekotjo. Sedangkan pada album Tribute to Gesang, lagu dibawakan dalam bahasa Jawa oleh Iin.
Gaya melodi Pamitan menunjukkan pengaruh kuat tembang macapatan Jawa pada Gesang. Lagu ini populer terutama pada masyarakat pengguna bahasa Jawa. Lagu yang berbicara tentang perihnya berpisah dengan kekasih itu terkesan sangat sendu dan ngelangut. Namun, liriknya tidak membekaskan kecengengan. Dalam atmosfer gundah justru tebersit kebesaran jiwa untuk melepas kepergian.
Simak lirik awal: Lilanana pamit mulih (relakan daku berpamitan pulang). Pesti kula yen dede jodone (sudah nasib aku bukan jodohmu).
Perpisahan itu tetap mengikat hubungan batin. Pada bait akhir tergambarkan eratnya hubungan emosional tersebut:
"Eman-eman mbenjang ndika yen ta nganti digawe kuciwa," (sayang jika suatu hari nanti kau dibuat kecewa). Batin kula mboten lila yen ta nganti mung disia-sia (Hatiku tak kan rela, jika engkau disia-siakan (orang)."
Dari 44 lagu gubahan Gesang, Pamitan boleh jadi merupakan lagu paling melankolik.
|
|
|
|
|
|
|
|
Ungu Religikan Diri Lewat Album
Astaga!Musik - Sudah bukan masanya lagi memproduksi album relijius dengan sound-sound jaman dahulu, ala padang pasir. Untuk bisa diterima masyarakat, para musisi mengupayakan agar lagu reliji saat ini, lebih easy listening, seperti Grup Band Ungu yang pada album "ada PencariMu".
Di album ini, Ungu memasukkan suara dan efek baru, yang mereka beri nama formula album pop di album religi.
Keunggulan komposisi lagu karya Ungu adalah di genre musik apapun, mereka tetap menebar karakter pop dengan nuansa rock, dengan sedikit distorsi gitar yang jadi ciri khasnya. Uniknya, untuk lagu religi Islami pun hal itu dilakukan Ungu.
“Agar tetap dekat dengan audience, tanpa meninggalkan pesan moral dan Ketuhanan melalui lirik,” ungkap pentolan Ungu Enda, yang menulis 3 lagu dari mini album religi Islam Ungu yang berisi 5 lagu baru ini.
Lagu ‘Para PencariMu’ karya Enda (menjadi OST Sinetron Para Pencari Tuhan) yang menjadi pembuka mengedepankan efek gitar elektrik Enda dan Oncy燿iraungkan dengan sedikit distorsi, dikawal rhythm section bassist Makki dan beat drum Rowman yang kaya roffel itu.‘ara PencariMu’ menunjukkan kekayaan pengalaman Ungu untuk menggarap lagu-lagu religi dengan warna medium beat.
Di tembang ‘Sembah Sujudku’, Enda memberikan warna minimalis dimana vokal Pasha hanya dikawal piano dan string keyboards, menjadi bukti lahirnya harmoni antara melodi dan lirik religi.
Bercerita tentang ucap terimakasih dari hamba Allah atas rizki yang selalu diberikan, meski kadang manusia –dengan sengaja atau tidak– tetap berbuat dosa. Diberi spoken –pengucapan kata-kata pada tengah lagu– ‘Sembah Sujudku’ menjadi lagu yang paling mellow pada mini album religi Ungu kedua ini. Indra Qadarsih dipilih sebagai Additional player piano/keyboard untuk lagu ‘Sembah Sujudku’.
Oncy, bassist Ungu juga menulis lagu ‘Sesungguhnya’ yang bernuansa pop mellow, banyak dikawal gitar akustik, terutama pada interlude atau tengah lagu.
Mini album religi Para PencariMu ini ditutup dengan lagu karya Enda berjudul ‘Tuhanku’, yang memanfaatkan paduan suara anak-anak bersalawat, yang pada tengah lagu, ditampilkan bunyi 2 gitar elektrik.
