CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: kEk_KeL@d|

SEPET dari Yasmin Ahmad

[Copy link]
mattromeo This user has been deleted
Post time 20-7-2004 05:38 PM | Show all posts
lol:lol
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 16-9-2004 04:25 PM | Show all posts

SEPET - Yasmin Ahmad







General Info on SEPET.

sepet banner
Originally uploaded by yasmin the storyteller


CAST

ah loong ... ng choo seong
orked ... sharifah amani
keong ... linus chung
mah ... tan mei ling
mak ... ida nerina
abah ... harith iskander
kak yam ... adibah noor
pah ... thor kar hoong


PRODUCTION

executive producer ... rosnah kassim
cinematographer ... keong low
editor ... affandi jamaludin
art direction ... ujang & odeng
producer ... elyna shukri
director ... yasmin ahmad
written by ... yasmin ahmad


SYNOPSIS

19-year old Ah Loong is in charge of a street stall selling pirated vcd's. Contrary to what you might expect someone of his social standing to be, Ah Loong is an incurable romantic with an unlikely hobby - he loves to read and write poetry. Quite contented to carry on being the Romeo of the slums, Ah Loong's life takes a sudden turn one day when a 16-year old Malay schoolgirl arrives at his stall in search of Wong Kar-Wai's films.


aku baca The Sun hari nie...movie nie menang Gold Award Best Asean Award kat MVA hari tu...dia nie hari tu yg buat telemovie RABUN kan...
Yasmin Ahmad Executive Creative Director kat Leo Burnett yang selalu buat iklan Petronas...

[ Last edited by PrincessFiona on 16-9-2004 at 04:32 PM ]
Reply

Use magic Report

haLLie This user has been deleted
Post time 16-9-2004 04:57 PM | Show all posts
bila nak tayang ek....?
Reply

Use magic Report

Post time 16-9-2004 05:03 PM | Show all posts
dah ada rupanya thread sorry aku ketinggalan ...tadi aku cari gak macam tak jumpa lak...anyway tak sabar nak tunggu gak tayangan dia nie..bila agaknya...
Reply

Use magic Report

Post time 16-9-2004 05:07 PM | Show all posts
23 hb nie SEPET akan buat premier dia kat S'pore....

tayang di Malaysia tahun depan kot....tayang di UM mungkin dlm bulan 12 nanti atau bulan Jan 2005....mungkin juga akan ada tayangan di National Art Gallery dlm jangkamasa terdekat.....

anyway...berita terbaru....SEPET diundang menyertai SAN FRANCISCCO INTERNATIONAL FILM FESTIVAL yang akan berlangsung sekitar April-Mei 2005 nanti.....
Reply

Use magic Report

Post time 20-9-2004 04:05 PM | Show all posts
hah?
tahun depan??

ingatkan dalam bulan ni...
Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 20-9-2004 09:35 PM | Show all posts

email jemputan ke San Francissco Int Film Festival

From:  Linda Blackaby
To:  YASMIN AHMAD
Date:  Saturday - September 4, 2004, 8:07am
Subject:  Official invitation to San Francisco International Film Festival

Dear Yasmin Ahmad,
We are pleased to extend this official invitation for your film SEPET to have its North American Premiere at the 48th San Francisco International Film Festival (April 21- May 5, 2005).  It is quite a charming and original work which we think will be very well received by our audiences.  We would also like to invite you as the director of the film to come to San Francisco as our guest with the film.
The San Francisco International Film Festival is the oldest in North and South America and is known for its enthusiastic, intelligent and diverse audiences.  We would be honored to present this film and we look forward to learning of your disposition towards this invitation as soon as possible.
We have attached a confirmation form which includes information on participation in the Festival.
Should you accept the invitation, we would appreciate your completion and return of the form as soon as possible. The information and support materials we request (English subtitled VHS cassette, press kit, stills, etc.) are essential in helping us publicize your film in our publications and to the media.  Please let us know when you might have them prepared.
If you have questions or require additional information please contact us.  

Yours sincerely,
Linda Blackaby
Director of Programming
48th San Francisco International Film Festival
April 21 - May 5,  2005
www.sffs.org


-----=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-===------

Yasmin Wrote :

So. There it was. On my computer screen, and staring at me. I kept muttering, "Alhamdulillah!" under my breath, over and over again.

This is a festival which Milos Forman, one of my all-time heroes, went to last year, and received a lifetime achievement award.

