|
[Dunia]
Gunung daik becabang 3 yg femes dalam pantun melayu di temukan di pulau lingga
[Copy link]
|
|
dunia sudah akui Melayu itu milik Malaysia, ni satu contohnya:
http://internasional.kompas.com/ ... ng.Disalahtafsirkan
Di Negeri Mandela, Indonesia Sering Disalahtafsirkan
KOMPAS.com - Sebenarnya Afrika Selatan (Afsel), terutama Cape Town, amat dekat dengan Indonesia, baik orangnya maupun budayanya. Seolah, jaraknya hanya sejengkal. Namun, karena kurangnya "silaturahim", rasanya menjadi amat jauh.
Orang Indonesia kurang tahu banyak tentang Cape Town atau Afsel. Sebaliknya, orang Cape Town, yang disebut Cape Malay, kurang tahu tentang Indonesia. Jika bicara soal Melayu, maka mereka kira itu hanya Malaysia.
Sebagian besar dari mereka keturunan para budak yang didatangkan VOC pada abad ke-17. Cape Malay menjadi sebutan karena keturunan dari Melayu sangat dominan.
Hanya, waktu itu belum ada negara serta nama Malaysia dan Indonesia. Orang Indonesia juga disebut Malay (Melayu). Dan, nama Malay itu bertahan sampai sekarang, meski Nusantara sudah merdeka dan memakai nama Indonesia.
Bahkan, ada yang mengira Indonesia bagian dari Malaysia. Pasalnya, mereka hanya tahu bahwa negara Asia Tenggara adalah Malay.
Wajar saja jika kemudian semua yang berkaitan dengan Melayu atau Indonesia disebut Malay. Ketika ada orang Indonesia ke Afsel pun mereka sering disapa sebagai orang Malaysia.
|
|
|
|
|
|
|
|
pantun jawa
Esuk embun madep monyong
Akeh temen banyu segara
Nok isun arep ngomong
Isun demen karo sira
Ana arjuna karo kresna
Mangan salak karo sate baya
Arane gen wong tresna
Bocah blesak ya kaya luna maya
Sapa weruh mobat-mabite
Wong baita kaisen toya
Sopo weruh bibit kawite
Wong sak dunyo ra ono sing liya
Sawunggaling carito kuno
Sing digawe kayune jati
Yen eling dang sambangono
Ojo gawe gelaning ati
Lelene mati ditutuk
Gowo mrene tak sujanane
Yen merene ra nate petuk
Ndang merene tak entenane
Putih-putih kembang randu
Kuning abang kembang palase
Ati seddih nang awak kuru
Kelingan adik ayu rupane
@kecimpret mohon terjemah
|
|
|
|
|
|
|
|
dah dah le kutuk TT.. beliau dah nak nangis tu..  |
|
|
|
|
|
|
|
Pulau pandan jauh ke tengah
gunung daik bercabang tiga
hancur badan dok kendong tanah
Body yang baik dikenang jua
asal usul pantun ni dari majalah Apo |
|
|
|
|
|
|
|
Edited by pyropura at 26-4-2016 11:09 AM
kalau pantun ni pulak, bukti Mulakak lebih maju dari Jawa, sebab melaka dah ada kota, jawa ada papan aje stendetnya... 
Kalau roboh Kota Melaka
Papan di Jawa hamba dirikan
Kalau sungguh bagai di kata
Badan dan nyawa hamba berikan
|
|
|
|
|
|
|
|
sebab melayu cape town, mengira malay asan dari MALAYsia,,,,kerana kemiripan nama,,padahal malay capetown tx tahu kalau malay malaysi asalnya dari indon,
philippina pun sempat nak ubah namanya negaranya menjadi malaysia, klw sempat ubah, sudah pasti malay cape town ngira mereka pinoy 
sampai sekarang tak ada catatan kuno yang sebut semenanjung melayu..
|
|
|
|
|
|
|
|
so, whats ur problem kalau daik dalam indon? 
|
|
|
|
|
|
|
|
betul, tapi generasi kini banyak yg x tahu keberadaan gunung daik dan pulau pandan tu..