Lima lagu semestinya tidak cukup. Namun keseriusan Ungu menggarap album ini membuat kualitas kelimanya begitu prima. Tak heran, tiga lagu dari album ini sudah dipesan sebagai soundtrack sinetron. Nah, apakah lagu itu juga menjadi soundtrack hidup Anda? Selamat ber-ramadhan dengan Ungu.
[ Last edited by jf_pratama at 7-10-2007 02:21 PM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Manusia: Band Dengan Nuansa Emosi
Astaga!Musik - Bangkitnya industri musik tanah air, membuat banyak kelompok baru berdatangan. Seperti sebuah band yang menamakan dirinya Manusia. Lewat album perdana bertajuk "Manusia baru," band ini mencoba menarik perhatian para pecinta musik.
Kendati berdiri lewat label indie, AR 74 record, namun personilnya David (vokal), Acil (drum), Didi (gitar & programmer), Billy (gitar) dan Yusi (bas) tak gentar untuk bersaing.
Dari 10 lagu yang ditawarkan, single 'Angin' terpilih sebagai tembang jagoan. Memang, lagu-lagu yang ditampilkan Manusia dalam album ini, seolah mencerminkan emosi yang dirasakan manusia, seperti sedih, bahagia, marah dan cinta.
Coba saja simak liriknya, "Angin yang berhembus, membawa lamunanku. Tolong titip rasa rindu, adakah di sana dia rindu. Hangan tubuhku seperti diriku merindukannya saat ini...
Diakui, kendati latarbelakagn para pesonilnya berbeda tapi mereka sepakat melahirkan Manusia dalam sosok sebuah musik beraliran pop. Pertegas musiknya, sentuhan riff-riff gitar yang bluesy dan feel rock pada solo guitar verse-nya sangat terasa. Belum lagi nuansa moderen dengan looping drums.
Berbekal pengalaman manggung di beberapa cafe, serta pengalaman sebagai additional player beberapa musisi terkenal ranah air, Manusia berupaya menghadirkan lagu-lagu yang sekiranya bisa mengaktualisasi diri mereka dan juga mewakili selera para pecinta musik yang selama ini jadi pendengar setia mereka.
Seperti apa musik yang ditawarkan? Baiknya simak langsung.
Tracklisting:
1 Angin
2 Jangan Tinggalkan
3 Kar'na Mencoba
4 Cinta Begitu Indah
5 Rasa Iba
6 Buka Mata Hati
7 Sampai kapan
8 Tahanan Cinta
9 Damai
10 No Regret |
|
|
|
|
|
|
|
Peluncuran Album Trilogi Chrisye
JAKARTA(SINDO) |
|
|
|
|
|
|
idiot_malay This user has been deleted
|
Good thread ...
[ Last edited by idiot_malay at 13-10-2007 12:04 PM ] |
|
|
|
|
|
|
|
TOP UP: Album Ke-2 Milik NIDJI
SEBAGAI band yang baru merilis satu album BREAKTHRU. NIDJI tergolong cepat melesat. Album pertamanya dikemas dalam dua album berbeda, bahasa Indonesia dan full Bahasa Inggris. Nama band ini juga langsung melesat ke jajaran band papan atas di Indonesia. Malah baru-baru ini di ajang Soundrenaline 2007, mereka terpilih sebagai band yang paling menginspirasi dan berhak nonton konset The Police di Paris.
Seolah tak mau kalah dengan band-band besar lainnya yang sudah merilis album, band yang diawaki Giring [vokal], Rama [gitar], Ariel [gitar], Randy [kibord], Andro [bass], dan Adri [drum] ini akhirnya juga meluncurkan album barunya yang diberi titel 'TOP UP'. Dari labelnya, Musica Studio's album ini dijadual beredar di pasaran sekitar 12 November 2007 mendatang secara serentak.
