ana funya .. semua ada bersangkutan dengan ketauhidan ..
baca dan baca lagi
amat amati .. halus d'perhalusi hingga menembusi ..
sampai dapat intisari .. baru lah kena diuji ..
insyAllah .. kalau ada ilham .. i will put here ..
wassalam
p/s ..
ok .. gtg .. solat jumaat ..
c u later then .. bye .. take care ..
Bagaimana engkau menyeru kepada dunia Padahal kalau bukan karenanya (Nabi) dia tiada tercipta
Tidak ragu lagi bahwa bait ini mengandung ghuluw (berlebih-lebihan) kepada Nabi, dimana al-Bushiri menganggap bahwa dunia ini tidaklah diciptakan kecuali karena Nabi, padahal Allah berfirman:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Tinggalkanlah ucapan kaum Nashara terhadap nabi mereka Adapun terhadapnya, ucaplah sesuka anda.
Dalam bait ini, dia menganggap bahwa yang terlarang adalah kalau umat Islam mengatakan seperti ucapan orang-orang Nashara terhadap Nabi Isa bahwa beliau adalah Tuhan, anak tuhan dan salah satu tuhan dari yang tiga. Adapun selain itu maka hukumnya okey saja.
Ucapan ini jelas sekali kebatilannya, sebab ghuluw itu sangat beraneka macam bentuknya dan kesyirikan itu ibarat laut tak bertepi, artinya dia tidak terbatas hanya pada ucapan kaum nashara saja, sebab umat-umat jahiliyyah dahulu yang berbuat syirik, tidak ada seorangpun diantara mereka yang berucap seperti ucapan Nashara. Jadi ucapan di atas merupakan pintu kesyirikan, sebab menurutnya ghuluw itu hanya terbatas pada ucapan kaum nashara saja.
Bagaimana engkau menyeru kepada dunia Padahal kalau bukan karenanya (Nabi) dia tiada tercipta
Tidak ragu lagi bahwa bait ini mengandung ghuluw (berlebih-lebihan) kepada Nabi, dimana al-Bushiri menganggap bahwa dunia ini tidaklah diciptakan kecuali karena Nabi, padahal Allah berfirman:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Seandainya bukan karenamu, Aku tidak akan menciptakan makhluk.
Bintang tak nampak berlebih-lebihan dari sebuah syair yang sekadar menguatkan kata-kata dan tiada di sini berkaitan dengan ayat yang abang Ngah paste tuh. Kerana ternyata ia ada beda. Dari larik tersebut ia bukan bermaksud total bumi ini tidak akan tercipta tanpa Nabi, tapi bermaksud kerana Nabi-lah bumi ini tercipta. Ada arakan pemahaman dalam perbedaan maksud tersebut.
Tinggalkanlah ucapan kaum Nashara terhadap nabi mereka Adapun terhadapnya, ucaplah sesuka anda.
Dalam bait ini, dia menganggap bahwa yang terlarang adalah kalau umat Islam mengatakan seperti ucapan orang-orang Nashara terhadap Nabi Isa bahwa beliau adalah Tuhan, anak tuhan dan salah satu tuhan dari yang tiga. Adapun selain itu maka hukumnya okey saja.
Ucapan ini jelas sekali kebatilannya, sebab ghuluw itu sangat beraneka macam bentuknya dan kesyirikan itu ibarat laut tak bertepi, artinya dia tidak terbatas hanya pada ucapan kaum nashara saja, sebab umat-umat jahiliyyah dahulu yang berbuat syirik, tidak ada seorangpun diantara mereka yang berucap seperti ucapan Nashara. Jadi ucapan di atas merupakan pintu kesyirikan, sebab menurutnya ghuluw itu hanya terbatas pada ucapan kaum nashara saja.
bintang posted on 10-11-2012 03:00 PM
Bintang tak nampak berlebih-lebihan dari sebuah syair yang sekadar menguatkan kata-kata dan ...
Sebab takmo nampak teranglah diungkap dengan syair !
Ni Terjemahan syair itu.
Pujian Kepada Nabi SAW
Kutinggalkan sunnah Nabi yang sepanjang malam.