|
|
|
|
|
|
|
|
takkan lah nenek moyang cape malay tu tak tau asal mereka? mesti dia bagitau cucu2 dia, itu bukti dunia akui Msalay itu Msia...
|
|
|
|
|
|
|
|
lah sekarang kan boleh gugel aje semua, bongok nya ko kata org tak tau...
|
|
|
|
|
|
|
|
tak ada niat pun,,,nak kasih tahu generasi melayu,, klw gunung daik dan pulau pandan tu wujud,,,memang otak kau ni sensitif, negatif thinking, ko ni pernah temakan daging babi x kat restoran cina babah liong,,,dah rusak hati kau tak kene makan cacing pita, orang tak da memulai begadoh,,,kau nak mulai begadoh,,
|
|
|
|
|
|
|
|
Edited by ahzarizki at 26-4-2016 11:38 AM
buktinya orang negeri 9 banyak yang tak tahu kalau diorang asal minangkabau walaupun satu2 negeri yg mengekal adat pepatih di semanjung, sama dengan minangkabau asal di sumatera ,satu2 negeri yg gunakan adat pepatih.
================================
Home » Sejarah Makassar » SEJARAH ORANG BUGIS DI AFRIKA SELATAN
SEJARAH ORANG BUGIS DI AFRIKA SELATAN— 25/10/12 — 3 Comments— Sejarah Makassar
SEJARAH ORANG BUGIS DI AFRIKA SELATAN Dari manakah sebenarnya asal usul orang Bugis Makassar yang kini bermukim di Afrika Selatan? Dari Malaysia atau dari sulawesi? Pertanyaan itulah yang dibawa Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia Graffits Memela ketika bertemu Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungannya ke Sulsel, Senin (12/5) malam. Sebab, menurut Graffits, selama ini ada anggapan bahwa orang Bugis Makassar di negaranya berasal dari Male (Malaysia).
Sementara itu, pemerintah Sulsel menyatakan orang Bugis di Afrika itu berasal dari Sulsel, Mana yang benar?” Begitu kira-kira pertanyaan yang dilontarkan Graffits kepada Syahrul Limpo dalam pertemuan silaturahmi kedua pejabat di rumah jabatan Gubernur Syahrul.
Menjawab keraguan Graffits itu, Syahrul yang baru sebulan dilantik sebagai Gubernur Sulsel periode 2008-2013 menegaskan bahwa orang Bugis Makassar di Afrika adalah keturunan Syekh Yusuf, ulama dan pejuang yang berasal dari Sulawesi Selatan yang dibuang pemerintah Belanda ke negara itu pada abad ke-16.
Syekh Yusuf adalah keturunan Raja Gowa (Sulsel) yang diasingkan pemerintah Belanda ke Afrika yang kemudian mengajarkan agama Islam sekaligus berjuang membela Afrika dari penindasan penjajah di negara tersebut,” katanya. Lalu, dari hasil perkawinan pengikut Syekh Yusuf inilah berkembang keturunan orang Bugis Makassar hingga saat ini di Afrika.