Album kedua ini, menjagokan single “Biarlah” yang upbeat dan memadukan Brit Rock & Indonesian Rock. Memang, seperti dikatakan Giring kepada RILEKS.com di Palembang beberapa waktu silam, materi album keduanya ini bakal lebih garang dibanding album sebelumnya.
Konsep musik NIDJI adalah modern rock yang memadukan unsur-unsur lain, seperti progresif, funk, alternatif, dan pop. Grup-grup band yang secara tidak langsung mempengaruhi dan menjadi inspirasi terhadap corak musik NidJi, antara lain L' Arc-en-ciel, Coldplay, Goo Goo Dolls, U2, Radiohead, Smashing Pumpkins, The Verve, Dave Matthews, The Killers, Keane]
Secara resmi, NIDJI terbentuk Februari 2002 silam. Awal April 2005, NIDJI menambah personilnya menjadi 6, yaitu seorang keyboardist bernama Randy yang merupakan sahabat dari Giring, sang vokalis
|
|
|
|
|
|
|
|
"Hard to Feel..." dari Nidji
Jimmy S Harianto
Try to believe,
I抦 looking through your heart
Say you don抰 leave me, don抰 leave
It抯 hard to feel
Ooh I try to believe,
I抦 looking through your heart
Say you don抰 leave me, don抰 leave
It抯 hard to feel
Sepintas dari liriknya, sepertinya lagu asing milik The Beatles. Padahal, itu lagu yang beberapa waktu sebelumnya sering dilantunkan Giring, sang vokalis grup Nidji. Sebuah lagu yang dalam bahasa Indonesia dikenal luas publik musik pop berjudul "Hapus Aku".
Kutipan bait di atas adalah versi Inggris bagian refreinnya, yang di dalam bahasa Indonesia mudah Anda ingat: Yakinkan aku Tuhan, dia bukan milikku. Biarkan waktu, waktu, hapus, aku... Sadarkan aku Tuhan, dia bukan milikku. Biarkan waktu, waktu, hapus, aku...
Seperti juga judul versi Inggrisnya, Hard to Feel, yang tak persis sama artinya dengan Hapus Aku demikian pula "terjemahan" keseluruhan lirik lagunya. Nyaris tak mirip. Tetapi, hebatnya jika Anda putar secara bersamaan, Hard to Feel ternyata sangat klop dinyanyikan bareng Hapus Aku. Apalagi andai bisa kedua-dua versinya dinyanyikan dengan vokal Giring! Maka, jadilah paduan dua lagu yang selaras. Coba saja....
Apakah Hard to Feel di album Nidji versi Inggris (2007) akan sepopuler "asli"-nya (Hapus Aku), tentu masih perlu menunggu waktu. Publik musik memang tak bisa ditebak. Seperti juga ketika grup musik berenam (kesemuanya berusia di bawah 25 tahun) ini melemparkan album pertama mereka, yang versi Indonesia (2006), ke pasaran.
"Single (lagu yang diharapkan akan menjadi hit, biasa ditaruh di urutan pembuka) kami sebenarnya Sudah. Ternyata orang lebih suka Hapus Aku. Ini di luar dugaan kami," ujar Giring Ganesha (24).
Dan memang, Hapus Aku dibawakan di mana-mana. Dari peserta kompetisi (mendadak) dangdut di televisi (Hapus Aku yang didangdutkan), sampai lantunan para pengamen di bus-bus kota, terminal, tempat-tempat makan di pinggiran jalan, sampai di hampir setiap penampilan Nidji sendiri di berbagai pertunjukan.
Modal dua lagu
"Boleh dikata, tur kami yang pertama di 12 kota tahun 2006 hanya bermodalkan dua lagu, Hapus Aku dan Kau dan Aku," tutur Giring. Mulailah penyanyi muda berambut kribo ini mewarnai berbagai pentas televisi.