Beribadah hingga kedua kakinya bengkak dan keram.
Nabi yang karena lapar mengikat pusarnya dengan batu.
Dan dengan batu mengganjal Perutnya yang halus itu.
Kendati gunung emas menjulang menawarkan dirinya.
la tolak permintaan itu dengan perasaan bangga.
Perlu harta namun menolak, maka tambah kezuhudannya.
Kendati memerlukan pada harta tidaklah merusak kesuciannya.
Bagaimana mungkin Nabi perlu pada dunia.
Padahal tanpa dirinya dunia takkan pernah ada.
Muhammadlah pemimpin dunia akherat.
Pemimpin jin dan manusia, bangsa Arab dan non Arab.
Nabilah pengatur kebaikan pencegah mungkar.
Tak satu pun setegas ia dalam berkata ya atau tidak.
Dialah kekasih Allah yang syafa’atnya diharap.
Dari tiap ketakutan dan bahaya yang datang menyergap.
Dia mengajak kepada agama Allah yang lurus.
Mengikutinya berarti berpegang pada tali yang tak terputus.
Dia mengungguli para Nabi dalam budi dan rupa.
Tak sanggup mereka menyamai ilmu dan kemuliaannya.
Para Nabi semua meminta dari dirinya.
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.
Para Rasul sama berdiri di puncak mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.
Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya.
Terpilih sebagai kekasih Allah pencipta manusia.
Dalam kebaikanya, tak seorang pun menyaingi.
Inti keindahannya takkan bisa terbagi-bagi.
Jauhkan baginya yang dikatakan Nasrani pada Nabinya.
Tetapkan bagi Muhammad pujian apapun kau suka.
Nisbatkan kepadanya segala kemuliaan sekehendakmu.
Dan pada martabatnya segala keagungan yang kau mau.
Karena keutamaannya sungguh tak terbatas.
Hingga tak satupun mampu mengungkapkan dengan kata.
Jika mukjizatnya menyamai keagungan dirinya.
Niscaya hiduplah tulang belulang dengan disebut namanya.
Tak pernah ia uji kita dengan yang tak diterima akal.
Dari sangat cintanya, hingga tiada kita ragu dan bimbang.
Seluruh mahluk sulit memahami hakikat Nabi.
Dari dekat atau jauh, tak satu pun yang mengerti.
Bagaikan matahari yang tampak kecil dari kejauhan.
Padahal mata tak mampu melihatnya bila berdekatan.
Bagaimana seseorang dapat ketahui hakikat Sang Nabi
Padahal ia sudah puas bertemu dengannya dalam mimpi
Puncak Pengetahuan tentangnya ialah bahwa ia manusia
Dan ia adalah sebaik baik seluruh ciptaan Allah
Segala mukjizat para Rasul mulia sebelumnya
Hanyalah pancaran dari cahayanya kepada mereka
Dia matahari keutamaan dan para Nabi bintangnya
Bintang hanya pantulkan sinar mentari menerangi gulita
Alangkah mulia paras Nabi yang dihiasi pekerti
Yang memiliki keindahan dan bercirikan wajah berseri
Kemegahannya bak bunga, kemuliaannya bak purnama
Kedermawanannya bak lautan, kegairahannya bak sang waktu
la bagaikan dan memang tiada taranya dalam keagungan
Ketika berada di sekitar pembantunya dan di tengah pasukan
Bagai mutiara yang tersimpan dalam kerangnya
Dari kedua sumber, yaitu ucapan dan senyumannya
Tiada keharuman melebihi tanah yang mengubur jasadnya
Beruntung orang yang menghirup dan mencium tanahnya
Nazrulism posted on 10-11-2012 03:21 PM
Sebab takmo nampak teranglah diungkap dengan syair !
Ni Terjemahan syair itu.
