CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: mohdmus

Ilmu tasauf dan tarikat [+ gabungan thread mohdmus]

[Copy link]
Post time 10-3-2010 12:14 PM | Show all posts
Asal Usul agama Sufi


Kata tasawuf dan sufi tidak dikenal pada awal Islam. Ia terkenal (ada) setelah itu atau masuk ke dalam IIslam dari umat-umat yang hidup di belakang hari.  Syaikhul Islam ibnu ...
Nazrulism Post at 10-3-2010 08:51


Nampaknya Tuan ambik pandangan mereka2 yg suka kan fesyen yg bergaya...semua hujah tu takdak kena mengena ngan tauhid langsung..padahal sufi bersandar atas aqidah yg berbeza dgn fahaman muktazilah, jabariah , wahabi, syiah dan yg sewaktu dgnnya..

Apa cerita fesyen baju lak....maka jgn pandang luaran jer...iman bukan duduk kat jubah!
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 10-3-2010 12:16 PM | Show all posts
wah orang sufi dapat ilmu melebihi Rasul s.a.w, ada yg perlu disebarkan dan ada yg perlu disembunyikan sedangkan Rasul s.a.w hanya menerima Ilmu untuk disebarkan.
Nazrulism Post at 9-3-2010 21:33


Firman Allah;

Ertinya:" Dan perumpamaan=perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu."(Surah Al-'Ankabuut: 43)


Sabda Nabi SAW: "Tidak akan berkata sesuatu kaum dgn perkataan yang tidak sampai kepada akal mereka itu melainkan mereka memberi fitnah ke atas mereka (sesuatu kaum)."

Menurut Imam Ghazali dlm Ihya Ulumiddin:"Sesungguhnya di larang menceritakan rahsia itu kerana kecetekan fahaman (pengetahuan orang awam) umtuk menerimanya."

Berkata Abu Hurairah (ra) drpd Nabi SAW:
Ertinya:"Tidak melebihi Abu Bakar daripada kamu dengan sebab banyak berpuasa dan tidak pula dengan sebab banyak bersolat, tetapi dia melebihi kamu dengan sebab rahsia yang tetap di dalam hatinya."

Berkata Abu Hurairah (ra) lagi:
Ertinya:"Aku memperoleh daripada Rasulullah SAW dua bijana ilmu. Satu daripadanya boleh kunyatakan, manakala satu lagi, tidak boleh kunyatakannya. Jika aku menyatakannya, nescaya halkum ku di sembelih orang".

Jangan jeolous kalu tak tahu...
Reply

Use magic Report

Post time 10-3-2010 12:24 PM | Show all posts
Syaikh Ihsan Ilahi Dhahir rahimahullah berkata dalam bukunya At Tashawwuf al Mansya' wal Mashadir :" Ketika kita memperhatikan dengan telitiI tentang ajaran sufi yang pertama dan terakhir (belakangan) ...
Nazrulism Post at 9-3-2010 21:45


Depa tu ulama wahabi...Tuan ni wahabi ka?
Reply

Use magic Report

Post time 10-3-2010 07:04 PM | Show all posts
Depa tu ulama wahabi...Tuan ni wahabi ka?
baghal Post at 10-3-2010 12:24


TERANG lagi bersuluh.....semua yang disebut hardcore wahabbyy.....

Puak2 nih mana kenal Qada dan Qadar Sheikh.....buat abis ayor lior jer....bincang ngan dema...ciiiittt podah...:@
Reply

Use magic Report

Post time 10-3-2010 08:09 PM | Show all posts
“Ibn Taimiyah juga dihukum zindiq kerana berpendapat bhw tdk boleh beristhighathah (meminta pertolongan) daripada Nabi saw”



"Artinya : Katakanlah, sesungguhnya aku ini adalah manusia seperti kamu semua. Hanyasanya diwahyukan kepadaku (wahyu). Sesungguhnya sesembahanmu adalah sesembahan yang Esa. Maka barangsiapa yang mengharapkan bertemu dengan Rabbnya, hendaklah ia beramal dengan amalan yang shalih dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya". [Al-kahfi : 110]

Wasiat Nabi s.a.w kepada Fatimah, Sabdanya;
".... berusalah engkau dengan dirimu sendiri hai Fatimah, sebab saya sendiripun tidak dapat memberikan kemanfaatan sedikitpun padamu  dari siksaan Allah"

pendapat Ibn Taimiyah ttg haramnya bermusafir utk menziarahi maqam Rasulullah saw dan kami mengingkarinya. Inilah seburuk2 masalah yg dinuqilkan daripada Ibn Taimiyah.”


Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
Janganlah kamu jadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan, dan janganlah kamu jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, tetapi ucapkanlah shalawat untukku karena sesungguhnya ucapan shalawatmu sampai kepadaku di manapun kamu berada.

Imam al-Hafiz al-Zahabi berkata di dlm kitabnya Zaghl al-Ilmu, m.s. 23 (ulasan oleh Imam al-Kauthari, dicetak oleh percetakan al-Taufiq 1347H, Damsyik):

“Sesungguhnya aku telah melihat sesuatu yg telah menimpa Ibn Taimiyah. Beliau telah disingkir, dihukum sesat dan kafir serta tdk dipercayai antara kebenaran dg kebatilan. Sebelum beliau menceburi bidang ini (falsafah), beliau merupakan cahaya yg menerangi kehidupan, lebih2 lagi ttg al-Salafnya. Kemudian cahayanya itu menjadi gelap gulita..”

Ya betul... beliau merupakan cahaya yg menerangi kehidupan.. cumanya beliau difitnah selepas memperkatakan tentang kesesatan falsafah sufi ketika itu.

beliau mengkritik tindakan Ibn Taimiyah yg menuqilkan hasil2 penulisan al-Mujassimah ke dlm kitabnya. Manakala pd m.s. 242 beliau mengemukakan beberapa contoh nuqilan Ibn Taimiyah yg menunjukkan kpd aqidah al-Tasybih.


Dalam kitab Juz al-I’tiqad yang disebut-sbut sebagai karya Imam  Syafi’i  dari riwayat Abu Thalib al-‘Isyari, ada sebuah keterangan sebagai berikut:  “Imam  Syafi’i pernah ditanya tentang sifat-sifat Allah, dan hal-hal yang perlu diimani, jawab beliau, “Allah taaraka wa ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang disebutkan dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang siapapun dari umatnya tidak boleh menympang dari ketentuan seperti itu setelah memperoleh keterangan (hujjah). Apabila ia menyimpang dari ketentuan setelah ia memperoleh hujjah tersebut, maka kafirlah dia. Namun apabila dia menyimpang dariketentuan sebelum ia memperoleh hujjah, maka hal itu tidak apa-apa baginya. Ia dimaafkan karena ketidaktahuannya itu. Sebab untuk mengetahui sifat-sifat Allah itu tidak mungkin oleh akal dan fikiran, tetapi hanya berdasarkan keterangan-keterangan dari Allah. Bahwa Allah itumendengar, Allah mempunyai dua tangan:
“Artinya ; Tetapi kedua tangan Allah itu terbuka.” [Al-Maidah : 64]
Dan Allah itu mempunyai tangan kanan :
“Artinya ; Dan langit itu dilipat tangan kanan Allah.”  [Az-Zumar : 67]
Dan Allah juga mempunyai wajah:  
”Artinya ; Segala sesuatu akan hancur kecuali wajah Allah.” [Al-Qshash : 88]  
“Artinya : Dan tetap kekal wajah Tuhanmua yang mempunyai kebesarandan kemuliaan.” [Ar-Rahman : 27]  
Allah juga mempunyai telapak kaki, ini berdasarkan sabda Nabi صلی الله عليه وسلم:
“Artinya ; Sehingga Allah meletakkan telapak kakinya di Jahannam.”
[Shahih Bukhari, Kitab At-Tafsir VII/594, Shahih Muslim Kitab Al-Jannah IV/2187]  
Allah tertawa terhadap hamba-hamba-Nya yang mu’min, sesuai dengan sabda rasulullah صلی الله عليه وسلم kepada orang yang terbunuh dalam jihad fi sabilillah, bahwa kelak akan bertemu dengan Allah, dan Allah tertawa kepadanya.”
[Shahih Bukhari Kitab Al-Jihad VI/39, Shahih Muslim, Kitab Al-Imarat III/1504]

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(al-Insaan:30)

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.(At-Takwiir :29)

Pemahaman untuk kedua2 ayat diatas hendaklah menurut apa yg disampaikan oleh Rasul s.a.w dalam Hadith Qudsi;
"Wahai hamba-hambaKu, hanyasanya semua itu adalah amalan-amalanmu sendiri. Aku menghitungnya bagimu lalu Aku memberikan balasannya. Maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji kepada Allah dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu, hendaklah jangan menyesali kecuali pada dirinya sendiri."

Jadi Tuan tak setuju la dgn Tok Kenali dan Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain Bin Mustafa Al-Fathani..?


Boleh tuan beri tafsiran penuh 'NurMuhammad' dari kitab beliau ?.

Berkata Abu Hurairah (ra) lagi:
Ertinya:"Aku memperoleh daripada Rasulullah SAW dua bijana ilmu. Satu daripadanya boleh kunyatakan, manakala satu lagi, tidak boleh kunyatakannya. Jika aku menyatakannya, nescaya halkum ku di sembelih orang".


hmmm ... Apakah ilmu yang diperolehi dari Rasulullah yang boleh menyebabkan seseorang disembelih?.. Apakah ada ilmu yg diajarkan oleh Nabi s.a.w membawa kepada akibat buruk kepada sesiapa yg mengamal dan menyampaikan kepada orang lain?

Padahal ini sebagai isyarat dari Abu Hurairah tentang akan tidak adanya kaitan antara ilmu batin dan ilmu zhahir. Kalau tidak begitu, pasti beliau akan mencantumkannya dalam Al-'Ilm. Sesungguhnya, Al-Hafidz Ibnu Hajar telah menerangkan masalah tersebut secara terperinci dalam kitabnya, Fathu Al-Bari I/216.
Reply

Use magic Report

Post time 10-3-2010 10:54 PM | Show all posts
Imam Abu Hanifa (81-150 H./700-767 CE)


Imam Abu Hanifa (r) (85 H.-150 H) berkata, "Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja'far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar".

Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa Ibn 'Abideen said, "Abi Ali Dakkak, seorang sufi, dari Abul Qassim an-Nasarabadi, dari ash-Shibli, dari Sariyy as-Saqati dari Ma'ruf al-Karkhi, dari Dawad at-Ta'i, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin dari Imam Abu Hanifa (r), yang mendukung jalan Sufi." Imam berkata sebelum meninggal: lawla sanatan lahalaka Nu'man, "Jika tidak karena dua tahun, Nu'man (saya) telah celaka." Itulah dua tahun bersama Ja'far as-Sadiq

Imam Malik (94-179 H./716-795 CE)


Imam Malik (r): "man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa wa man tafaqaha wa lam yatsawwaf faqad fasadat, wa man tafaqaha wa tassawafa faqad tahaqqaq. (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasauf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasauf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasauf dan fikh dia meraih kebenaran)." (dalam buku 'Ali al-Adawi dari keterangan Imam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195

Imam Shafi'i (150-205 H./767-820 CE)


Imam Shafi'i: "Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:

   1. mereka mengajariku bagaimana berbicara
   2. mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut
   3. mereka membimbingku ke dalam jalan tasauf

[Kashf al-Khafa and Muzid al-Albas, Imam 'Ajluni, vol. 1, p. 341.]

Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H./780-855 CE)


Imam Ahmad (r): "Ya walladee 'alayka bi-jallassati ha'ula'i as-Sufiyya. Fa innahum zaadu 'alayna bikathuratil 'ilmi wal murqaba wal khashiyyata waz-zuhda wa 'uluwal himmat (Anakku jika kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi," --Tanwir al-Qulub, p. 405, Shaikh Amin al-Kurdi)

Imam Ahmad (r) tentang Sufi:"Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka" ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p. 120)

Imam al-Muhasibi (d. 243 H./857 CE)


Imam al-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, "Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang selamat" . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa itu adalah Golongan orang tasauf. Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al-Wasiya p. 27-32.

Imam al-Qushayri (d. 465 H./1072 CE)


Imam al-Qushayri tentang Tasauf: "Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali-wali-Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyf). Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya ." [ar-Risalat al-Qushayriyya, p. 2]

Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 CE)


Imam Ghazali, hujjat ul-Islam, tentang tasauf: "Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].

Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 CE)


Dalam suratnya al-Maqasid: "Ciri jalan sufi ada 5:

   1. menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri
   2. mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata
   3. menghindari ketergantungan kepada orang lain
   4. bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit
   5. selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, p. 20]

Imam Fakhr ad-Din ar-Razi (544-606 H./1149-1209 CE)


Imam Fakhr ad-Din ar-Razi: "Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan diri mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri mereka agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah, pada seluruh tindakan dan perilaku" ." [Ictiqadat Furaq al-Musliman, p. 72, 73]

Ibn Khaldun (733-808 H./1332-1406 CE)


Ibn Khaldun: "Jalan sufi adalah jalan salaf, ulama-ulama di antara Sahabat, Tabi'een, and Tabi' at-Tabi'een. Asalnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan dan kesenangan dunia" [Muqaddimat ibn Khaldan, p. 328]

Tajuddin as-Subki


Mu'eed an-Na'eem, p. 190, dalam tasauf: "Semoga Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga. Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan ibadah"

Dia berkata: "Mereka ialah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah membantu manusia.

Jalaluddin as-Suyuti



Dalam Ta'yad al-haqiqat al-'Aliyya, p. 57: "tasauf dalam diri mereka adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Dia menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi dan meninggalkan bid'ah"

Ibn Taymiyya (661-728 H./1263-1328 CE)


Kitab ini ditulis ketika beliau dipenjara dan sebelum Meninggal Dunia Majmaca Fatawa Ibn Taymiyya, Dar ar-Rahmat, Cairo, Vol, 11, page 497, Kitab Tasawwuf: "Kamu harus tahu bahwa syaikh-syaikh terbimbing harus diambil sebagai petunjuk dan contoh dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tariqat para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia ke Kehadiran Allah dan ketaatan kepada Nabi."

Juga dalam hal 499: "Para syaikh dimana kita perlu mengambil sebagai pembimbing adalah teladan kita dan kita harus mengikuti mereka. Karena ketika kita dalam Haji, kita memerlukan petunjuk (dalal) untuk mencapai Ka' bah, para syaikh ini adalah petunjuk kita (dalal) menuju Allah dan Nabi kita.

Di antara para syaikh yang dia sebut adalah: Ibrahim ibn Adham, Macruf al-Karkhi, Hasan al-Basri, Rabia al-Adawiyya, Junaid ibn Muhammad, Shaikh Abdul Qadir Jilani, Shaikh Ahmad ar-Rafa'i, and Shaikh Bayazid al- Bistami. Ibn Taymiyya mengutip Bayazid al-Bistami pada 510, Volume 10: "...Syaikh besar, Bayazid al-Bistami, dan kisah yang terkenal ketika dia menyaksikan Tuhan dalam kasyf dan dia berkata kepada Dia:" Ya Allah, bagaimana jalan menuju Engkau?". Dan Allah menjawab: "Tinggalkan dirimu dan datanglah kepada-Ku". Ibn Taymiah melanjutakan kutipan Bayazid al-Bistami, " Saya keluar dari diriku seperti seekor ular keluar dari kulitnya".

Implisit dari kutipan ini adalah sebuah indikasi tentang perlunya zuhd (pengingkaran-diri atau pengingkaran terhadap kehidupan dunia), seperti jalan yang diikuti Bayazid al-Bistami.

Kita melihat dari kutipan di atas bahwa Ibn Taymiah menerima banyak Syaikh dengan mengutipnya dan meminta orang untuk mengikuti bimbingannya untuk menunjukkan cara menaati Allah dan Rasul saas.

Apa kata Ibn Taymiah tentang istilah tasauf



Berikut adalah pendapat Ibn Tamiah tentang definisi Tasauf dari strained, Whether you are gold or gold-plated copper." Sanai.

Following is what Ibn Taymiyya said about the definition of Tasawwuf, from Volume 11, At-Tasawwuf, of Majmu'a Fatawa Ibn Taymiyya al-Kubra, Dar ar-Rahmah, Cairo:

    "Alhamdulillah, penggunaan kata tasauf telah didiskusikan secara mendalam. Ini adalah istilah yang diberikan kepada hal yang berhubungan dengan cabang ilmu (tazkiyat an-nafs and Ihsan)."

    "Tasauf adalah ilmu tentang kenyataan dan keadaan dari pengalaman. Sufi adalah orang yang menyucikan dirinya dari segala sesuatu yang menjauhkan dari mengingat Allah dan orang yang mengisi dirinya dengan ilmu hati dan ilmu pikiran di mana harga emas dan batu adalah sama saja baginya. Tasauf menjaga makna-makna yang tinggi dan meninggalkan mencari ketenaran dan egoisme untuk meraih keadaan yang penuh dengan Kebenaran. Manusia terbaik sesudah Nabi adalah Shidiqin, sebagaimana disebutkan Allah: "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)" Dia melanjutkan mengenai Sufi,"mereka berusaha untuk menaati Allah.. Sehingga dari mereka kamu akan mendapati mereka merupakan yang terdepan (sabiqunas-sabiqun) karena usaha mereka. Dan sebagian dari merupakan golongan kanan (ashabus-syimal)."
Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 10-3-2010 11:02 PM | Show all posts
Imam Ibn Qayyim (d. 751 H./1350 CE)


Imam Ibn Qayyim menyatakan bahwa, "Kita menyasikan kebesaran orang-orang tasauf dalam pandangan salaf bagaimana yang telah disebut oleh by Sufyan ath-Thawri (d. 161 H./777 CE). Salah satu imam terbesar abad kedua dan salah satu mujtahid terkemuka, dia berkata: "Jika tidak karena Abu Hisham as-Sufi (d. 115 H./733 CE) saya tidak pernah mengenal bentuk munafik yang kecil (riya') dalam diri (Manazil as-Sa'ireen)

Lanjut Ibn Qayyim:"Diantara orang terbaik adalah Sufi yang mempelajari fiqh"

'Abdullah ibn Muhammad ibn 'Abdul Wahhab (1115-1201 H./1703-1787 CE)


Dari Muammad Man ar Nu'mani's book (p. 85), Ad- ia'at al-Mukaththafa Didd ash-Shaikh Mu ammad ibn c'Abdul Wahhab: "Shaikh 'Abdullah, anak shaikh Muhammad ibn 'Abdul Wahhab, mengatakan mengenai Tasawwuf: 'Anakku dan saya tidak pernah menolak atau mengkritik ilmu tasauf, tetapi sebaliknya kami mendukungnya karena ia menyucikan baik lahir maupun batin dari dosa tersembunyi yang berhubungan dengan hati dan bentuk batin. Meskipun seseorang mungkin secara lahir benar, secara batin mungkin salah; dan untuk memperbaikinya tasauf diperlukan."

Dalam volume 5 dari Muhammad ibn 'Abdul Wahhab entitled ar-Rasa'il ash-Shakhsiyya, hal 11, serta hal. 12, 61, and 64 dia menyatakan: "Saya tidak pernah menuduh kafir Ibn 'Arabi atau Ibn al-Fari karena interpretasi sufinya"

Ibn 'Abidin


Ulama besar, Ibn 'Abidin dalam Rasa'il Ibn cAbidin (p. 172-173) menyatakan: " Para pencari jalan ini tidak mendengar kecuali Kehadiran Ilahi dan mereka tidak mencintai selain Dia. Jika mereka mengingat Dia mereka menangis. Jika mereka memikirkan Dia mereka bahagia. Jika mereka menemukan Dia mereka sadar. Jika mereka melihat Dia mereka akan tenang. Jika mereka berjalan dalan Kehadiran Ilahi, mereka menjadi lembut. Mereka mabuk dengan Rahmat-Nya. Semoga Allah merahmati mereka". [Majallat al-Muslim, 6th ed., 1378 H, p. 24].