Padahal, mereka berenam dulunya hanyalah grup band indie (independen). Mula pertama diorbitkan oleh label indie UppErgrOUnd milik mantan personel grup KLa, Lilo. Nama indie mereka adalah Niji (tanpa "d").
Bermula dari nama usulan gitaris mereka, Ariel, yang mengutip salah satu judul lagu grup musik Jepang, Laruku "Niji", yang artinya, pelangi. Tetapi, ketika dikontrak oleh Musica Studio抯 14 Juli 2005, mereka menyisipkan huruf "d" di nama mereka. Nama dengan empat huruf, kata Giring (mengutip pendapat Achin, bos Musica), enggak mendatangkan hoki. Jadilah sampai kini nama Nidji yang rupanya benar-benar membawa hoki.
Meski masih baru dan belum matang benar penampilan musik mereka, namun grup berenam ini sungguh menjanjikan warna lain di kalangan grup-grup musik pop Indonesia. Tak heran jika mereka belum lama ini terpilih sebagai grup band yang "membawa perubahan" dalam rangkaian tur musik A Mild Soundrenaline di berbagai kota Indonesia.
Sebuah tur yang bertema perubahan, "sound of change", yang diikuti grup-grup terkemuka Indonesia, termasuk grup-grup yang lebih dulu populer seperti Peterpan, Slank, ADA Band, dan lain-lain.
Selain dimotori vokalis (yang juga bisa bermain keyboards) Giring, grup ini diperkuat personel penabuh drum Adri (24), bas Andro (23), gitaris Ariel (24), gitaris Rama (23), dan anggota termuda mereka, Run D atau Randy (22) di keyboards.
"Mereka seumur dan teman sepermainan," ungkap personal manager Nidji, Agung Febrianto, yang akrab mereka juluki sebagai "Vele". Produser mereka juga bukan orang yang asing di percaturan grup musik, Noey dari Java Jive. Selain sudah menelurkan satu album Breakthru |
|
|
|
|
|
|
Sirul_razhar This user has been deleted
|
|
|
|
|
|
|
|
TEN 2 FIVE: Album Barunya Jadi Soundtrack Film
APA KABAR TEN 2 FIVE? Band pop asal Jakarta ini memang sedang berbenah. Tak cuma berbenah untuk album baru, tapi juga secara musikalitas mereka memilih mengeram karyanya sampai benar-benar menemukan yang pas. Sudah nemu?
Pertanyaan itu tampaknya harus dijawab, sudah! Pasalnya band yang masih berawak Imel [vokalis], Arief [bass], Robin [gitar], dan Poltak [drum] ini kabarnya sejak November 2006 silam sudah masuk studio untuk menggarap [baca: menyelesaikan] album kketiganya. Tak heran, kalau album yang akhirnya diberi titel "3" itu dirasa menjadi pertaruhan panjang band yang awalnya dikenal dengan single bahasa Inggrinya, 'I Will Fly' itu.
"Kita memang mencari waktu yang pas untuk merilis album ini. Penggarapannya juga bisa dibilang tidak sebentar untuk menemukan warna yang pas di album baru ini," celetuk Imel kepada wartawan dalam launching albumnya di Ke'Kun Cafe Kemang, Rabu [24/10/2007] kemarin.
Ada beberapa hal baru yang coba dilakukan oleh bandyang dibentuk dari pertemanan personilnya ketika kuliah di Australia ini. Misalnya mereka mencoba bermain di area blues yang jarang mereka mainkan. Ada sentuhan gitar ngeblues yang dimainkan oleh Baron di track berjudul 'As Long As I Got You'. Unik juga, meski mungkin kita terkaget-kaget mendengar suara Imel yang jujur saja, kurang pas masuk ranah blues.