kuburan pejuang goa makassar
|
|
|
|
|
|
|
|
Afrika Surunan Orang Bugis
DARI manakah sebenarnya asal usul orang Bugis yang kini bermukim di Afrika Selatan? Dari Malaysia atau dari Makassar? Pertanyaan itulah yang dibawa Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia Graffits Memela ketika bertemu Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungannya ke Sulsel, Senin (12/5) malam. Sebab, menurut Graffits, selama ini ada anggapan bahwa orang Bugis di negaranya berasal dari Male (Malaysia). Sementara itu, pemerintah Sulsel menyatakan orang Bugis di Afrika itu berasal dari Sulsel. "Mana yang benar?" Begitu kira-kira pertanyaan yang dilontarkan Graffits kepada Syahrul Limpo dalam pertemuan silaturahmi kedua pejabat di rumah jabatan Gubernur Syahrul. Menjawab keraguan Graffits itu, Syahrul yang baru sebulan dilantik sebagai Gubernur Sulsel periode 2008-2013 menegaskan bahwa orang Bugis Makassar di Afrika adalah keturunan Syeh Yusuf, ulama dan pejuang yang berasal dari Sulawesi Selatan yang dibuang pemerintah Belanda ke negara itu pada abad ke-16. "Syekh Yusuf adalah keturunan Raja Gowa (Sulsel) yang diasingkan pemerintah Belanda ke Afrika yang kemudian mengajarkan agama Islam sekaligus berjuang membela Afrika dari penindasan penjajah di negara tersebut," katanya. Lalu, dari hasil perkawinan pengikut Syekh Yusuf inilah berkembang keturunan orang Bugis Makassar hingga saat ini di Afrika. Bahkan, tambah Syahrul, kuburan ulama kharismatik dan pejuang dari Gowa itu ada di Afrika dan di kabupaten Gowa, Sulsel. Ini membuktikan bahwa hubungan darah antara rakyat Afrika dan Indonesia khususnya Gowa sudah menyatu sehingga perlu dijalin kerjasama budaya dan pendidikan di negara itu. Kerja sama pembangunan Pertemuan Syahrul-Graffis itu sendiri dilakukan dalam kaitan rencana pembangunan arsitektur rumah adat Balla Lompoa di Cape Town oleh Pemprov Sulsel pada tahun 2009 nanti. Graffits sendiri berharap agar pembangunan miniatur balla lompoa di negaranya termasuk bangunan perpustakaan serta duplikat benda-benda bersejarah dan budaya orang Bugis-Makassar itu segera direalisasikan. Dalam pembicaraan singkat sebelum dijamu makan malam bersama isteri dan sejumlah rombongan yang menyertainya, Dubes Arfika Graffits menambahkan bahwa negaranya juga akan membangun pendidikan di Afrika Selatan supaya masyarakat bisa berbahasa Indonesia dan mengenal lebih dekat budaya Indonesia khususnya budaya Sulawesi Selatan. "Pemerintah Afrika dan Indonesia sudah menandatangani kerja sama (MoU) bidang pendidikan dan kebudayaan saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Afrika tahun lalu," ungkapnya. Syahrul didampingi Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo menambahkan bahwa rencana pembangunan Balla Lompoa dan perpustakaan di Cape Town akan direalisasikan tahun 2009 sebagai perwujudan sejarah antara pemerintah Indonesia (Sulsel) dan pemerintah Afrika.
|
|
|
|
|
|
|
|
pantun ni asal dari mana?... |
|
|
|
|
|
|
|
hihihih dah jelas jelas afrika selatan di jajah belanda bukan british ye,,dah pastilah dia buang orang indonesia ke afrika selatan
macam ni
Syekh Yusuf Adalah Keturunan Raja Bangsa Bugis yang Diasingkan
Oleh : Muh.akbar.rahman.se | 24-Sep-2014, 06:00:00 WIB
KabarIndonesia - Makassar, Bangsa Bugis di Afrika Selatan, Yusuf, ulama dan pejuang yang berasal dari Sulawesi Selatan yang dibuang pemerintah Belanda ke negara itu pada abad ke-16.
“Syekh Yusuf adalah keturunan Raja Bangsa Bugis yang diasingkan pemerintah Belanda ke Afrika yang kemudian mengajarkan agama Islam sekaligus berjuang membela Afrika dari penindasan penjajah di negara tersebut.
Lalu, dari hasil perkawinan pengikut Syekh Yusuf inilah berkembang keturunan bangsa Bugis hingga saat ini di Afrika.
Di puncak bukit Macassar, Cape Town, Afrika Selatan (Afsel), makam Syekh Yusuf yang berkubah warna hijau kerap dikunjungi umat Islam, terutama dari Indonesia. Makam ini jadi titik tolak kisah penyebaran Islam di Afsel hingga sekarang.
Peziarah yang datang memang tidak setiap hari, namun rutin setiap bulan. Mereka umumnya ingin tahu lebih banyak tentang kiprah perjuangan yang dilakukan Syekh Yusuf dalam menyebarkan Islam. Di komplek makam itu, tak banyak kisah yang bisa diperoleh. Hanya ada satu tonggak monumen yang menjelaskan tentang bagaimana Syekh Yusuf bisa sampai di Cape Town, Afrika Selatan. Namun versi lisan yang lengkap bisa diperoleh dari Adam Philander, imam Masjid Nurul Latief, masjid yang berjarak beberapa meter dari komplek makam Syekh Yusuf.