Shaikh Rashad Rida


Dia berkata,"tasauf adalah salah satu pilar dari pilar-pilar agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri dan mempertanggungjawabkan perilaku sehari-hari dan untuk menaikan manusia menuju maqam spiritual yang tinggi" [Majallat al-Manar, 1st year, p. 726].
Reply

Use magic Report

Post time 11-3-2010 01:59 AM | Show all posts
Siapakah Dia Wali Tuhan?
Imam Ghazali Hujjatul Islam‏


Pertama, bahwa kita sebagai manusia biasa tidak berupaya mengetahui begitu saja bahwa si fulan ini adalah wali Allah dan fulan yang lain bukan. Menurut para sufi, la ya'rif al-wali illa al-wali, "tidak akan mengetahui seorang wali selain wali Tuhan yang lainnya".

Allah 'mengikat' hati orang-orang yang dekat kepadaNya dalam satu ikatan 'cinta'. Mereka didekatkan Allah dengan yang lainnya. Al-Quran mengatakan, "Fa allafa baina qulubikum fa ashbahtum bi ni'matihi ikhwana. Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara" (QS. Ali Imran:103).

Ada getaran tertentu ketika seorang wali bertemu dengan wali yang lainnya. Ada aura batiniah yang mempersatukan mereka. Lalu mampukah kita -sebagai orang awam mengetahui siapakah dia wali Tuhan yang berjalan di muka bumi? Siapakah dia yang tangisannya di tengah malam dirindukan penghuni 'Arasy?

Sebuah kisah tasawuf lainnya mungkin dapat menjawab pertanyaan ini. Alkisah seorang murid bertanya kepada gurunya,
"Guru, nun jauh di seberang sana ada orang yang mampu berjalan di atas air?"

Gurunya menjawab, "Apa yang peliknya, dari dulu katak bisa berjalan di atas air."

Muridnya lalu bertanya lagi, "Guru,di tempat yang lain ada orang yang boleh terbang ke sana ke mari."

Guru itu menjawab, "Itu juga tidak pelik, dari dulu lalat beterbangan dari satu tempat kotor ke tempat lainnya."

Masih kehairanan, murid itu bertanya lagi, "Tapi guru, ada juga orang yang berupaya berada di berbagai tempat pada saat yang sama."

Sang guru pun menjawab, "Anakku, dari dulu setan berada di jutaan hati manusia pada saat yang sama."

Putus asa murid itu lalu bertanya, "Lalu yang bagaimanakah yang disebut wali Tuhan?"

Dengan tenang guru itu menjawab, "Dia yang dapat memasukkan rasa bahagia pada sesama saudaranya."
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 11-3-2010 10:10 AM | Show all posts
1085# Nazrulism
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
Janganlah kamu jadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan, dan janganlah kamu jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, tetapi ucapkanlah shalawat untukku karena sesungguhnya ucapan shalawatmu sampai kepadaku di manapun kamu berada.


Ada juga dalil yang disandarkan pada ayat 84 dari surat at-Taubah, dimana Allah swt berfirman:

“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya”.

Kaum Wahaby menganggap bahwa ayat itu membuktikan akan pelarangan ziarah kubur secara mutlak. Padahal, majoriti ulama Ahlusunah yang menafsirkan ayat tadi dengan tegas menyatakan bahwa ayat itu berkaitan dengan kuburan kaum munafik, bukan kaum muslim, apalagi kaum mukmin. Jadi ayat tersebut tidak berlaku jika penghuni kubur itu adalah seorang muslim dan mukmin sejati, apalagi jika penghuni kubur tadi tergolong kekasih (Wali) Allah swt.

Al-Baidhawi dalam kitab Anwarut Tanzil jilid 1 halaman 416 dan al-Alusi dalam kitab Ruhul Ma’ani jilid 10 halaman 155 dalam menafsirkan ayat tadi menyatakan bahwa ayat itu diturunkan untuk penghuni kubur yang tergolong kaum munafik dan kafir.

Dalam kitab-kitab hadis disebutkan bahwa Nabi bukan hanya tidak melarang umatnya untuk menziarahi kubur, bahkan baginda menganjurkan hal tersebut, guna mengingat kematian dan akherat. Hal itu dikarenakan dengan ziarah kubur manusia akan mengingat akherat. Dan dengan itu akan meniscayakan manusia beriman untuk semakin ingat dengan Tuhannya.

Dalam kitab Sahih Muslim jilid 2 halaman 366 Kitab al-Jana’iz (Jenazah) yang diriwayatkan dari Buraidah al-Aslami dimana dia mengatakan bahwa Rasul pernah bersabda:

“Dahulu aku melarang kalian untuk menziarahi kubur, namun (Allah) telah memberi izin kepada Muhammad untuk melakukannya sehingga dapat menziarahi kubur ibunya. Berziarah-kuburlah kalian karena hal itu akan menjadikan kalian mengingat akherat! ”.

Dari hadis ini jelaslah bahwa Nabi pernah melarang ziarah kubur namun lantas membolehkannya setelah turunnya pensyariatan ziarah kubur dari Allah swt Dzat Penentu hukum (Syari’ al-Muqaddas). Jadi jelas bahwa ziarah kubur merupakan sesuatu yang syar’i .

Para sahabat yang termasuk jajaran utama Salaf Saleh telah melakukannya. Dalam kitab Mustadrak alas shahihain karya al-Hakim an-Naisaburi jilid 1 halaman 532 hadis ke-1392 dinyatakan dari Ibnu Abi Malikah bahwa

"Suatu hari ia pernah mendapati ummul mukminin Aisyah memasuki tempat pemakaman, lantas ia (Ibnu Abi Malikah) bertanya: “Kenapa engkau memasuki pekuburan?”
Ummul mukminin Aisyah menjawab: “Karena untuk menziarahi kubur saudaraku, Abdurrahman”.
Lantas kukatakan: “Bukankah Nabi pernah melarang untuk menziarahi kubur?”
Aisyah menjawab: “Ya, dahulu beliau melarangnya namun setelah itu beliau memerintahkannya”.

Bukan hanya al-Hakim an-Naisaburi, ternyata Muhibbuddin at-Thabari pun dalam kitab-nya yang berjudul ar-Riyadh an-Nadhirah jilid 2 halaman 330 menyebutkan bahwa;

suatu saat, ketika Umar bin Khatab (Khalifah kedua Ahlusunah) bersama beberapa sahabatnya pergi untuk melaksanakan ibadah haji di tengah jalan ia berjumpa dengan seorang tua yang meminta tolong kepadanya. Sepulang dari haji kembali ia melewati tempat dimana orang tua itu tinggal dan menanyakan keadaan orang tua tadi. Penduduk daerah itu mengatakan: “Ia telah meninggal dunia”. Perawi berkata: “Kulihat Umar bergegas menuju kuburan orang tua itu dan di sana ia melakukan shalat. Kemudian dipeluknya kuburan itu sambil menangis”.

Ini belum masuk pendapat P.Ramlee lagi...."Aaaalaa Kasimmmmm......."
Reply

Use magic Report

Post time 11-3-2010 10:28 AM | Show all posts
1085# Nazrulism
    “Ibn Taimiyah juga dihukum zindiq kerana berpendapat bhw tdk boleh beristhighathah (meminta pertolongan) daripada Nabi saw”

"Artinya : Katakanlah, sesungguhnya aku ini adalah manusia seperti kamu semua. Hanyasanya diwahyukan kepadaku (wahyu). Sesungguhnya sesembahanmu adalah sesembahan yang Esa. Maka barangsiapa yang mengharapkan bertemu dengan Rabbnya, hendaklah ia beramal dengan amalan yang shalih dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya". [Al-kahfi : 110]

Wasiat Nabi s.a.w kepada Fatimah, Sabdanya;
".... berusalah engkau dengan dirimu sendiri hai Fatimah, sebab saya sendiripun tidak dapat memberikan kemanfaatan sedikitpun padamu  dari siksaan Allah"


1- Dahulu Rasulullah mengajarkan seseorang tentang tata cara memohon kepada Allah dengan lantas menyeru Nabi untuk bertawassul kepadanya, dan meminta kepada Allah agar mengabulkan syafaatnya (Nabi) dengan mengatakan:


      “يا محمد يا رسول الله إني أتوسل بك إلي ربي في حاجتي لتُقضي لي اللهم فشفعه فيٍ”َ.

(Wahai Muhammad, Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Tuhanku dalam memenuhi hajatku agar dikabulkan untukku. Ya Allah, terimalah bantuannya padaku). (Lihat: Kitab “Majmu’atur Rasa’il wal Masa’il” karya Ibnu Taimiyah 1/18)

Jelas sekali bahwa yang dimaksud dengan lelaki di atas adalah lelaki muslim yang sezaman dan pernah hidup bersama Rasul, serta pernah belajar dari beliau, yang semua itu adalah memenuhi kriteria sahabat menurut ajaran Ahlusunnah wal Jamaah. Mari kita teliti dan renungkan kata demi kata dari ajaran Rasul terhadap salah seorang sahabat itu sewaktu beliau mengajarinya tata cara bertawassul melalui ‘diri’ Muhammad sebagai Rasulullah, satu ‘kedudukan’ (jah) tinggi di sisi Allah. Sengaja kita ambil rujukan dari Ibnu Taimiyah agar pengikut  Wahhaby memahami dengan baik apa tersirat dibalik tujuan menukil dari kitab syeikh mereka itu, agar mereka berpikir.