Pilihan singlenya adalah 'Hanya Untuk-MU' di track pertama. Pilihan lagu berbahasa Indonesia ini seperti menabrak kebiasaan band ini. Lantaran di dua album sebelumnya, mereka selalu meilih single berbahasa Inggris di awal. Uniknya lagu ini tak bicara cinta antar manusia, tapi lebih kepada kepasrahan kepada Tuhan. Terdengar seperti lagu religi versi populer.
Entah apa pertimbangannya, tapi setelah di album sebelumnya menyelipkan lirik bahasa Perancis, di album baru ini, TEN 2 FIVE memberikan bonus lagu berbahasa Jepang berjudul 'Eien No Ai' [Forever Love]. "Ah saya belajar sambil bermusik kok," kata Imel yang mengaku juga masih belajar.
Diakui juga oleh Arief, ketika membuat lagu mereka sempat mendengar band-band seperti Kangen Band dan Matta band. Kok? "Kita pingin tahu, seperti apa sih lagu-lagu yang langsung nempel di kuping masyarakat," imbuhnya.
Oh ya, lagu-lagu di album baru ini juga bakal menjadi soundtrack film layar lebar berjudul 'Medley' yang bakal tayang November 2007 mendatang. [joko/foto: istimewa]
[ Last edited by jf_pratama at 29-10-2007 09:28 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Album Lagu Karya Presiden Yudhoyono Dirilis
Album lagu ciptaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diluncurkan di Jakarta, Minggu malam (28/10), pada sebuah acara khusus yang dihadiri sejumlah pejabat negara dan lebih dari 1.500 penonton yang semuanya mengenakan baju bermotif batik.
Ketika tiba di tempat penyelenggaraan acara di Pekan Raya Jakarta sekitar pukul 20.00 WIB, Presiden Yudhoyono dan istri, Ani Yudhoyono, mendapat sambutan meriah dari penonton yang sebagian di antaranya terdiri atas artis penyanyi dan pencipta lagu dari Persatuan Artis Pencipta Lagu-Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (Pappri).
Album lagu ciptaan Presiden Yudhoyono yang diberi tajuk Rinduku Padamu tersebut, terdiri atas 10 lagu termasuk di antaranya lagu berjudul Rinduku Padamu yang dinyanyikan oleh Ketua Pappri Dharma Oratmangun, Kasih (Gee Foregia), Mengarungi Keberkahan Tuhan (Ebiet G Ade), Hening (Widi AB Three), Selamat Berjuang (Dea Mirella), Kawan (Kerispatih), Mentari Bersinar (Seno Haryo).
Lagu-lagu ciptaan Presiden Yudhoyono umumnya bertema perdamaian, doa, persaudaraan, dan kasih sayang. Dewi Huges dan Ferdi Hassan, yang malam itu menjadi pembawa acara, mengatakan Presiden Yudhoyono membuat lagu-lagu itu di sela tugas-tugas kenegaraannya.
Hening misalnya, dibuat Presiden Yudhoyono pada malam Ramadhan di Cikeas, sedangkan Mengarungi Keberkahan Tuhan dibuat pada 9 September 2007, bertepatan dengan ulang tahun Presiden Yudhoyono dan akhir pertemuan puncak APEC di Australia.
Sebelum ketujuh lagu ciptaan Presiden Yudhoyono itu dilantunkan, penonton terlebih dahulu disuguhi lantunan lagu-lagu perjuangan. Penyanyi dan pencipta lagu kawakan yang baru saja merayakan ulang tahun ke-70 Titiek Puspa melantunkan lagu Pantang Mundur dan lagu Di Timur Matahari karya WR Supratman oleh Samuel `AFI Junior`.
Lagu-lagu tahun 1960-an dan 1970-an seperti Hidup Terkekang, Apa Salah dan Dosaku, Nuansa Bening, dan Merpati Putih, juga dilantunkan berturut-turut oleh kelompok vokal Warna, Dewi Gita, dan Ermi Kulit, sebelum lagu ciptaan Presiden Yudhoyono didendangkan.