“Syekh Yusuf dibuang Belanda karena perlawanannya terhadap Belanda sewaktu di Banten. Penyebaran agama yang dilakukannya, tidak lepas dari pemahaman tentang Islam yang diperolehnya dari belajar di banyak tempat.
Pada usia 18 tahun dia meninggalkan Makasar menuju Banten, setelah itu ke Aceh, seterusnya ke Yaman, dan kemudian ke Madinah dan Mekkah, lalu ke Damaskus, Suriah lalu ke Istanbul, Turki.
Setelah 23 tahun belajar seluruh tempat itu, sosok yang dikenal dengan nama lengkap Syekh Yusuf Taj al Khalwaty Al Makassary itu kembali ke Makasar pada tahun 1668 dan pergi ke Banten pada tahun 1671.
Ada catatan yang menyebut dia langsung ke Banten tak singgah ke Makasar. Di Banten, dia menikah dengan salah satu anak Sultan Ageng Tirtayasa. Kemudian anak sultan, yakni Abdul Kahar melakukan perebutan tahta dengan bantuan Belanda. Seterusnya sultan ditangkap dan Yusuf bergerilya di Banten.
Selama masa gerilya itu, dia tetap menyebarkan Islam dan dikenal dengan nama Maulana Yusuf. Namun akhirnya tertangkap. Seterusnya dia beserta pengikutnya dibuang ke Srilanka pada 22 Maret 1684, dalam usia 58 tahun. Di sini dia tetap berdakwah, dan juga menulis beberapa buku.
Belanda kemudian mengasingkannya lagi ke ke tempat yang lebih jauh pada Juli 1693. Dengan menggunakan kapal De Voetboog, Yusuf beserta 49 pengikutnya dibawa ke Zandvliet, yang sekarang bagian dari wilayah Cape Town, Afrika Selatan. Tetapi hanya lima tahun di pengasingan ini, dia wafat pada 23 Mei 1699 dalam usia 73 tahun. Lalu dimakamkan di kawasan yang sekarang disebut Macassar, sekitar 35 kilometer dari pusat kota Cape Town.
Ketika Syekh Yusuf wafat di Cape Town, kabar itu kemudian disampaikan Belanda kepada keluarga Sultan Banten dan Raja Gowa. Kedua kerajaan itu meminta agar jenazahnya dikirimkan dari Afrika Selatan, namun permintaan itu ditolak Belanda. Kemudian pada tahun 1704 Raja Gowa Abdul Jalil kembali meminta Belanda mengirimkan kerangka jenazah ke Gowa, dan kali ini disetujui. Ada catatan yang menyebutkan kerangka jenazah tiba Gowa pada 5 April 1705 dan turut serta juga dalam perjalanan itu keluarganya selama masa pembuangan.
Ihwal jenazah yang dikirimkan ke Gowa itu, masih juga diragukan. Keturunan Indonesia yang berada di Cape Town, tetap yakin jenazahnya masih ada di Cape Town. Komplek makamnya terus dibina, dan tiga Presiden Indonesia juga datang ke sini, yakni Presiden Soeharto, Presiden Megawati Soekarnoputri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
“Ada beberapa tempat yang diyakini sebagai makam Syekh Yusuf, tapi sesungguhnya makam beliau tetap ada di Afrika."
Terkait dengan makam yang ada di Gowa, bisa jadi Belanda memang mengirimkan jenazahnya ke Sulawesi Selatan. Namun bisa jadi juga yang dikirimkan hanyalah bagian kuku dan rambutnya yang dalam bahasa Bugis disebut PAMANGKEKAKAN.