2- Khalifah Umar bin Khattab pernah meminta hujan kepada Allah melalui paman Rasul, Abbas bin Abdul Mutthalib. Dalam bertawassul, khalifah Umar mengatakan:
“ا

      للهم كنا نتوسل إليك بنبينا فتسقينا و إنا نتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا. قال: فيسقون”

(Ya Allah, dahulu kami bertawassul kepada-Mu melalui Nabi kami lantas Engkau beri kami hujan. Sekarang kami bertawassul kepada-Mu melalui paman Nabi kami maka beri kami hujan. Dan (perawi) berkata: maka mereka diberi hujan). (Lihat: Kitab “Shohih Bukhari” 2/32 hadis ke-947 dalam Bab Shalat Istisqo’)

3- Berkata al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Musa an-Nukmani dalam karyanya yang berjudul “Mishbah adz-Dzolam”; Sesungguhnya al-Hafidz Abu Said as-Sam’ani menyebutkan satu riwayat yang pernah kami nukil darinya yang bermula dari Khalifah Ali bin Abi Thalib yang pernah mengisahkan:

“Telah datang kepada kami seorang badwi setelah tiga hari kita mengebumikan Rasulullah. Kemudian ia menjatuhkan dirinya ke pusara Rasul dan membalurkan tanah (kuburan) di atas kepalanya seraya berkata: Wahai Rasulullah, engkau telah menyeru dan kami telah mendengar seruanmu. Engkau telah mengingat Allah dan kami telah mengingatmu. Dan telah turun ayat; “Sesungguhnya Jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS an-Nisa: 64) dan aku telah menzalimi diriku sendiri. Dan aku mendatangimu agar engkau memintakan ampun untukku. Lantas terdengar seruan dari dalam kubur: Sesungguhnya Dia (Allah) telah mengampunimu”. (Lihat: Kitab “Wafa’ al-Wafa’” karya as-Samhudi 2/1361)

Dari riwayat di atas menjelaskan bahwa; bertawassul kepada Rasulullah setelah wafat Baginda adalah hal yang legal dan tidak tergolong syirik atau bid’ah. Bagaimana tidak? Sewaktu prilaku dan ungkapan tawassul / istighotsah itu disampaikan oleh si Badwi di pusara Rasul -dengan memeluk dan melumuri kepalanya dengan tanah pusara- yang di tujukan kepada Rasul yang sudah dikebumikan, hal itu berlangsung di hadapan Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib. Dan khalifah Ali sama sekali tidak menegurnya, padahal beliau adalah salah satu sahabat terkemuka Rasulullah yang memiliki keilmuan yang sangat tinggi dimana Rasulullah pernah bersabda berkaitan dengan Ali bin Abi Thalib KW:

-“Ali bersama al-Quran dan al-Quran bersama Ali, keduanya tidak akan pernah terpisah hingga hari kebangkitan” (Lihat: Kitab “Mustadrak as-Shohihain” karya al-Hakim an-Naisaburi 3/124)

- “Aku (Rasul) adalah kota ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya. Barangsiapa menghendaki (masuk) kota maka hendaknya melalui pintu gerbangnya” (Lihat: Kitab “Mustadrak as-Shohihain” 3/126)

- “Engkau (Ali) adalah penjelas kepada umatku tentang apa-apa yang mereka selisihkan setelah (kematian)-ku” (Lihat: Kitab Mustadrak as-Shohihain” 3/122)

Sengaja hi-light nama Saidina Ali..Ibn Taimiyyah fan club kan tak berapa minat ngan Saidina Ali..ada la dendam tok nenek dulu2..
Reply

Use magic Report

Post time 11-3-2010 12:30 PM | Show all posts
Post Last Edit by baghal at 11-3-2010 13:07

Biasa la, bila dah wahaby, mesti nak menjisimkan Allah..bila ditanya, pasti dinafikan tetapi cuba tengok penegasan ulama kesayangan Nazrulism  tentang akidah tajsîm yang disuarakan Ibnu Taimiyah dalam kitabnya yang berjudul at Ta’sîs Fi Asâs at Taqdîs,1/101:

.
و ليس في كتاب الله ولا سنة رسولِه ولا قول أحد من سلف الأمة وأئمتها أنه ليس بجسمٍ , و أنّ صفاته ليست أجساما ولا أعراضا. ففِي نفيٍ المعاني الثابتة بالشرع و العقل بنفي ألفاظ لم ينف معناها شرعٌ ولا عقلٌ جهلٌ و ضلالٌ.

Dan tidaklah dalam Kitab Allah (Alqur’an), Sunnah Rasul-Nya dan ucapan seorang dari kalangan Salaf dan para imam umat ini penegasan bahwa Allah itu bukan jism dan sifat-sifat-Nya bukan berupa jism atau bendawi. Maka menafikan makna-makna yang telah tetap berdasarkan Syara’ dan akal dengan menafikan lafadz-lafadz yang mana Syara’ dan akal tidak menafikannya adalah sebuah kajahilan dan kesesatan.”

Demi Allah renungkan apa yang katakan di sini, adakah kesamaran padanya akan kekentalan akidah tajsim? Kalau yang demikian itu belum dianggap tajsim, lalu pada yang bagaimana tajsim itu?!

Tidakkah cukup ayat yang sangat tegas yang menerangkan kepada kita bahwa Allah SWT tidak menyerupai-Nya apapun dari ciptaan-Nya sebagai bukti tegas akidah Tauhid yang diajarkan Alqur’an?

Menurut Sayyidina Imam Ja’far ash Shadiq ra,  pemilik kedudukan agung, nasab yang mulia, penghulu para ulama, pewaris t Khairul Anbiyâ’; Ja’far ash Shadiq –semoga keridahaan Allah atasnya- telah berkata:

.
مَن زعم أنَّ اللهَ في شيئٍ, أو من شيئٍ, أو على شيئٍ فقد أشرك!! إذ لو كان في شيئٍ لكان محصورًا, لو كان على شيئٍ لكان مَحْمولاً, لو كان من شيئٍ لكان مَحْدثًا.

.

“Barang siapa mengaku bahwa Allah itu bertempat pada sesuatu dari sesuatu atau di atas sesuatu maka ia benar-benar telah menyekutukan Allah!! Sebab jika Dia bertempat di dalam sesuatu berarti ia terbatasi. Dan jika Dia berada di atas sesuatu beberti ia dipikul/mahmûl.. dan jika Dia berasal dari sesuatu maka berarti Dia ciptaan/muhdats.”


Iktiqad Ahlussunnah, sekiranya terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang seolah-olah menyatakan bahawa Tuhan itu bertubuh, bertangan, berupa, duduk dan turun seumpama manusia, maka Ulama’ Ahlussunnah wal Jama’ah mentakwil/tafsirkan ayat-ayat ini secara majazi bukan mengikut asal pengertian dari perkataan-perkataan itu. Kemudiannya mereka menyerahkan maksud sebenarnya kepada Allah SWT semata-mata yang Maha Mengetahui yang sirr.

1. Dalil al-Quran
Sesungguhnya Allah taala tidak memerlukan segala makhluk-Nya. Demi mensucikan Allah dari sifat persamaan dengan makhluk-Nya dan dari sifat berhajat kepada suatu tempat atau dari sifat berhajat kepada masa cukuplah dengan firman Allah taala:
ليس كمثله شىء
Mafhumnya:
Tiada suatupun yang sama seperti-Nya” [Surah al-Shura, ayat 11]

Al-Imam al-Qurtubi berkata ketika mentafsir ayat di atas dalam kitabnya Tafsir al-Qurtubi[1]:
وقد قال بعض العلماء المحققين: التوحيد إثبات ذات غير مُشْبِهَة للذوات ولا مُعَطَّلة من الصفات وزاد الواسطي رحمه الله بيانًا فقال: ليس كذاته ذات ولا كاسمه اسم ولا كفعله فعل و لا كصفته صفة إلا من جهة موافقة اللفظ… وهذا كله مذهب أهل الحق والسنة والجماعة رضي الله عنهم
Maksudnya:
“Dan sesungguhnya sebahagian ulama muhaqqiqin telah berkata: “Tauhid itu ialah penetapan suatu zat yang tidak menyerupai zat-zat yang lain dan tidak menafikan sifat-sifat, al-Wasiti menambah suatu penjelasan dengan berkata: “Tiada suatu zat pun seperti zat-Nya, tiada suatu perbuatan pun seperti perbuatan-Nya dan tiada suatu sifat pun seperti sifat-Nya melainkan dari segi persamaan lafaz… Dan ini semuanya ialah mazhab Ahlul-Haqq was-Sunnah wal-Jama^ah radiyaLlahu ^anhum”. Intaha.

Allah taala berfirman:
هل تعلم له سميًا
Mafhumnya:
“…apakah engkau mengetahui ada suatu yang sama dengan Dia?” [Surah Maryam, ayat 65]

Al-Imam al-Qurtubi mentafsirkan ayat di atas dalam kitabnya Tafsir al-Qurtubi[2]:
قال ابن عباس: يريد هل تعلم له ولدًا أي نظيرًا أو مثيلا
Maksudnya:
“Ibn ^Abbas berkata: “Firman Allah taala itu bermaksud: “Adakah engkau mengetahui Dia ada anak yakni sebanding atau semisal dengan-Nya?”.

Allah taala berfirman:
ولم يكن له كفوًا أحد
Mafhumnya:
“…dan tiada satu pun yang setara dengan-Nya”. [Surah al-Ikhlas, ayat 4]

Antara sifat ketidaksamaan Allah dengan sesuatu selain-Nya ialah sifat kewujudan-Nya yang tidak pernah didahului dengan ketiadaan dan tidak ada permulaan bagi kewujudan-Nya. Dengan kata lain, tiada suatupun yang wujud tanpa didahului oleh ketiadaan melainkan Allah taala! Oleh itu, Allah telah wujud sebelum selain-Nya wujud. Inilah yang disebut sebagai azali atau keazalian. Ini berdasarkan firman Allah taala:
هو الأول
Mafhumnya:
“Dia-lah Yang Maha Awal”. [Surah al-Hadid, ayat 3]
Reply

Use magic Report

Post time 11-3-2010 12:58 PM | Show all posts
1085# Nazrulism
Ya betul... beliau merupakan cahaya yg menerangi kehidupan.. cumanya beliau difitnah selepas memperkatakan tentang kesesatan falsafah sufi ketika itu.


Kebanyakkan tok guru sufi adalah dari kalangan wali-wali Allah...jadi tak hairan la cahaya dia makin gelap..tp Alhamdulillah, di akhir hayatnya semasa dalam penjara, Ibn Taimiyyah dpt hidayah dr Allah dan mula bersetuju dgn kesufian...mudah2an dia kembali bercahaya di sisi Nurul 'Ala Nur..