A festival which, in 2003, gave a nod to a director much more accomplished than me -- my friend Pen-ek Ratanaruang from Thailand.

For goodness' sake, Hector Babenco, Jim Jarmusch, Kiyoshi Kurosawa and their films were at this festival last year!

This is the festival which did NOT accept my first film RABUN when Roger Garcia submitted it in 2002.

I can't lie to you. Having your film selected for international festivals makes your heart leap to your throat. And because it does, it is very tempting, while you are actually making a film, to try and second-guess what festival directors, curators, and judges like.

In other words, you forget what a movie is for. You forget who it's suppose to please, and who's forking out hard-earned money to pay for tickets at the cinema.

Which was why our cast and crew on SEPET sat around in a circle before commencing shoot earlier this year, and made a solemn vow to each other that we'd make an honest film, from the heart, regardless of how "un-cool" the final product may appear to our peers, the film critics and festival judges.

Not surprisingly, when foreign reviewers and curators like Jan Uhde (I posted his reaction to SEPET below) and Roger Garcia came to town and asked to see our film, some local indies cautioned them that SEPET was merely "mainstream" stuff.

Which, I'm happy to admit, it IS. (I don't understand how anyone can claim that they're about to make an "art film" or a "festival film". To me, you just make a film; it's up to OTHER people to describe your film as "art", or not, as the case may very well be.)

But when folks like Mr Uhde wrote to say how much they enjoyed SEPET, and when Mr Garcia announced that it had been officially selected by the San Francisco International Film Festival, I felt grateful, and more importantly, reassured.

It reminded me that my job or jihad as a filmmaker is firstly to be honest with my true feelings and to what moves me and the people in my country. Whether or not the foreign festival judges will think my film is "cool" or "artistic" or even decent, is not in my hands or theirs, but Allah's.
Reply

Use magic Report

Post time 22-9-2004 07:23 AM | Show all posts
Originally posted by GAIA at 2004-9-16 05:07 PM:
23 hb nie SEPET akan buat premier dia kat S'pore....

tayang di Malaysia tahun depan kot....tayang di UM mungkin dlm bulan 12 nanti atau bulan Jan 2005....mungkin juga akan ada tayangan di Nation ...


nape lmbat sgt baru nk tayang kt negara sendiri...?
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 22-9-2004 07:25 AM | Show all posts
nanti kalau tayangan dh nk kuar, mr.Gaia jgn lupe buat update k...
Reply

Use magic Report

Post time 30-9-2004 06:02 PM | Show all posts

CATATAN SEPET DI SINGAPURA



Sepet Di Singapura

oLeH : Fadz (www.tontonfilem.blog-city.com)

Sejak beberapa minggu ini, memang emosi dan fikiran aku berkecamuk. Aku begitu 'moody', hinggakan kalau ada sesiapa sahaja yang menegur, aku akan naik marah, beremosi dan cakap yang bukan-bukan (sehingga Kak Min yang tak bersalah pun entah kenapa aku cakap bukan-bukan dalam blognya). Semuanya kerana ada sesuatu yang melanda diri aku sekarang. Dan aku kena hadapi ini dengan seorang.

Mungkin juga aku perlu berehat dari segalanya untuk sementara. Maka penayangan filem-filem Malaysia di Singapura adalah satu Rahmat. Kak Min sendiri mengajak aku ke sana, dengan tiket percuma. Aku mula membuat rancangan. Mula-mulanya Azwan. Pada mulanya Azwan menyuruh aku memberinya masa. Beberapa hari kemudian dia mati-mati kata tidak boleh pergi. Kemudian aku ajak beberapa kawan Cina aku untuk turut serta. "Singapura? Kau gila? Tanah kiasu tu?" Mereka akan jawab. Aku tak faham, masih tak faham hingga sekarang, kebanyakan kawan-kawan Cina aku sangat benci pada Singapura walaupun sudah diketahui, populasi merekalah yang paling ramai di sana. Aku cuba menghubungi seorang kawan aku di Singapura pula. Dia pula begitu sibuk, hingga akhir-akhir masa baru mahu menghubungi aku. Itu pun dengan e-mail. Orang terakhir (walaupun antara yang pertama aku hubungi) yang menjawab kesusahan aku, rupa-rupanya mak angkat aku sendiri, seorang Cina Islam yang tinggal di Singapura, Mak Mariah.