Abang Ngah buat bintang senyum jek,
tade apa yang pelik dan tade apa yang jelek .. heheee
Itulah ilusi dalam syiar. Andai ia cuma kata-kata biasa yang tak perlu buat kita membalikkan fikiran kita dalam mencari erti, bermakna itu bukan puisi/syair. Mari lihat ilusi dalam puisi Usman Awan ini. Sesuatu yang terlihat gampang, tapi inilah metafora yang menular dalam pemikiran untuk mengapresiasikan puisi;
Kekasih
Akan ku pintal buih-buih
menjadi tali
mengikatmu
akan kuanyam gelombang-gelombang
menjadi hamparan
ranjang tidurmu
akan kutenun awan gemawan
menjadi selendang
menudungi rambutmu
akan kujahit bayu gunung
menjadi baju
pakaian malammu
akan kupetik bintang timur
menjadi keronsang
menyinari dadamu
akan kujolok bulan gerhana
menjadi lampu
menyuluhi rindu
kan kurebahkan matari
menjadi laut malammu
menghirup sakar madumu
kekasih, hitunglah mimpi
yang membunuh realiti
dengan syurga ilusi
~ Usman Awang, 1971
Dan lihat pula puisi top Chairil Anwar
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
bintang posted on 10-11-2012 03:45 PM
Abang Ngah buat bintang senyum jek,
tade apa yang pelik dan tade apa yang jelek .. heheee
Senyum tu sedekah... buat orang senyum... 2X sedekah
Syair Bushiri - menisbatkan Nabi s.a.w. yang menjadi ikutan umat Islam !
Puisi Usman Awang - menisbatkan kekasihnya umpama perempuan. - saya tak peduli apa yg dia kata tentang kekasihnya !
Puisi Chairil - menisbatkan dirinya - juga saya tak peduli apa yg dia nak kata pada dirinya samada sebagai anjing jalang sekalipun!
Nazrulism posted on 10-11-2012 03:21 PM
Sebab takmo nampak teranglah diungkap dengan syair !
Ni Terjemahan syair itu.
Pujian Kepada Nabi SAW
( Kasidah Cinta untuk Sang Nabi )
Sebuah judul yang apik.
Kutinggalkan sunnah Nabi yang sepanjang malam.
Beribadah hingga kedua kakinya bengkak dan keram.
(kutinggalkan bukan memberi maksud; penulis pergi atau lari atau tak endah. Kata kutinggalkan memberi maksud sama dengan sabda Nabi saw yang bermaksud; ‘“Sudah ku tinggalkan untuk kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat sepeninggalan ku jika kamu berpegang kepada kedua-duanya iaitu Kitab Allah (Al Quran) dan Sunnah ku.”
penulis meneruskan tentang kecintaan-Nya yang beribadah tanpa mempeduli kesakitan dan akibat.
Nabi yang karena lapar mengikat pusarnya dengan batu.
Dan dengan batu mengganjal Perutnya yang halus itu.
Kendati gunung emas menjulang menawarkan dirinya.
la tolak permintaan itu dengan perasaan bangga.
Perlu harta namun menolak, maka tambah kezuhudannya.
Kendati memerlukan pada harta tidaklah merusak kesuciannya.
Bagaimana mungkin Nabi perlu pada dunia.
Padahal tanpa dirinya dunia takkan pernah ada.
(inilah bait sarkastik yang tak sukar sebenarnya untuk dicerna. Kerana hadirnya Rasulullah telah direncanakan Tuhan semenjak awal kejadian dunia. Ia bukan sebuah permintaan atau dalam perancangan manusia.)
Muhammadlah pemimpin dunia akherat.
Pemimpin jin dan manusia, bangsa Arab dan non Arab.
Nabilah pengatur kebaikan pencegah mungkar.
Tak satu pun setegas ia dalam berkata ya atau tidak.
( abang Ngah, syair ini diterjemah ke bahasa Indonesia dan ia tidak memberi apa-apa impak kecuali tentang tatabahasa saja. Maksud pengatur kebaikan dan pencegah mungkar adalah, Nabi yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah mungkar seperti tercatat dalam kitabullah )
Dialah kekasih Allah yang syafa’atnya diharap.
Dari tiap ketakutan dan bahaya yang datang menyergap.
Dia mengajak kepada agama Allah yang lurus.
Mengikutinya berarti berpegang pada tali yang tak terputus.
Dia mengungguli para Nabi dalam budi dan rupa.
Tak sanggup mereka menyamai ilmu dan kemuliaannya.
Para Nabi semua meminta dari dirinya.