Pemahaman untuk kedua2 ayat diatas hendaklah menurut apa yg disampaikan oleh Rasul s.a.w dalam Hadith Qudsi;
"Wahaihamba-hambaKu, hanyasanya semua itu adalah amalan-amalanmu sendiri. Akumenghitungnya bagimu lalu Aku memberikan balasannya. Maka barangsiapamendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji kepada Allah dan barangsiapayang mendapatkan selain itu, hendaklah jangan menyesali kecuali padadirinya sendiri."


Saja nak tahu, dari mana dapat hadis ni? Sapa perawinya?


Boleh tuan beri tafsiran penuh 'NurMuhammad' dari kitab beliau ?.


Nak bicara bab Nur Muhammad? Boleh..tapi kena tunggu tahap pemahaman Tuan mencapai standard yg diperlukan, kalu tidak umpama budak darjah satu di ajar sukatan SPM, mula la budak tu cakap cikgu dia gila...padahal.....

Nak tanya sekali lagi, Tuan ni percaya ka dengan Tok Kenali dan Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain Al-Fathani tu?


hmmm ... Apakah ilmu yang diperolehi dari Rasulullah yang boleh menyebabkan seseorang disembelih?.. Apakah ada ilmu yg diajarkan oleh Nabi s.a.w membawa kepada akibat buruk kepada sesiapa yg mengamal dan menyampaikan kepada orang lain?

Padahal ini sebagai isyarat dari Abu Hurairah tentang akan tidak adanya kaitan antara ilmu batin dan ilmu zhahir. Kalau tidak begitu, pasti beliau akan mencantumkannya dalam Al-'Ilm. Sesungguhnya, Al-Hafidz Ibnu Hajar telah menerangkan masalah tersebut secara terperinci dalam kitabnya, Fathu Al-Bari I/216.


Satu hadis tu jer nak hurai, yg lain?

Tuan ni kenai ka zahir tu apa, batin tu apa? Dan penterjemah hadis tu tu pun kenai ka?

Saya buktikan ada hubungan...

1. Cuba bayangan, saya cium mulut ngan girlfriend Tuan...Tuan ternampak dan dah tentu hati Tuan bagai dirobek2..kenapa hati Tuan sakit padahal saya tak sakitkan Tuan secara zahir...dimana hubungannya?

2. Sekarang saya nak tengok macamana Tuan nak asingkan zahir Tuan dengan batin Tuan...
Reply

Use magic Report

Post time 11-3-2010 01:29 PM | Show all posts
1085# Nazrulism


SYEIKH UTHMAN JALALUDDIN PENANTI

"Dan dikehendaki dengan kaum yang keluar dari Ahlus Sunnah Wal Jama'ah itu spt kaum Wahhabi dan kaum Rafidhi dan lain2, kerana diriwayatkan dari Ibn 'Umar bahawa Nabi SAW bersabda: "Akan keluar oleh manusia dari sebelah masyriq (timur) Madinah, hal keadaan mereka itu membaca akan al-Quran padahal tiada melampaui akan segala halqum mereka itu. Tiap-tiap diputuskan suatu kurun, nescaya digantikan oleh kurun yang lain pula hingga akhir mereka itu berhubung dengan keluar dajjal bersama-sama dengan Nabi 'Isa AS." Ini Kerana puak Wahhabi dan Rafidhi itu diam mereka itu pada pihak masyriq Makkah & Madinah dan mereka itulah yg membaca akan al-Quran tiada melampaui ia akan halqum mereka itu. Bahkan pada mulut jua, tiada mesra ia pada memberi faedah ia akan mengikut mereka itu akan barang yang menyuruh ia akan mereka itu."-Kitab ad-Durratun Naafi'ah fi Asyraathis Sa'ah-Bab Kenyataan Alamat Kiamat Yg Telah Jatuh, hlm 15-16
Reply

Use magic Report

Post time 11-3-2010 06:43 PM | Show all posts
Post Last Edit by Nazrulism at 11-3-2010 18:51
Dalam kitab Sahih Muslim jilid 2 halaman 366 Kitab al-Jana’iz (Jenazah) yang diriwayatkan dari Buraidah al-Aslami dimana dia mengatakan bahwa Rasul pernah bersabda:

“Dahulu aku melarang kalian untuk menziarahi kubur, namun (Allah) telah memberi izin kepada Muhammad untuk melakukannya sehingga dapat menziarahi kubur ibunya. Berziarah-kuburlah kalian karena hal itu akan menjadikan kalian mengingat akherat! ”.


Nak ziarah... ziarah ler, tiada yg melarang, cuma jangan beribadat pada kubur tu

(Wahai Muhammad, Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Tuhanku dalam memenuhi hajatku agar dikabulkan untukku. Ya Allah, terimalah bantuannya padaku). (Lihat: Kitab “Majmu’atur Rasa’il wal Masa’il” karya Ibnu Taimiyah 1/18)

Itu ketika Nabi  s.a.w masih hidup.. meminta beliau mendoakan seseorang

Begitu juga dengan riwayat ini;
2- Khalifah Umar bin Khattab pernah meminta hujan kepada Allah melalui paman Rasul, Abbas bin Abdul Mutthalib. Dalam bertawassul, khalifah Umar mengatakan:
“ا

      للهم كنا نتوسل إليك بنبينا فتسقينا و إنا نتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا. قال: فيسقون”

(Ya Allah, dahulu kami bertawassul kepada-Mu melalui Nabi kami lantas Engkau beri kami hujan. Sekarang kami bertawassul kepada-Mu melalui paman Nabi kami maka beri kami hujan. Dan (perawi) berkata: maka mereka diberi hujan). (Lihat: Kitab “Shohih Bukhari” 2/32 hadis ke-947 dalam Bab Shalat Istisqo’)


Khalifah Umar meminta Abbas (masih hidup) berdoa meminta hujan kerana hendak bertawassul kepada Nabi s.a.w seperti sebelum itu tidak mungkin lagi kerana Nabi s.a.w telah wafat. Jika Umar bertawassul macam sedara... tak perlu pun bertawassul  dengan Abbas.

“Kulihat Umar bergegas menuju kuburan orang tua itu dan di sana ia melakukan shalat. Kemudian dipeluknya kuburan itu sambil menangis”.

Jika riwayat ini benar.. perbuatan Umar itu tidaklah lebih daripada penyesalannya kerana tidak sempat menolong orang yg meminta tolong kepadanya.. maaflah.. saya tak pernah dengar Nabi s.a.w solatkan kubur (sedara ada bukti ker Umar solatkan kubur?), memeluk dan menangis !

Lantas terdengar seruan dari dalam kubur: Sesungguhnya Dia (Allah) telah mengampunimu”. (Lihat: Kitab “Wafa’ al-Wafa’” karya as-Samhudi 2/1361)

... macam cerita tentang Ibrahim adham yang dapat hidayat dari pelana kuda.

Sewaktu prilaku dan ungkapan tawassul / istighotsah itu disampaikan oleh si Badwi di pusara Rasul -dengan memeluk dan melumuri kepalanya dengan tanah pusara- yang di tujukan kepada Rasul yang sudah dikebumikan

Nak ikut sunnah si  Badwi pulak ?

Sengaja hi-light nama Saidina Ali..Ibn Taimiyyah fan club kan tak berapa minat ngan Saidina Ali..ada la dendam tok nenek dulu2..


Kenapa tak ambil sekali riwayat tentang Ali dari syiah... lagi hebat didongengkan tentang Ali r.a.

“Dan tidaklah dalam Kitab Allah (Alqur’an), Sunnah Rasul-Nya dan ucapan seorang dari kalangan Salaf dan para imam umat ini penegasan bahwa Allah itu bukan jism dan sifat-sifat-Nya bukan berupa jism atau bendawi. Maka menafikan makna-makna yang telah tetap berdasarkan Syara’ dan akal dengan menafikan lafadz-lafadz yang mana Syara’ dan akal tidak menafikannya adalah sebuah kajahilan dan kesesatan.”

Ada dimana-mana bahagian yg menyebut menyerupai jisim manusia/makhluk ? .. Rasanya tiada siapa yang pernah nampak Allah termasuk juga Nabi s.a.w. Tak tahulah pulak orang2 sufi mungkin dah nampak
    Bagaimanapun hayatilah pendapat Imam Syafi'e;
“Imam Syafi’e pernah ditanya tentang sifat-sifat Allah, dan hal-hal yang perlu diimani, jawab beliau, “Allah taaraka wa ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang disebutkan dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang siapapun dari umatnya tidak boleh menympang dari ketentuan seperti itu setelah memperoleh keterangan (hujjah). Apabila ia menyimpang dari ketentuan setelah ia memperoleh hujjah tersebut, maka kafirlah dia. Namun apabila dia menyimpang dari ketentuan sebelum ia memperoleh hujjah, maka hal itu tidak apa-apa baginya. Ia dimaafkan karena ketidaktahuannya itu.

  Sebab untuk mengetahui sifat-sifat Allah itu tidak mungkin oleh akal dan fikiran atau khayalan, tetapi hanya berdasarkan keterangan-keterangan dari Allah. Bahwa Allah itu mendengar, Allah mempunyai dua tangan:

Kebanyakkan tok guru sufi adalah dari kalangan wali-wali Allah...jadi tak hairan la cahaya dia makin gelap..tp Alhamdulillah, di akhir hayatnya semasa dalam penjara, Ibn Taimiyyah dpt hidayah dr Allah dan mula bersetuju dgn kesufian...mudah2an dia kembali bercahaya di sisi Nurul 'Ala Nur..

Kenapa kebanyakkan... tidak semua
Indahnya ayat nak masukkan orang  lain dalam kelompok agama sufi

Saja nak tahu, dari mana dapat hadis ni? Sapa perawinya?


Itu hadith Qudsi.. perawinya Muhammad s.a.w!

Nak bicara bab Nur Muhammad? Boleh..tapi kena tunggu tahap pemahaman Tuan mencapai standard yg diperlukan, kalu tidak umpama budak darjah satu di ajar sukatan SPM, mula la budak tu cakap cikgu dia gila...padahal.....


Nak tahu dulu.. sukatan SPM sufi ni ada termasuk cerita Katun ke tidak.