Semua spekulasi itu masih ada sampai sekarang, termasuk spekulasi yang menyebut keberadaan makam Syekh Yusuf di Srilanka dan Banten. Yang pasti di Macassar, Afrika Selatan, masih ada makamnya yang bisa menjadi jalan untuk terus mempelajari jejak perjuangan Syekh Yusuf yang telah diangkat menjadi pahlwan nasional Indonesia. Semoga jiwa patriotisme beliau dapat menjadi panutan generasi bangsa Indonsia sekarang ini.***
|
|
|
|
|
|
|
|
my question is, kenapa Cape malay tak panggil diri mereka asal indon??? tu aje 
|
|
|
|
|
|
|
|
Edited by ahzarizki at 26-4-2016 11:59 AM
macassar di cape town afrika selatan
vs
makassar di sulawesi selatan indonesia
bukti satu lagi kelau mereka berasal dari kepulauan, terdapatnya kampung bernama kampung macassarMenengok Kampung Macassar di Cape Town TEMPO Interaktif, Cape Town - Macassar Rd. Tulisan itu terpampang pada papan penunjuk jalan di perempatan jalan di Baden Powell Drive, sekitar 40 kilometer dari pusat kota. Berkendaraan tak kurang dari 5 menit mengikuti arah anak panah itu, saya pun sampai di sebuah kompleks perumahan di kaki sebuah bukit kecil.
Di salah satu tembok rumah bercat putih terlihat tulisan "Warung Kopi, coffee shop-take-aways & catering". Sayangnya, warung itu tutup.
Senin itu, saya tak sedang berada di Indonesia, tapi di Kampung Macassar di Cape Town, Afrika Selatan. Di lereng bukit kecil itu ada sebuah kompleks pemakaman. Itulah tempat pemakaman Syekh Yusuf, penyebar agama Islam yang berasal dari Gowa, Makassar. Karena sosok ini pulalah tempat itu dinamai Kampung Macassar.
Selain makam yang terletak di dalam sebuah bangunan beratap serupa kubah masjid, di tempat itu ada monumen. Di sana tertulis bahwa peletakan batu pertama kompleks pemakaman itu dilakukan oleh Sir Frederic de Waal, Administrator Provinsi Cape yang pertama, pada 19 Desember 1925. Tapi pembangunan dilakukan oleh Hajee Sulaiman Shah Mohammed dan anak-anaknya.
Pada dinding luar bangunan makam ada juga sebuah prasasti tentang kunjungan Presiden Soeharto (almarhum) ke tempat itu pada 21 November 1997, menyusul penganugerahan gelar pahlawan nasional Indonesia bagi Syekh Yusuf pada 7 Agustus 1995.
Makam ini dianggap sebagai salah satu keramat (tempat suci) bagi muslim di Afrika Selatan, yang jumlahnya mencapai 2 juta orang. Orang yang hendak menunaikan haji biasanya berziarah dulu dan berdoa di makam itu. Tapi jumlah peziarah akan membeludak setiap bulan April, bertepatan dengan liburan Paskah, sehingga kerap disebut sebagai Easter Festive.
Di luar kompleks makam itu, di bagian bawah bukit, ada juga Masjid Nurul Latif. Pada sebuah prasasti batu di luar masjid disebutkan tempat itu sempat direnovasi berkat bantuan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2002. Saya sempat bertemu dengan delapan pemuda berwajah melayu di masjid itu. Mereka baru sehari di tempat itu dan mengaku selalu mengunjungi masjid demi masjid di Afrika Selatan untuk berdakwah.
Keberadaan nama Soeharto dan Megawati di Kampung Macassar menggambarkan betapa Syekh Yusuf ini memiliki tempat istimewa di mata Indonesia. Syekh ini memang erat terkait dengan Indonesia.
Tokoh yang memiliki nama lengkap Abidin Tadia Tjoessoep itu lahir di Makassar pada 1626. Karena berjuang menentang penjajah Belanda, ulama keturunan bangsawan itu diasingkan ke Cape Town pada 1964. Di kota ini ia justru menjelma menjadi penyebar Islam berpengaruh di kalangan para budak asal Indonesia dan Malaysia. Distrik tempat ia semula diasingkan itulah yang kini menjelma jadi Kampung Macassar.