Mak Mariah menelefon aku, memberitahu beliau boleh tinggal di rumahnya. Beliau sendiri akan turun ke Kuala Lumpur untuk beberapa urusan rasmi. Aku berucap syukur, akhirnya...

Tetapi urusan beliau dengan klien beliau mula merunsingkan. Pada hanya hari Isnin, ia beransur ke hari Rabu. Aku berkata padanya, mahu memberitahu Kak Min terus supaya batalkan sahaja tiket wayang opening primiere aku di sana. "Jangan, tak perlu..Kau kena optimis sedikit. Jangan pesimis sangat! Kau ni pesimis sangat dengan segalanya. Hidup ini untuk berjudi. Lagipun ini bisnes, ia lebih penting dari segala-galanya. InsyaAllah, Tuhan akan lorongkan. Semuanya boleh berlaku dengan usaha." Mahu sahaja aku menjerit, ketuk kepalanya dengan senduk nasi yang aku pegang. Mak atau tak. Tapi aku sabarkan, dan kata-katanya, walaupun bersemangat risiko (seperti perniagaannya juga) ada juga kebenarannya. Maka aku diamkan, sampailah hari Rabu yang kami patut berangkat pukul 12 tengah hari.

Aku tunggu-tunggu ketibaan mak angkat aku, hingga tertidur. Dua buah buku aku bawa untuk dibaca di sana, Manuklon oleh Rahmat Haroun (yang aku tak dapat-dapat habiskan bab akhirnya) dan biografi Harun Aminurashid tulisan Abdullah Hussain (sumber untuk aku tidur. Tapi dua babnya begitu bagus. Hanya sampai bab ketiganya aku mula bosan kerana Abdullah terlalu 'detail' memberitahu bagaimana Tokoh Harun mendidik guru besar di Brunei untuk bercucuk tanam!) Tiba-tiba pada 3 petang, beliau kembali dengan sebuah teksi. Kami kelam kabut mengemas bajunya yang berselerak (aku sudah siap lama). Dengan semangat yang positif, dia kata, "Jangan risau, sampai juga. Pukul berapa tayangan tu?"

Sampai sahaja di KLIA (dengan pertama kali menaiki ERL..hmmm bagus juga orang belanja. Maka aku tak bolehlah bebal sangat. Walaupun aku tahu harapan menonton pembukaan Sepet tu dah singkat), kami hanya sempat memasuki penerbangan pukul 6.50 petang. Waktu itu, aku katakan padanya rasionalisasi untuk lepak sahaja di rumahnya dari susah penat pergi ke tayangan primiere itu. Mak Mariah tidak mahu mengalah. Optimismanya...Tuhan... Singapura tentu berbangga mendapat insan seperti mak angkat aku ini, berwibawa dan bersemangat kental habis. Mungkin juga dia simbol segalanya yang Singapura ingin jadi- tidak gentar, licik, keras dan tidak mahu kalah. Mungkin kerana semangat waja itu, beliau boleh buat kerja-kerja amal itu di negara China. Beliau kata, kami akan cuba menawan hati 'usher' untuk menonton Sepet di pertengahan, sesuatu yang tidak pernah aku dengar akan keluar dari seorang peminat filem. Aku iyakan sahaja. She's paying the flight.


Singapura Waktu Malam

Kami mengambil teksi setibanya di airport. Seperti Amazing Race pula apabila kejar-mengejar begitu. Mak Mariah berkata pada aku, "Tengoklah, ruang teksi Singapura lebih besar dari Malaysia bukan?" Aku tahu, dalam dua hari perjalanan aku ini, akan tersembullah segala keagungan Singapura melebihi Malaysia (peliknya, kebanyakan orang Singapura yang pernah aku kenal, melakukan perkara yang sama!). Kami sampai begitu malam, kami terpaksa rehat dulu di rumah. Aku memujuknya untuk rehat sahaja di rumah hingga esok. Beliau masih tak rasa puas. "Lagipun awak tak memandu, saya memandu..jadi ikut saja."