Nak tanya sekali lagi, Tuan ni percaya ka dengan Tok Kenali dan Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain Al-Fathani tu?

Berikan tafsir penuh NurMuhammad dari kitab mereka.. atau sedara hanya tahu nama mereka sahaja

"Akan keluar oleh manusia dari sebelah masyriq (timur) Madinah, hal keadaan mereka itu membaca akan al-Quran padahal tiada melampaui akan segala halqum mereka itu.

Lebih sesuai untuk kaum sufi... membaca Al-Qur'an setakat Halkum sahaja. untuk mendapat hikmah, merek bersuluk dan mengharap dari kasyaf dan laduni khayalan mereka!
Reply

Use magic Report

Post time 11-3-2010 09:28 PM | Show all posts
AKIDAH IBN TAIMIYAH :

Ibnu Taimiyyah mengatakan maksud ‘استوى’ ialah duduk bersila. Ditambah lagi katanya duduk bersila itu duduk bersila sepertinya Ibnu Taimyiah. Ibn Taymiyah teras akidahnya ” Allah duduk atas arasy” (berbukti):
Dalam kitab Majmuk Fatawa Jilid 4 m/s 374, Ibn Taymiyah Al-Harrany yang yang menjadi pujaan kepada Muhammad Abdul
Wahhab, kuncu-kuncunya, dan Wahhabiyyah Mujassimah mengatakan :
إن محمدًا رسول الله يجلسه ربه على العرش معه
Akidah yang kufur ini bermaksud:
“Sesungguhnya Muhammad Rasulullah, Tuhannya mendudukkannya diatas arasy bersamaNya”.
Dalam kitab Majmu’ Fatawa Jilid 5 m/s 527, dan dalam Kitab Syarah Hadits Nuzul Cetakan Darul ‘Ashimah m/s 400, al_Harrany mengatakan : “ Maka apa yang datang dengannya atsar daripada nabi tentang lafaz duduk dan bersemayam pada haq Allah taala seperti Hadits Jaafar Bin Abi Thalib dan Hadits Umar lebih diberi keutamaan supaya tidak mengumpamakan sifat-sifat jisim hamba). Beliau mensabitskan sifat duduk dan bersemayam, tetapi bila beliau mengatakan tidak sama dengan sifat-sifat makhluk, itulah tamwiih (mengaburkan mata orang ramai) dan penipuan jua. Ini kerana ijma’ mengatakan sifat duduk dan bersemayam itu adalah sifat jisim. Lembu duduk, ayam duduk, kambing duduk, monyek duduk, khinzir duduk, wahhabi pun duduk.

Tidak cukup dengan itu sahaja Ibnu Taimiyah turut mengunakan lafaz kufur Yahudi dalam mengorak langkah menyahudikan umat islam : rujuklah Majmu’ Fatawa Jilid 5 m/s 527, dan dalam Kitab Syarah Hadits Nuzul Cetakan Darul ‘Ashimah m/s 400:
إذا جلس تبارك و تعالى على الكرسي سُمِع له أطيط كأطيط الرَّحل الجديد
Kata Ibnu Taimiyiah ini tersebut bermaksud :”Apabila (Tuhan) tabarakallah taala duduk di atas kursi maka akan terdengarlah bunyi seperti pelana kursi unta yang baru diduduki (keriuk-keriak)”. Subhanallah betapa jelas Ibnu Taymiyah menjisimkan Allah taala..Nauzubillahu min zalik.

Berkata Al-Alim Al-Allamah Al-‘Arif Al-Rabbany Maulana Syeikh Daud Bin Abdullah Al-Fathani ;

Mukhalafatuhu Lil Hawaditsi :

Dan maknanya : Bahawasanya Allah Taala tiada bersama ia dengan segala yang baharu, tiada pada zatNya, dan tiada pada sifatNya dan tiada pada af’alNya (perbuatanNya). Maka zat Allah tiada menyerupa akan dia segala zat yang baharu, dan sifatNya tiada menyerupa akan dia akan segala sifat-sifat yang baharu, dan perbuatanNya tiada meyerupa akan dia akan segala perbuatan yang baharu, dan setiap barang yang terlintas dengan hati seorang kita akan sesuatu maka bahawasanya Allah Taala itu bersalahan baginya kerana sekalian itu baharu. Maka Allah itu bersalahan dengan segala yang baharu seperti firman Allah Taala :

Yang bermaksud :

“Tiada seperti seumpamanya Allah Yang Maha Suci suatu dan Dialah jua Tuhan Yang Amat Mendengar dan Yang Lagi Amat Melihat”.

Dan tiada Allah Taala itu bertempat, dan tiada Ia di atas, dan tiada Ia di bawah, dan tiada ia di kanan, dan tiada di kiri, dan tiada pada hadapan, dan tiada di belakang, kerana adalah sekalian itu melazimkan jirim, dan Allah Yang Maha Suci tiada berjirim, dan tiada Aradh. Kerana adalah segala yang baharu itu terhingga atas dua perkara iaitu jirim dan aradh maka tempat dan berubah itu sifat jirim dan sifat aradh. Demikian lagi besar dan kecil itu sifat jirim yang banyak dan sedikit kerana jikalau banyak jirim dinamakan besar dan yang sedikit dinamakan kecil. Dan berubah itu sifat aradh seperti gerak dan diam maka kedua-duanya itu daripada kelakuan yang baharu dan Allah Yang Maha Suci itu Qadim tidak boleh disifatkan dengan segala sifat yang baharu. Dan barangsiapa menghinggakan zat Allah Taala pada tempat maka tiada syak ia pada kufurnya seperti katanya allah taala itu terhingga di atas langit atau pada bumi.

Seterusnya berkata lagi Syeikh Daud Bin Abdullah Al-Fathani ;

” Kata Imam Syafie ; Barangsiapa yang meninggalkan empat perkara ini sempurna imannya, dan iaitu (kam ),dan (kaif), dan (mata), dan (aina), maka adapun (kam) maka dinyatakan dengan dia menuntut kenyataan bilangan maka jika dikata orang ; Kamillah ? Yakni “ berapa Allah?” maka jawab olehmu : iaitu wahid yakni Esa pada zatNya dan pada sifat-sifatNya dan pada perbuatanNya. Dan (kaif) iaitu ditanya dengan dia daripada kaifiat maka jika ditanya orang : kaifallah? Yakni “ betapa Allah (bagaimana rupa Allah?)” maka jawab olehmu ; tiada mengetahui seseorang akan hakikat zat Allah melainkan Ia jua. Dan (mata) itu tiada dengan dia daripada zaman (masa) maka jika dikata orang : Matallah? Artinya ; manakala didapati Allah? (bilakan Allah Taala wujud?) maka jawab oleh mu : Allah Taala itu awalnya tiada permulaan dan akhir tiada kesudahan. Dan (aina) dan tiada dengan dia daripada makan (tempat), maka jika dikata orang : Ainallah? (di mana Allah?) maka jawab oleh mu : Allah itu tiada bertempat dan tiada dilalu atasnya masa kerana zaman (masa) dan makan (tempat) baharu keduanya.

Bermula Allah taala itu Qadim dan yang Qadim tiada berdiri dengan yang baharu dan barangsiapa yang menyerupakan Allah , Tuhan yang bersifat dengan Rahman dengan suatu maka tiada syak pada kufurnya. Maka takut olehmu akan diri kamu dan pelihara akan dia daripada menyerupa ia akan Allah dengan suatu bahagi daripada bahagi yang baharu ini maka demikian itu kufur. Dan sungguhnya wajib bagi Allah itu mukhalafah (bersalahan) bagi segala yang baharu kerana bahawasanya jikalau menyama ia akan dia nescaya adalah baharu seumpamanya. Dan telah terdahulu pada burhan wajib qidamnya dan baqa’nya dan wajiblah ia bersifat Mukhalafatuhu Lil Hawwaditsi, dan apabila sabitlah baginya Mukhalafatuhu Lil Hawwaditsi nescaya nafilah daripadanya Mumatsilah Lil Hawaditsi ( bersamaan Allah pada segala yang baharu). Selesai nukilan penulis (abu lahyah) daripada Kitab Al-Jauhar As-Saniyyah Fi Syarhi Al-‘Aqoid Al-Diniyyah Wa Ahkam Al-Fiqhi Al-Mardhiyyah Wa Thoriqi Al-Suluki Al-Muhammadiyyah”
Reply

Use magic Report

Post time 11-3-2010 10:23 PM | Show all posts
"engumuman-pengumuman
Siapa yang mau bantu
Tolong aku kasihani aku
Tolong carikan diriku guru mursyid
Siapa yg tau..uwoo..uwooo.."


Isu tawassul sebenarnya merupakan suatu isu yang berkaitan dengan bagaimana kaedah berdoa, bukan berkaitan dengan aspek aqidah seperti yang cuba ditonjolkan oleh sesetengah golongan Wahhabi totok lah dan orang-orang yang terpengaruh dengan pemikiran mereka, walaupun tidak mengaku Wahhabi.

Ada yang cuba memberi kesamaran kepada masyarakat awam, dengan mengatakan, tawassul dalam Islam hanya bermakna, kita meminta seseorang yang hidup untuk berdoa kepada Allah s.w.t. untuk kita.

Makna yang sempit ini bukanlah makna sebenar tawassul dalam Islam, bahkan ia merupakan satu bahagian daripada tawassul dalam Islam. Maka, takrif tawassul tersebut tidak merangkumi seluruh intipate tawassul dalam Islam.

Definisi Tawassul:

Dr. Yusuf Al-Qaradhawi menjelaskan bahawa, tawassul dari segi bahasa ialah, mengambil wasilah (perantaraan) bagi mencapai sesuatu yang diingini.

Tawassul kepada Allah s.w.t. bermaksud: mengambil perantaraan untuk mendapatkan keredhaan Allah s.w.t. dan mendapat pahala dengan mengambil jalan perantaraan dan sebab yang membawa kepadanya.