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.
Para Rasul sama berdiri di puncak mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.
( Secara keseluruhan bintang apresiasikan larik ini tanpa melarikan alur kehendak syair ini. Adalah Nabi penghulu akhir dan seandai ada Nabi yang terdahulu bersama dengan-Nya, para Nabi tersebut akan berada di bawah naungannya saw dengan bermaksud beriman dengan Quran dan Sunnahnya. )
Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya.
Terpilih sebagai kekasih Allah pencipta manusia.
Dalam kebaikanya, tak seorang pun menyaingi.
Inti keindahannya takkan bisa terbagi-bagi.
Jauhkan baginya yang dikatakan Nasrani pada Nabinya.
Tetapkan bagi Muhammad pujian apapun kau suka.
Nisbatkan kepadanya segala kemuliaan sekehendakmu.
Dan pada martabatnya segala keagungan yang kau mau.
Karena keutamaannya sungguh tak terbatas.
Hingga tak satupun mampu mengungkapkan dengan kata.
Jika mukjizatnya menyamai keagungan dirinya.
Niscaya hiduplah tulang belulang dengan disebut namanya.
( bintang sendiri tak faham apa yang abang Ngah tak faham dengan dua larik ini? Jauhkan baginya yang dikatakan Nasrani pada Nabinya.
Tetapkan bagi Muhammad pujian apapun kau suka.
Kerana dua larik ini memohon dijauhkan kata-kata nasrani kepada Nabi saw dan anjuran kepada pembaca tetapkan meneruskan pujian kepada Rasul akhir ini kerana digambarkan di sini keutamaan kepada junjungan saw sungguh tak terbatas sebagai Nabi akhir zaman. )
Tak pernah ia uji kita dengan yang tak diterima akal.
Dari sangat cintanya, hingga tiada kita ragu dan bimbang.
Seluruh mahluk sulit memahami hakikat Nabi.
Dari dekat atau jauh, tak satu pun yang mengerti.
Bagaikan matahari yang tampak kecil dari kejauhan.
Padahal mata tak mampu melihatnya bila berdekatan.
Bagaimana seseorang dapat ketahui hakikat Sang Nabi
Padahal ia sudah puas bertemu dengannya dalam mimpi
Puncak Pengetahuan tentangnya ialah bahwa ia manusia
Dan ia adalah sebaik baik seluruh ciptaan Allah
( tiga larik dimerahkan ini hanya sekadar bercerita bagaimana penulis bertemu Nabi saw di dalam mimpi dan jiwanya serasa begitu dalam kepuasan dan Nabi saw itu seorang manusia yang dijadikan sebaik-sebaik ciptaan antara manusia keseluruhannya )
Segala mukjizat para Rasul mulia sebelumnya
Hanyalah pancaran dari cahayanya kepada mereka
Dia matahari keutamaan dan para Nabi bintangnya
Bintang hanya pantulkan sinar mentari menerangi gulita
( Inikah bait yang dikatakan dari kata sakti Nur Muhammad? Dan lihat analoginya seperti bintang yang sebenarnya tade cahaya melainkan pendarnya dari mentari )
Alangkah mulia paras Nabi yang dihiasi pekerti
Yang memiliki keindahan dan bercirikan wajah berseri
Kemegahannya bak bunga, kemuliaannya bak purnama
Kedermawanannya bak lautan, kegairahannya bak sang waktu
la bagaikan dan memang tiada taranya dalam keagungan
Ketika berada di sekitar pembantunya dan di tengah pasukan
Bagai mutiara yang tersimpan dalam kerangnya
Dari kedua sumber, yaitu ucapan dan senyumannya
Tiada keharuman melebihi tanah yang mengubur jasadnya
Beruntung orang yang menghirup dan mencium tanahnya
( di sini penulis menutup tirai qasidahnya dengan memberi kata tuah kepada tanah yang menjadi kubur kepada Nabi saw dan para penziarah adalah terlebih beruntung kerana dapat menghirup aroma kenabian dari kuburan ini)
Pada bintang inilah qasidah yang begitu asyik di sela kebanjiran lagu-lagu pop yang menjadi kegilaan kita. Dan buat abang Ngah, meneroka qasidah ini tiadalah sama abang ngah meneroka lirik-lirik lagu atau bait-bait puisi yang cuma terbatas dengan pemikiran kecil. Puisi begini seperti mana kata bintang sebelum ini adalah memerlukan pencernaan di luar normal pemikiran biasa. Bukan menjadi sufi tetapi mendekatkan diri dengan gaya pemikiran mereka yang jauh ke depan apabila menemukan kata-kata kecintaan kepada Khalik dan Nabi-Nya.