Istilah kampung cukup tempat menggambarkan tempat itu. Hanya ada 35 keluarga di tempat itu, mayoritas merupakan Cape Malay. Istilah Cape Malay biasanya digunakan untuk menyebut warga keturunan Melayu, yang jumlahnya mencapai 160 ribu orang di Cape Town.
Di kompleks pemakaman Syekh Yusuf itu saya bertemu dengan Zain Philander alias Zianal Abidin. Ia bermoyang orang Padang. Ia pun mengaku pernah diamanati secara lisan oleh beberapa tokoh asal Indonesia untuk menjaga makam Syekh Yusuf.
Ia pun lantas mengajak saya ke rumahnya sejauh lima menit berjalan kaki dari makam itu. Rumahnya menyatu dengan penginapan dengan 16 kamar. Pada dinding penginapan itu ia memajang banyak pernik tenang Indonesia. Ada lukisan Sultan Hasanuddin, peta Indonesia, juga hiasan kapal pinisi.
Berkaitan dengan Syekh Yusuf, ia juga menggantung piagam ihwal penunjukan tokoh itu sebagai pahlawan nasional yang ditandatangani Presiden Soeharto pada 7 Agustus 1995. Juga ada piagam penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Tabo Mbeki pada 2005 berupa The Order of Supreme Companions of OR Tambo (Gold).
"Ini menunjukkan bahwa Syekh merupakan orang yang dihormati di Afrika Selatan dan Indonesia," kata Zain. Pria ini hafal beberapa istilah bahasa Indonesia, seperti apa kabar, terima kasih, jalan-jalan, sate, dan nasi goreng. Ia juga tahu lumayan cukup banyak tentang Indonesia, meski mengaku belum pernah berkunjung.
Ia sempat menyekolahkan putrinya, Haajirah Philander-Fanie, di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan lulus dua tahun lalu. "Saya sendiri sangat berharap mengunjungi negara Anda. Isya Allah suatu saat saya akan pergi," katanya.
Bersama komunitas Cape Malay saat ini, ia tengah menyiapkan sebuah perpustakaan dan showroom produk Indonesia bernama Istana Balla Lompoa, tak jauh dari Masjid Nurul Latif. Tempat itu dirancang berbentuk rumah tradisional Makassar.
Indonesia akan membantu pembangunannya. Bupati Gowa akan datang ke kota ini dengan membawa bahan bangunan knocked-down langsung dari Makassar. Tempat itu diharapkan rampung saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi tempat itu pada akhir tahun ini.
Selain Kampung Macassar, komunitas Cape Malay banyak terdapat di daerah Bokaap, dekat pusat Kota Cape Town. Saya sempat mengunjungi Masjid Auwal, salah satu dari 12 masjid di distrik itu. Inilah masjid pertama di Afrika Selatan yang didirikan oleh Tuan Guru atau Abdullah Kadi Abdus Sallam pada 1794.
Tuan Guru adalah pejuang Indonesia kelahiran Tidore yang juga diasingkan Belanda ke Afrika Selatan dan sempat dibui di Robben Island. Di penjara itu ia menulis Al-Quran semata mengandalkan hafalannya dan hanya ada enam kesalahan dalam tulisannya itu. Sayang, kini mushaf tulisannya agak rusak dan tengah berusaha diperbaiki.
Saya sempat bertemu dengan imam di masjid itu, Muhammad Faadil Soekir, 73 tahun. Ia dengan ramah menyalami saya. "Selalu menyenangkan untuk bertemu teman dari Indonesia," katanya.
Ia menyatakan keberadaan masjid dan penyebaran Islam di daerah itu tak lepas dari Tuan Guru. "Saya pun sangat ingin pergi melihat tempat kelahiran Tuan Guru. Tapi masih harus bekerja keras untuk mengumpulkan uang," katanya sambil tersenyum.
Nurdin Saleh (Cape Town)
MALAY itu adalah sebutan penjajah terhadap penduduk di asia tenggara khusunya nusantara, makanya setalah berabad-abad lamanya, sekarang mereka mengira MALAY itu cuma identik dengan MALAYSIA,
|
|
|
|
|
|
|
|
kesian....  |
|
|
|
|
|
|
| |
|