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud: "wahai orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan carilah wasilah (perantaraan) kepada-Nya. (Al-Ma'idah: 35)

Jenis-jenis tawassul yang disepakati ulama' tentang keharusannya:

1. Tawassul kepada Allah s.w.t. dengan zat Allah s.w.t.. Ianya berdasarkan firman Allah s.w.t.: "bersabarlah, dan tidaklah sabar kamu melainkan dengan Allah" (An-Nahl: 127)

2. Tawassul dengan nama Allah s.w.t. dan sifat-sifat-Nya. Hal ini berdasarkan firman Allah s.w.t. yang bermaksud: "bagi Allah nama-nama yang mulia, maka berdoalah dengannya" (Al-A'raf: 180)

3. Tawassul dengan amal soleh. Hal ini berdasarkan doa yang disebutkan di dalam Al-Qur'an "wahai Tuhan kami, sesunnguhnya kami beriman, maka ampunilah kami…" (Ali- Imran: 10)

Adapun jenis-jenis tawassul yang diperselisihkan oleh para ulama' tentangnya ialah, tentang tawassul kepada Allah s.w.t. dengan perantaraan Nabi Muhammad s.a.w., para Nabi a.s., para malaikat dan para solihin.

Sheikh Syed Abu Al-Husien Abdullah bin Abdul Rahman Al-Makki r.h.l. menegaskan bahawa, para ulama sebelum Ibn Taimiyah sepakat tentang keharusan bertawassul dengan diri Rasulullah s.a.w. dan para solihin, sehinggalah datang Ibn Taimiyah lantas menyalahi pendapat para ulama' sebelumnya.

Sebenarnya, kebanyakkan para ulama empat mazhab bersepakat tentang keharusan bertawassul dengan Rasulullah s.a.w. dan orang-orang soleh, menurut pendapat Dr. Yusuf Al-Qaradhawi.

Imam Ahmad bin Hanbal r.h.l. mengharuskan bertawassul kepada Rasulullah s.a.w. semata-mata, tidak boleh baginya,
bertawassul dengan selain Rasulullah s.a.w.

Dr Yusuf Al-Qaradhawi mengandaikan bahawa, golongan yang membenarkan tawassul kepada Rasulullah s.a.w. sahaja, kerana bagi mereka, hanya Rasulullah s.a.w. sahaja yang telah dijamin sebagai ahli syurga dan diredhai Allah s.w.t., sedangkan orang-orang soleh yang lain belum pasti diredhai Allah s.w.t.

Menurut beliau, qiyasan ini tidak tepat kerana ianya menghukum tentang sesuatu perkara yang ghaib.

Hakikatnya, kita bertawassul kepada orang-orang yang soleh kerana husnu-dhon (pra sangka baik) kita terhadap Allah s.w.t. dan para solihin, yang mana, mudah-mudahan Allah s.w.t. meredhai mereka.

Dalil Keharusan bertawasssul dengan Rasulullah s.a.w. sewaktu hidup dan setelah kewafatan Baginda s.a.w.:

Seorang buta bertemu Rasulullah s.a.w. lalu meminta agar Rasulullah s.a.w. berdoa kepada Allah supaya Allah menyembuhkannya. Rasulullah s.a.w. kemudiannya mengajarkannya tentang suatu amalan, agar Allah s.w.t. memperkenankan hajatnya.

Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: "ambillah wuduk dan perelokannya, kemudian solat dua rakaat. Setelah itu, berdoalah dengan doa ini: "Wahai Tuhanku, aku berdoa meminta kepada-Mu dengan Nabimu, Nabi rahmat, wahai Muhammad, aku mengadap Tuhan-Ku dengan (perantaraan) mu, dalam meminta hajatku, maka perkenankanlah hajatku…"
Setelah lelaki buta itu berdoa dengan doa itu, Allah s.w.t. menyembuhkan penyakitnya.

Hadis ini riwayat Ahmad, An-Nasa'i, Ibn Majah dan Ibn Huzaimah. Menurut Al-Baihaqi, Al-Haithami, At-Tabari, dan Az-Zahabi, hadis ini hadis sahih.

Hadis ini menunjukkan secara jelas, tentang kebolehan atau keharusan berdoa kepada Allah s.w.t. dengan betawassul dengan Rasulullah s.a.w., secara mutlak, tanpa terbatas dengan kehidupan Baginda s.a.w. semata-mata.

Pendapat yang menolak tawassul setelah kewafatan Baginda s.a.w. tidak tepat kerana hadis ini mutlak, tentang doa bertawassul dengan Rasulullah s.a.w., tidak kira sama ada ketila Baginda s.a.w. hidup ataupun setelah Baginda s.a.w. wafat.

Menurut Sheikh Syed Muhammad Alawi r.a., Imam At-Tabari turut meriwayatkan bahawa, para sahabat masih menggunakan lafaz doa tawassul tersebut setelah kewafatan Baginda s.a.w. (Mafahim yajib an-tusohhah)

Dalil yang lain: Tawassul Adam dengan Rasulullah s.a.w.

Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud:

Tatkala Nabi Adam a.s. melakukan kesilapan, beliau berkata: : "Wahai Allah, dengan hak Muhammad, ampunkanlah aku." Allah s.w.t. berfirman: " Wahai Adam, bagaimana engkau mengenali Muhammad, sedangkan aku belum menciptakannya lagi?
Nabi Adam a.s. menjawab, takkala engkau menciptakan aku dengan tangan-Mu (kekuasaan-Mu), dan meniupkan ke dalamku roh-Mu, aku mengangkatkan kepalaku lantas terlihat di arasy ada tertulis, "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad ialah Rasulullah". Maka, aku tahu, engkau tidak akan meletakkan suatu nama beriringan dengan nama-Mu, melainkan engkau teramat mencintainya."

Allah s.w.t. berfirman: "benar wahai Adam. Dia (Muhammad) sangat ku cintai, maka, berdoalah dengan haknya, sesungguhnya aku telah mengampunimu. Ketahuilah bahawasanya, kalau tidak kerananya (Rasulullah s.a.w.) nescaya aku tidak menciptamu."

Hadis riwayat Al-Hakim, As-Suyuti dan Al-Baihaqi. Menurut Al-Hakim dan As-Suyuti, hadis ini hadis sahih. Menurut Al-Baihaqi, hadis ini tidak paslu. Hadis ini juga turut disahihkan oleh Al-Qostolani, Az-Zarqoni dan As-Subki.

Hadis ini juga ada jalan yang lain, melalui riwayat Ibn Abbas, dengan lafaz, kalau bukan kerananya (Muhammad), nescaya Aku tidak menciptakan Adam, Syurga dan Neraka." dan diriwayatkan oleh Al-Hakim, Al-Jauzi dan Ibn Kathir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah (jilid 1, m/s 180).
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 11-3-2010 10:49 PM | Show all posts
Sanggahan Allah s.w.t kepada yang bertawassul secara sufi.

Maka sepatutnya mereka dibela oleh segala yang mereka sembah yang lain dari Allah sebagai penyembahan untuk mendekatkan diri (kepada Allah)? (Tetapi tidak), bahkan segala yang mereka sembah itu telah hilang lenyap dari mereka dan demikianlah akibat penyelewengan mereka dan kepercayaan yang mereka telah ada-adakan.  (  سورة الأحقاف  , Al-Ahqaf, Chapter #46, Verse #28)

Az Zumar : 3
Ingatlah! (Hak yang wajib dipersembahkan) kepada Allah ialah segala ibadat dan bawaan yang suci bersih (dari segala rupa syirik) dan orang-orang musyrik yang mengambil selain dari Allah untuk menjadi pelindung dan penolong (sambil berkata): Kami tidak menyembah atau memujanya melainkan supaya mereka mendampingkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya, sesungguhnya Allah akan menghukum di antara mereka (dengan orang-orang yang tidak melakukan syirik) tentang apa yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayat petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta (mengatakan yang bukan-bukan), lagi sentiasa kufur (dengan melakukan syirik).

Yunus : 18
Dan mereka menyembah yang lain dari Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan mudarat kepada mereka dan tidak dapat mendatangkan manfaat kepada mereka dan mereka pula berkata: Mereka (yang kami sembah itu) ialah pemberi-pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah. Katakanlah (wahai Muhammad): Adakah kamu hendak memberitahu kepada Allah akan apa yang Dia tidak mengetahui adanya di langit dan di bumi (padahal Allah mengetahui segala-galanya)? Maha Suci Allah dan tertinggi keadaanNya dari apa yang mereka sekutukan.
Reply

Use magic Report

Post time 11-3-2010 11:12 PM | Show all posts
Ada juga di kalangan masyarakat awam yang terkeliru dengan dakwaan Wahhabi, yang mengatakan bahawa, tawassul kepada Allah dengan para masyaikh seperti yang dilakukan oleh golongan sufi adalah syirik.

Sebenarnya, berdasarkan dalil-dalil yang dijelaskan sebelum ini, menunjukkan kepada kita bahawa, tawassul merupakan ajaran Islam. Tawassul bukanlah bererti menyembah selain daripada Allah s.w.t., tetapi tawassul merupakan salah satu kaedah berdoa kepada Allah s.w.t., dan salah satu simbol adab kita di hadapan Allah s.w.t.

Para sufi yang berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah memahami makna tawassul dan rahsia disebalik tawasssul. Ia bukanlah bermakna, kita berdoa kepada selain Allah s.w.t., kerana tawassul dalam Islam hanya sekadar menggunakan kedudukan seseorang di sisi Allah, dalam berdoa kepada Allah s.w.t.

Persoalannya, mengapakah kita perlu menggunakan kedudukan orang lain antara kita dengan Allah s.w.t, sedangkan Allah s.w.t. menegaskan bahawa, tiada sempadan antara kita dengan Tuhan?

Tawassul bukanlah sempadan antara kita dengan Tuhan. Tawassul bukanlah perantaraan dalam pengabdian kita kepada Tuhan. Tawassul sekadar kaedah berdoa yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w., kepada Allah s.w.t., dengan menjadikan kedudukan seseorang di sisi Allah s.w.t., supaya Allah s.w.t. menerima hajat kita.