Syair Bushiri - menisbatkan Nabi s.a.w. yang menjadi ikutan umat Islam !
Puisi Usman Awang - menisbatkan kekasihnya umpama perempuan. - saya tak peduli apa yg dia kata tentang kekasihnya !
Puisi Chairil - menisbatkan dirinya - juga saya tak peduli apa yg dia nak kata pada dirinya samada sebagai anjing jalang sekalipun!
Kenapa bintang meletak dua puisi berlainan tema membandingkan dengan qasidah Bushiri?. Kerana keduanya ada metafora yang tak tercapai dek akal. Puisi Usman Awang menggigilkan ilusinya tentang kekasih dan klimaksnya dengan menyatakan itulah sebuah ilusi tentang kecintaan, betapa, betapa dan betapa ia mendambakan - dan jika puisi ini dipindahkan menjadi puisi religi, maka ia akan menjadi lebih erotis pada diksinya.
Puisi Chairil pula pada larik akhir memulaukan pemikiran kita dari kata;
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi
Duh, sesuatu yang mustahil. Sesungguhnya itulah bila dibaca secara literalnya. Namun pada simboliknya, ia hanya ingin mengatakan sampai akhirnya begitulah kekerasan jiwanya.
Analogi kepada qasidah Bushiri hanyalah metafora dan simbolisme yang terkandung pada qasidah apik itu tak lebih dan tak kurang. Jangan sesekali membaca literal sebuah puisi yang berat, ingat tuh abang Ngah Last edited by bintang on 10-11-2012 06:37 PM
Qasidah Burdah adalah salah satu karya paling popular dalam khazanah sastera Islam. Isinya, sajak-sajak pujian kepada Nabi Muhammad saw, mengandungi pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan, dan hingga kini masih sering dibacakan pada peringatan Maulid Nabi. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Sindi, Inggeris, Perancis, Jerman dan Itali.
Pengarang Qasidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/ 1213-1296 M). Nama lengkapnya, Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid al-Bushiri. Berketurunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko dan dibesarkan di Bushir, Mesir. Seorang murid Sufi besar, Imam as-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abdul Abbas al-Mursi – anggota Tarekat Syadziliyah. Di bidang ilmu fiqih, Al Bushiri menganut mazhab Syafi’i, yang merupakan mazhab fiqih mayoritas di Mesir.
Di masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al Quran di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian dia belajar dengan ulama-ulama sezamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusateraan Arab dia berpindah ke Kairo. Di sana ia menjadi seorang sasterawan dan penyair. Kemahirannya di bidang sastera syair ini melebihi para penyair pada zamannya. Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.
Sebahagian ahli sejarah menyatakan, bahawa ia mulanya bekerja sebagai penyalin naskah-naskah. Louis Ma’luf juga menyatakan demikian di dalam Kamus Munjibnya.
Sajak-sajak pujian untuk Nabi dalam kesusasteraan Arab dimasukkan ke dalam genre al-mada’ih an-nabawiyah, sedangkan dalam kesusasteraan-kesusasteraan Persia dan Urdu dikenal sebagai kesusasteraan na’tiyah (kata jamak dari na’t, yang bererti pujian). Sasterawan Mesir terkenal, Zaki Mubarok, telah menulis buku dengan uraian yang panjang lebar mengenai al-mada’ih an-nabawiyah. Menurutnya, syair seperti itu dikembangkan oleh para sufi sebagai cara untuk mengungkapkan perasaan religius yang islamik.
Qasidah Burdah terdiri atas 160 bait (sajak), ditulis dengan gaya bahasa (usiub) yang menarik, lembut dan elegan, berisi panduan ringkas mengenai kehidupan Nabi Muhammad saw, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, doa, pujian terhadap Al Quran, Isra’ Mi’raj, jihad dan tawasul.