Kami mengelilingi bandar Singapura dengan keretanya. Singapura amat indah, tersusun, bersih. Orang-orangnya juga agak ramah. Aku tidak faham kenapa mereka kata orang Singapura kasar dan biadab. Seorang kawan Siam aku sendiri mengatakan, orang Malaysia lebih lemah-lembut. Orang Singapura sama seperti orang Hong Kong, katanya. Kalau pergi ke kedai mereka, mereka akan tanya dahulu. Selalunya kalau Malaysia, mereka akan kata, "Kalau mahu beli sesuatu takpelah tengok, kalau tak berambuslah, buat rugi masa aku sahaja." Betulkah begitu? Aku akan cuba keesokan harinya. Aku mengatakan pada Mak Mariah tempat tayangan itu, Cathay Orchard Cineleisure. Dua tiga kali aku mengulangnya. Mak Mariah terkebil-kebil. Yelah, orang lama. Beliau kata, ada sebuah pawagam lama bernama Cathay, mungkin di situ tempatnya. Kemudian kami melalui beberapa jalan besar yang semuanya sudah menjadi 'one way street'. Mak Mariah merungut, memberitahu dulunya, Singapura lebih senang untuk dibelok ke sana ke mari.

Pada satu waktu, keretanya sudah begitu hampir dengan bas yang baru berjalan. Aku menutup mata aku. Mak Mariah tertawa. Dia kata, aku ini seperti Peribahasa Cina: Badan sahaja yang membesar, semangat masih kecil. Aku tersenyum sahaja. Kemudian dia mula berfalsafah pada aku bagaimana keluarga aku dididik terlalu banyak pantang larang dan keluarganya pula 'anything goes' dan beliau masih baik dan tahu menjaga diri (beliau tidak pernah kahwin hingga sekarang). Kami masih membelok entah berapa jalan. Aku yang tidak pernah ke situ, menyuruhnya cari Jalan Orchard yang terkenal itu (kerana itu logiknya). Kami tiba di satu tempat. Mak Mariah kata, "Ha, itulah Cathay dahulu, tapi kini dah tutup..Baik saya tanya pemandu teksi tu.."

Mak Mariah keluar dari kereta, mengetuk pintu sebuah teksi. Si pemandu sedang seronok berasmara kata dengan kekasihnya di sebelah tiba-tiba menggelupur, takut dikacau oleh Mak Mariah seperti suri rumah tidak mahu melayan Door Salesman. Mak Mariah bertanya, di manakah pawagam Cathay Orchard yang baru. Kedua-dua pasangan itu menjerit, "Mana ada. Dah takde dah!" Muka Mak Mariah mula bertukar. Aku pula mula merah padam. Nak kata bodoh orang Singapura tiga ekor ni, memang bodoh. Aku kuat-kuat berkata, "Cathay Orchard Cineleisure!" Baru mereka, "Ohhhhhh.." Mak Mariah sampai memarahi aku. Beliau kata, "Cakaplah Cineleisure. Saya tahulah di mana!" Malam itu aku penuh dengan manusia yang sudah lama tak menonton wayang.

Kami sampai juga di tempat itu. Mak Mariah, kerana caranya, beliau jalan sahaja jalan sesak untuk ke bangunan itu tanpa mengikut laluan pejalan kaki. Aku mengikutinya dari belakang. Orang singapura, kebanyakannya muda mudi, kebanyakannya Cina melepak di luar bangunan itu. Satu budaya yang menarik aku lihat. Tiba-tiba bertembung dengan sekumpulan Melayu, dua gadis yang nampak seksi yang mana dalam hati aku, "Ahh, mesti dara Singapura.." Kemudian Mak Mariah menegur seorang yang bertudung di sebelah mereka tentang pawagam Cathay. Perempuan itu kata, dia orang Malaysia dan di situ mungkin pawagamnya. Rupa-rupanya beliau ialah Fatimah Abu Bakar! Aku terus menegur, "Ini Puan Fatimah Abu Bakar?" Puan Fatimah tersenyum. Dua gadis tadi rupanya anak-anaknya, dan seorang tentunya Sharifah Armani, si pelakon cilik Sepet itu. Mata mereka seakan merungut melihat aku dan Mak Mariah mengacau ibu mereka.

Mak Mariah memperkenalkan dirinya dan berkata mereka sepatutnya datang untuk tayangan itu. Puan Fatimah memberitahu, mereka juga nyaris-nyaris tidak sampai ke tayangan itu. Suaminya di sebelah juga yang aku tidak sedar ada di situ mula merasa tidak sedap hati, kerana tiada teksi yang mahu ke hotel mereka. Puan Fatimah siap berkata, "Adakah kamu berdua saudara pada Yasmin?" Dalam hati aku, aku tergelak. Mak Mariah terus menafikan. Akhirnya mereka mencapai satu teksi (kerana ketangkasan Armani) dan kami bersalaman dengan Puan Fatimah.