Tetapi, tanpa tawassul juga, tidak menafikan bahawa Allah s.w.t. mampu menunaikan hajat kita. Malah, tawassul juga tidak mewajibkan Tuhan menunaikan hajat kita. Samada kita bertawassul dengan seseorang atau tidak, doa kita tetap sampai kepada Allah s.w.t. selagi kita ikhlas dalam berdoa, dan terserah kepada Allah s.w.t. untuk menunaikan hajat kita atau tidak.

Adapun di sisi para sufi, tawassul merupakan suatu simbol adab kita di hadapan Allah s.w.t.. Kita berdoa, misalnya, "wahai Tuhanku, dengan kedudukan Sheikhku di sisi-Mu, ampunkanlah aku."

Mengapa para sufi menganggap tawassul ialah adab kita di hadapan Allah s.w.t.. Ini kerana, para sufi merasakan diri mereka sangat hina dan kerdil di hadapan Allah s.w.t., dan mereka teramat malu untuk mengadap Allah s.w.t. dengan dosa mereka yang menggunung, kemudian meminta pula daripada Tuhan untuk menunaikan hajat kita, sedangkan kita empunya dosa yang menggunung di hadapan Allah s.w.t.

Maka, para sufi merasa tidak layak untuk mengharapkan agar Allah s.w.t. menunaikan hajat mereka, sedangkan mereka juga yakin Allah s.w.t. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Namun, rasa rendah diri mereka di hadapan Allah s.w.t. membuatkan mereka bertawassul dengan orang-orang yang mempunyai kedudukan di sisi Allah, menurut prasangka mereka.
Reply

Use magic Report

Post time 12-3-2010 05:03 PM | Show all posts
1094# Nazrulism
Nak ziarah... ziarah ler, tiada yg melarang, cuma jangan beribadat pada kubur tu


Dah boleh ziarah pulak...isyh..isyh..itulah akibat kalu takdak guru dan main kopipes jer...

padahal mengikut Ibn Taimiyyah:


"pendapat Ibn Taimiyah ttg haramnya bermusafir utk menziarahi maqam Rasulullah saw dan kami mengingkarinya. Inilah seburuk2 masalah yg dinuqilkan daripada Ibn Taimiyah.”

Nampaknya Tuan sendiri berselisih pendapat ngan Ibn Taimiyyah, jadi pendapat Ibn Taimiyyah pada awalnya tentang sufi pun patut jgn di ikut...

Tp kenapa Tuan tak quote yg Salikin tulis pendapat Ibn Taimiyyah semasa di bukakan Allah pintu kebenaran buatnya tentang sufi dan tasawuf semasa di dalam penjara..terkejut kan?

Apa kata Ibn Taymiah tentang istilah tasauf


Berikut adalah pendapat Ibn Tamiah tentang definisi Tasauf dari strained, Whether you are gold or gold-plated copper." Sanai.

Following is what Ibn Taymiyya said about the definition of Tasawwuf, from Volume 11, At-Tasawwuf, of Majmu'a Fatawa Ibn Taymiyya al-Kubra, Dar ar-Rahmah, Cairo:

    "Alhamdulillah, penggunaan kata tasauf telah didiskusikan secara mendalam. Ini adalah istilah yang diberikan kepada hal yang berhubungan dengan cabang ilmu (tazkiyat an-nafs and Ihsan)."

    "Tasauf adalah ilmu tentang kenyataan dan keadaan dari pengalaman. Sufi adalah orang yang menyucikan dirinya dari segala sesuatu yang menjauhkan dari mengingat Allah dan orang yang mengisi dirinya dengan ilmu hati dan ilmu pikiran di mana harga emas dan batu adalah sama saja baginya. Tasauf menjaga makna-makna yang tinggi dan meninggalkan mencari ketenaran dan egoisme untuk meraih keadaan yang penuh dengan Kebenaran. Manusia terbaik sesudah Nabi adalah Shidiqin, sebagaimana disebutkan Allah: "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)" Dia melanjutkan mengenai Sufi,"mereka berusaha untuk menaati Allah.. Sehingga dari mereka kamu akan mendapati mereka merupakan yang terdepan (sabiqunas-sabiqun) karena usaha mereka. Dan sebagian dari merupakan golongan kanan (ashabus-syimal)."


Bukan saja Ibn Taimiyyah malahan ramai lagi ulama besar yg pada awalnya mereka penentang tasawuf sufi tetapi apabila mereka mendalami tasawuf sufi, mereka menemukan sesuatu yg sangat bernilai di sisi Allah di dalamnya.

Setinggi mana ilmu Tuan utk menentang semua ulama besar tu...cermin2 la diri, jangan kerana ego nak menang hujah, menjadikan kita semakin jauh dari kebenaran, dan paling teruk semakin jauh dr Allah, tenggelam dalam kejahilan kita sendiri.


Itu ketika Nabi  s.a.w masih hidup.. meminta beliau mendoakan seseorang


Salikin dah hurai..mudah2an Tuan berlapang dada..

Firman Allah:

Ertinya:"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup , tetapi kamu tidak menyadarinya."(Surah Al-Baqarah :154)

Khalifah Umar meminta Abbas (masih hidup) berdoa meminta hujan kerana hendak bertawassul kepada Nabi s.a.w seperti sebelum itu tidak mungkin lagi kerana Nabi s.a.w telah wafat. Jika Umar bertawassul macam sedara... tak perlu pun bertawassul  dengan Abbas.


Dan kami juga bertawasul dengan Syeikh kami yang masih hidup...


Jika riwayat ini benar.. perbuatan Umar itu tidaklah lebih daripada penyesalannya kerana tidak sempat menolong orang yg meminta tolong kepadanya..  maaflah.. saya tak pernah dengar Nabi s.a.w solatkan kubur (sedara ada bukti ker Umar solatkan kubur?), memeluk dan menangis !


Hadis di atas cuma nak menentang hujah Ibn Taimiyyah melarang menziarahi kubur..bukan suruh Tuan solat, menangis meraung kat kubur.....Aaaaaalaa Kassimmmmmmm.....

Tapi Tuan sendiri nampaknya xsetuju ngan Ibn Taimiyyah...jadi, jangan ikut cakap dia...

“Dan tidaklah dalam Kitab Allah (Alqur’an), Sunnah Rasul-Nya dan ucapan seorang dari kalangan Salaf dan para imam umat ini penegasan bahwa Allah itu bukan jism dan sifat-sifat-Nya bukan berupa jism atau bendawi. Maka menafikan makna-makna yang telah tetap berdasarkan Syara’ dan akal dengan menafikan lafadz-lafadz yang mana Syara’ dan akal tidak menafikannya adalah sebuah kajahilan dan kesesatan.”


Baca betui2 apa maksud Ibn Taimiyyah, saya tau Tuan memang slalu salah faham, sifat terdesak Tuan hanya akan mengundang masalah...

1.“Dan tidaklah dalam Kitab Allah (Alqur’an), Sunnah Rasul-Nya dan ucapan seorang dari kalangan Salaf dan para imam umat ini penegasan bahwa Allah itu bukan jism dan sifat-sifat-Nya bukan berupa jism atau bendawi

Ibn Taimiyyah maksudkan tidak ada dalam Kitab Allah (Alqur’an), Sunnah Rasul-Nya dan ucapan seorang dari kalangan Salaf dan para imam umat bahawa Allah itu bukan jisim, dan sifat2 Allah juga bukan jisim atau benda.

2. Maka menafikan makna-makna yang telah tetap berdasarkan Syara’ dan akal dengan menafikan lafadz-lafadz yang mana Syara’ dan akal tidak menafikannya adalah sebuah kajahilan dan kesesatan.”

Ibn Taimiyyah maksudkan sekiranya dr segi syarak dan akal tidak menafikan mengatakan Allah itu bukan jisim maka jika kita menafikan, itu adalah perbuatan jahil atau sesat.

Kesimpulannya, Ibn Taimiyyah tetap menegaskan yg Allah itu berjisim krn tidak ada ayat menafikan perkara tersebut di dlm Al-Quran, Hadis atau kata2 ulama..

faham ka..?


Bagaimanapun hayatilah pendapat Imam Syafi'e;


Imam Shafi'i (150-205 H./767-820 CE)


Imam Shafi'i: "Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:

   1. mereka mengajariku bagaimana berbicara
   2. mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut
   3. mereka membimbingku ke dalam jalan tasauf

[Kashf al-Khafa and Muzid al-Albas, Imam 'Ajluni, vol. 1, p. 341.]

Saya memang pakai pendapat Imam syafie dan Imam2 Sunni yg lain...


Kenapa kebanyakkan... tidak semua
Indahnya ayat nak masukkan orang  lain dalam kelompok agama sufi


Kalu kabo semua tok guru sufi wali Allah, xcukup la borang pendaftaran nanti...

Syyhhh...jangan bgtau orang, saya pun wali jugak..


Nak tahu dulu.. sukatan SPM sufi ni ada termasuk cerita Katun ke tidak.


Allah tu Maha Kaya, Maha Kreatif...jangan kan cerita kartun, cerita ulama 'cari.com' tapi masih tercari-cari tak jumpa2 kebenaran pun ada...

Berikan tafsir penuh NurMuhammad dari kitab mereka.. atau sedara hanya tahu nama mereka sahaja


Tuan percaya ka depa? Buat apa saya cerita kalu Tuan tak percaya depa, buat jadi fitnah jer..bukan fitnah krn ilmu yg salah tetapi krn xsampai kpd maksudnya...


Lebih sesuai untuk kaum sufi... membaca Al-Qur'an setakat Halkum sahaja. untuk mendapat hikmah, merek bersuluk dan mengharap dari kasyaf dan laduni khayalan mereka!


Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 CE)


Imam Ghazali, hujjat ul-Islam, tentang tasauf: "Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].
Reply

Use magic Report

Post time 12-3-2010 05:31 PM | Show all posts
Sanggahan Allah s.w.t kepada yang bertawassul secara sufi.

Maka sepatutnya mereka dibela oleh segala yang mereka sembah yang lain dari Allah sebagai penyembahan untuk mendekatkan diri (kepada Allah ...
Nazrulism Post at 11-3-2010 22:49


Firman Allah:

Ertinya:" Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun."(Surah Az-Zumar :23)
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

15-11-2024 01:49 AM GMT+8 , Processed in 0.228050 second(s), 27 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list