Dengan memaparkan kehidupan Nabi secara puitis, AI-Bushiri bukan saja menanamkan kecintaan umat Islam kepada Nabinya, tetapi juga mengajarkan sastera, sejarah Islam, dan nilai-nilai moral kepada kaum Muslimin. Oleh kerananya, tidak hairanlah jika Qasidah Burdah senantiasa dibacakan di mana-mana, dan bahkan diajarkan pada tiap hari Kamis dan Jumat di Universiti AI-Azhar, Kairo.
Al-Bushiri hidup pada suatu masa transisi perpindahan kekuasaan dinasti Ayyubiyah ke tangan dinasri Mamalik Bahriyah. Pergolakan politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintahan mengejar kedudukan dan kemewahan. Maka munculnya kasidah Burdah itu merupakan reaksi terhadap situasi politik, sosial, dan kultural pada masa itu, agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi yang bertungsi sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik), mengendalikan hawa nafsu, kembali kepada ajaran agama yang murni, Al Quran dan Hadis.
Sejarah Ringkas Qasidah Al-Burdah
Al-Burdah menurut etimologi banyak mengandung erti, antara lain :
1. Baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah. Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah biasa dibedakan dengan pejabat negara lainnya, teman-teman dan rakyatnya.
2. Nama dari Qasidah yang dipersembahkan kepada Rasulullah saw yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma.
Pada mulanya, burdah (dalam pengertian jubah) ini adalah milik Nabi Muhammad saw yang diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma, seorang penyair terkenal Muhadramin (penyair dua zaman: Jahiliyah dan Islam). Burdah yang telah menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut akhirnya dibeli oleh Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan dengan harga duapuluh ribu dirham, dan kemudian dibeli lagi oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur dari dinasti Abbasiyah dengan harga empat puluh ribu dirham. Oleh khalifah, burdah itu hanya dipakai pada setiap solat fd dan diteruskan secara turun temurun.
Riwayat pemberian burdah oleh Rasulullah saw kepada Ka’ab bin Zuhair bermula dari Ka’ab yang menggubah syair yang sentiasa menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabat. Kerana merasa terancam jiwanya, ia lari bersembunyi untuk menghindari amarah para sahabat. Ketika terjadi penaklukan Kota Mekah, saudara Ka’ab yang bernama Bujair bin Zuhair mengirm surat kepadanya, yang isinya antara lain anjuran agar Ka’ab pulang dan menghadap Rasulullah, kerana Rasulullah tidak akan membunuh orang yang kembali (bertaubat). Setelah memahami isi surat itu, ia berniat pulang kembali ke rumahnya dan bertaubat.
Kemudian Ka’ab berangkat menuju Madinah. Melalui ‘tangan’ Abu Bakar Siddiq, di sana ia menyerahkan diri kepada Rasulullah saw. Ka’ab memperoleh sambutan penghormatan dari Rasulullah. Begitu besarnya rasa hormat yang diberikan kepada Ka’ab, sehingga Rasulullah melepaskan burdahnya dan memberikannya kepada Ka’ab.
Ka’ab kemudian menggubah Qasidah yang terkenal dengan sebutan Banat Su’ad (Putri-putri Su’ad), terdiri atas 59 bait (puisi). Qasidah ini disebut pula dengan Qasidah Burdah. la ditulis dengan indahnya oleh kaligrafer Hasyim Muhammad al-Baghdadi di dalam kitab kaligrafi-nya, Qawaid al-Khat al-Arabi.
Di samping itu, ada sebab-sebab tertentu dikarangnya Qasidah Burdah itu, iaitu ketika al-Bushiri menderita sakit lumpuh, sehingga dia tidak dapat bangun dari tempat tidurnya, maka dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksud memohon syafa’atnya. Di dalam tidur, dia bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad saw di mana Nabi saw mengusap wajah al-Bushiri, kemudian Nabi melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh al-Bushiri, dan saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga dia sembuh dari penyakitnya. Wallahua'lam.