Tak ketinggalan, lagu dangdut berjudul Terrajanna ciptaan Rhoma Irama pun didendangkan dengan manis oleh Siti `KDI` pada peluncuran album lagu yang juga dihadiri oleh Menteri Hukum dan HAM Andi Matalatta, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta, dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie itu.
Setelah ketujuh lagu ciptaan Presiden Yudhoyono yang tata musiknya dikerjakan oleh Jimmy Manoppo, Kerispatih, Purwatjaraka, dan Barjte Van Houten, itu selesai dilantunkan oleh Dharma Oratmangun, Widi AB Three, Ebiet G Ade, Seno Haryo, Dea Mirella, dan Gee Foregia, Presiden Yudhoyono mendaftarkan karya ciptanya ke Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Departemen Hukum dan HAM.
Didampingi Ketua Pappri dan Wakil Ketua Tim Nasional HKI Mari Elka Pangetu, Presiden Yudhoyono langsung mendaftarkan karyanya dan menyerahkan bukti karya aslinya kepada Menteri Hukum dan HAM yang pada saat itu juga Menteri Hukum dan HAM menyerahkan sertifikat surat hasil cipta.
Dalam hal ini Presiden Yudhoyono, yang pada saat itu dikukuhkan sebagai anggota kehormatan Pappri, membayar Rp200 ribu per lagu untuk mendapatkan sertifikat HKI atas karyanya.
Presiden Yudhoyono mengatakan industri ekonomi kreatif seperti penciptaan lagu, budaya dan karya musik merupakan suatu hal yang perlu terus digalakkan supaya bisa tumbuh menjadi gelombang ekonomi keempat setelah pertanian, industri, dan jasa.
"Kalau ada royalti yang diterima pencipta dan musisi atau apapun bentuknya dari ekonomi kreatif, penyanyi dan pencipta lagu sebagai produsen harus mendapatkan hak yang layak sehingga ekonomi baru bisa bangkit disertai keadilan tanpa ada pembajakan dan pencurian karya cipta orang lain," jelas Presiden Yudhoyono.
Pada kesempatan itu Ketua Umum Pappri juga menegaskan bahwa semua karya cipta anak bangsa mesti dilindungi dan pemerintah mesti memerhatikan upaya perlindungan hak cipta anak negeri supaya karya yang telah dihasilkan dengan susah payah tidak serta merta diklaim atau dibajak oleh pihak lain. [EL, Ant]
[ Last edited by jf_pratama at 29-10-2007 09:29 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Album of songs composed by President Yudhoyono launched
Jakarta (ANTARA News) - A album of songs composed by President Susilo Bambang Yudhoyono was launched in Jakarta on Sunday evening in a special event attended by government officials and around 1500 onlookeers.
Upon his arrival at the venue, the president and his wife Ani Yudhoyono were warmly greeted by onlookers most of whom were singers and composers of the Song Artist Composers Association and the Indonesian Recording Music Arrangement Association (Pappri).
Titled "Rinduku Padamu" (My longing for you), the album consisted of 10 songs in which `Rinduku pada mu` was sung by Pappri Chairman Dharma Oratmangun, `Kasih` (My love) by Gee Foregia, `Mengarungi Keberkahan Tuhan` (Crossing God`s Blessings) by Ebiet G Ade, `Hening` (quietness ) by Widi AB Three, `Selamat Berjuang` (Have a good struggle) by Dea Mirella, `Kawan` (Friend) by Kerispatih, `Mentari Bersinar` (Shining sun) by Seno Haryo.
Most of the songs written by the president have a touch of peace, prayer, friendship and love.
Dewi Hughes and Ferdi Hasan acting as master of ceremony on that Sunday evening said the head of state composed the songs on the sidelines of his hectic time of performing his state tasks. (*)
[ Last edited by jf_pratama at 29-10-2007 03:29 PM ] |
|
|
|
|
|
|
| |
|