Di satu penjuru bangunan itu, aku tunjuk pada Mak Mariah, "Lihat, tu kan Cathay!" Mak Mariah baru kata, "Ohhhhhhhhhh. Tu lah, bawa orang yang dah 20 tahun tak masuk panggung!" Mak Mariah menyuruh aku kacau Kak Min. Aku tahu, beliau tentu kepenatan, dari tayangan 3 petang hingga kini, beliau tentu ingin bersama suami dan keluarganya. Tetapi Mak Mariah sungguh 'determinant. "Panggil dia." Aku memanggilnya, mendapat 'message box'nya. Beberapa minit kemudian, Kak Min menelefon kembali. Mak Mariah memberi HPnya pada aku. Kesian. Suara Kak Min sudah garau seperti lelaki, menunjukkan dia sudah begitu lemah dan tak berdaya. Suaranya juga begitu pelan. Tetapi beliau boleh lagi bersemangat bercakap dengan aku, bagaimana penonton Singapura menyukai Sepet. Alhamdulillah, itu yang penting. Kemudian beliau berkata, Sepet masih ditayangkan esok, tapi kami perlu beli tiketnya sendiri. Aku katakan padanya, Mak Mariah sudah berjanji mahu membawa aku ke Musical Mamma Mia! esoknya. Kak Min sudah malas mahu berkata. Aku mula sedar. Mungkin dalam hatinya: "Aku penat-penat call bagitau, kau nak tonton Musical pulak! Aku cepuk kang.."

Aku memberitahu Mak Mariah. Mak Mariah jadi seronok, dan mahu menonton Sepet dari Mamma Mia! "It better be good!!". "It will! believe me!" Kami memusing Singapura sekali lagi kerana ingin beli makanan sahur aku. Kami lalui Indian Street yang sangat bergemerlapan, sebuah gedung seperti Mydin, Mustafa Department Store yang dibuka 24jam. Kami lalui deretan penjual durian yang tersusun cantik, baunya yang kuat membuat aku sedar kenapa dalam riwayat hidup aku, aku tak suka durian. Dalam perjalanan itu, aku memberitahu bagaimana kawan-kawan Cina aku membenci Singapura, dan bagaimana mereka kata, orang Cina di Singapura 'hidung tinggi'.  Mak Mariah memberitahu, "Mungkin orang kita sedar dengan tingginya ilmu yang mereka dapat.." Mak Mariah adalah seorang cikgu sebelum ini.

Kami berpusing masuk ke kawasan penempatan orang Melayu. Tersusun indah sepanduk berupa masjid di atas kepala kami. Kami berhenti di satu tempat yang mana Mak Mariah kata, ia terkenal dan ramai orang, Restoran Rahmah yang duduk disekitar rumah-rumah sebuah dan teres. Seperti kedai mamak di Malaysia, kedai itu bercampur bangsa, walaupun mereka duduk dengan kaum mereka sahaja. Aku dan Mak Mariah sahaja yang 'pelik' di situ. Mak Mariah berseloroh pada aku, mungkin masa kecil mama membela aku, dan bila besar, tiba masanya pula menjaga aku. Aku ketawa. Aku pandang muka-muka Melayu di situ. Melayu Singapura, wajah mereka sangat lain dengan Melayu Semenanjung. Kebanyakannya berupa campuran Arab, dan juga Jawa. Mata-mata mereka bulat, tubuh mereka kebanyakannya pendek. Muda mudinya besar-besar (malah aku teringat filem Army Daze, seorang prebet Melayu dalam filem itu terlalu gemuk). Ada seorang pemuda memakai baju berslogan "No one is above the law"..Aku tegur Mak Mariah, "Nampaknya, bukan saya seorang sahaja yang pesismis hari ini. Mak Mariah tertawa. Saya memberitahu, melihat orang Melayu di Singapura, sangat lain dengan Malaysia. "Kerana orang Malaysia lembut bukan?" Aku terus menafikan itu. Mak Mariah terus berkata, "Apa-apapun, mereka tahu, kau orang Malaysia." Kami meng'order' roti prata bertelur, dan di restoran Melayu sebelah, rojak buah tanpa pedas. Aku cuba tidak menukar tilik harga mereka dengan wang kita (Mak Mariah selalu berkata, murah-murah bukan? Taik kucing kering!) kerana ia takkan masuk di akal. Kami duduk sebentar di restoran itu. Aku pandang Melayu-melayu di situ sekali lagi. Kebanyakannya mungkin kerana penat kerja, wajah-wajah mereka wajah-wajah terasing. Sungguh senyap seribu bahasa. Orang-orang Cina di situ sahaja yang berborak lantang dan kuat. Seperti yang aku pandang pada wajah-wajah orang Bangladesh di negara kita. Aku teringat akan filem 12 Storeys, si gemuk yang duduk menangis seorang diri di luar flatnya. Aku tak sanggup memandang muka-muka Melayu itu lagi.

Sampai di apartment mak angkat aku, aku mula mahu terjelapuk. Aku cuba rojak buah yang dibeli tadi. Aduh, pedasnya!


Hari Kedua Peluang Kedua

Aku bangun agak awal walaupun tidur agak lewat.

Pagi-pagi lagi, aku sudah membelek-belek beberapa kertas kursus milik orang gaji Mak Mariah yang memasuki Islam. Antara yang menarik, terpampang wajah Dr. Mahathir dengan perkataan besar "SELAMAT" dan barisan perkataan "Wajah-wajah Waja Seorang Pejuang Islam". Di muka surat dalamnya, lebih memelikkan. Satu senarai penyakit-penyakit berjangkit tertulis; dari ebola ke SARS ke Nipah dengan foto binatang-binatang yang menyebabkannya di sebelah kiri, dengan pengenalan bagaimana haiwan itu menjangkiti manusia. Muka-muka surat seterusnya, Surah Fatihah dan empat Qul tertulis dengan terjemahannya. Aku mengagak, agak pelik untuk diajar saudara Islam baru tentang perkara-perkara sebegini, Dr. M sebagai penyelamat, kemudian haiwan yang tak selamat dan kemudian surah-surah dalam Al-Qur'an yang menyelamat. Sangat kontradiksi.

Sebelum kami keluar, aku berbincang (sebenarnya lebih pada mendengar) dengan Mak Mariah tentang kebersihan, tentang bagaimana dia sebagai seorang Islam sangat mementingkan kebersihan dan keluarga aku tidak sangat. "Mama kau bagus dalam spiritual..Tapi tak dalam kebersihan rumah..Tengok rumah ni, cantik, kilat kan? Putih!" Aku perhatikan dapurnya. Memang seakan baru, hingga 'tile' dindingnya itu yang berkilat dikatakan sudah 10 tahun lama. Bila beliau bercakap tentang kebersihan ini, aku lihat matanya yang bersinar. Dia epitome pada apa dia Singapura. Tetapi dia tunjuk aku isi begnya yang tak terurus yang dibawanya dari KL, "Tapi tentulah orang akan kata, saya ni kotor. Lihat sahaja beg saya. Berselerak."

Kami keluar dan sempat juga membeli tiket Sepet. Cathay Orchard Cineleisure memang hebat, sangat sofistikated dan besar. Pawagam itu memenuhi tiga tingkat kompleks beli-belah yang agak sederhana saiznya. Kedai-kedai disekelilingnya pun kebanyakannya untuk fesyen dan cita rasa remaja. Ia tempat remaja melepak. Di lantainya bercat satu litar lari memecut. Aku bayangkan bagaimana, orang-orang Singapura dari remajanya lagi sudah diajar untuk 'berlumba' sesama sendiri. Semuanya mesti pantas, laju dan cekap. Semuanya mesti no.1 (seperti yang selalu keluar dari mulut Mak Mariah). Aku bayangkan diri aku jika aku dapat berlari atas litar itu.

Di pawagam, penjaga kaunternya adalah seorang gadis Melayu. Dia kelihatan garang, dengan kata-kata yang cepat dan benci melayan pelanggan-pelanggan Cinanya. Pada masa giliran aku membeli, lebih-lebih lagi aku terus memberitahu aku ingin menonton Sepet, dia semacam kenal yang aku Melayu, terus sahaja tersenyum dan berbudi bahasa. Mak Mariah pula asyik mengacau gadis itu, menagatakan dia tidak mahu ini, mahu tempat duduk itu. Gadis itu cuba bersabar. Akhirnya kami dapat 5 tempat duduk yang agak di depan. Pawagam yang kami masuk agak kecil, sekecil pawagam-pawagam International Screening di GSC. Aku berasa agak sedih juga faham, kerana ini baru pertama kali ia dibuat di Singapura. Sudah tentu tauke pawagam itu cuba meneliti keuntungannya.

Pada petangnya aku menunggu Sepet dengan sabar. Tiba sahaja pukul 6 petang, aku dengan baju batikku (sangat berbangga walaupun terlepas primiere filem itu, aku tak peduli, aku rasa bangga Sepet ditayangkan lalu aku pakai juga!), Mak Mariah dan seorang saudaranya dari Tanah China sudah mula bertolak. Jalan di Singapura waktu itu sudah sesak. Mak Mariah ingin sembahyang Maghrib dahulu lalu beliau berhenti di satu masjid, Masjid al-Falah. Kami mengiyakan saja walaupun sedar waktu sudah 7:10pm. Waktu lepas sembahyang, aku sedih melihat hanya 6 orang lelaki sedang dalam bulatan, sedang mula mahu baca Yassin. Yang lainnya seperti aku, akan ada agenda lain. Aku letak pada diri aku, ini bukan selalu, lagipun ini satu ibadah, menunjukkan sesuatu yang baru pada mak angkat aku yang sudah 20 tahun tidak ke pawagam.

Kami berkejar selepas itu (mengikut prinsip Mak Mariah bahawa semua boleh jadi). Aku ikut juga lari lintas di lantai kompleks beli-belah itu (lif penuh). Aku sempat juga menangkap Sepet waktu Orkid membuat benda bodohnya dengan patung haiwan atas hidungnya. Pawagam bolehlah dikatakan sesak. Ramai juga yang datang lewat (seperti aku). Mungkin mereka orang seperti Mak Mariah, pertama kali kenal CATHAY Orchard Cineleisure yang tiga tingkat dan pawagam ke-6nya di tingkat enam (how sophisticated can it get?). Waktu menonton, adalah beberapa trivia yang menarik, seperti nombor telefon Jason, dan nama benar Jason. Aku dapati dari pergambaran yang diambil, Yasmin sangat kenal dan sayang kota Ipoh, seakan-akan beliau sudah kenal lama dengannya. Ada beberapa babak awal, lebih-lebih lagi dengan Johari nampak main-main dan sedikit lembap (mungkin sebab aku sudah menontonnya). Tetapi setiap kali waktu Jason dan Orkid bertemu, ia satu magik di skrin. Aku mahu menangis (tapi tahan) waktu ibu Orked memegang bunga pemberian Jason waktu Orked baru balik dengan ayahnya. Aku terus menangis mendengar ibu Jason berkata, "Kalau Jason sedih, mak pun sedih.." dan Jason menakup wajahnya ke riba ibunya. Ahhhhh, Tuhan! Waktu itu aku teringat perkara-perkara silamku, perkara-perkara yang aku pegang dan hargai dalam diri aku, perkara yang aku terpaksa tinggalkan. Aku rasa sangat seorang diri waktu itu. Kemudian waktu akhir mana Ida Nerina turut menangis waktu Orked menangis (Yasmin memberitahu bagaimana babak itu diulang 3 kali kerana cuba menghentikan Ida dari menangis..Tetapi Ida kata, dia tidak boleh, dia memang begitu). Babak yang jadi kegemaran aku adalah babak hujan. Akhirnya, ada seorang pengarah yang membuatnya betul. Hujan bagi aku selalunya tanda Rahmat Tuhan dan bukan bencana seperti yang kita lihat dalam filem-filem. Hujan dalam Sepet adalah romantik (haha, hindustan!) dan sekaligus pembawa Rahmat. Melihat dua pelakon itu dengan beg plastik sangat 'cute'- aku teringat pada American Beauty (plastik simbol kehidupan yang cantik kerana diberi tiupan) dan 'protection in sex'. Kelakar dan cute pada satu masa! Yang menariknya, dalam beberapa babak, komedi atau serius, ada sahaja penonton yang menepuk kuat (dan bukan sahaja di akhir filem ini), mungkin kerana ia sesuatu yang mereka tidak terfikirkan boleh terjadi lalu Yasmin jadikan. Atau sesuatu yang mereka kata ia sepatutnya jadi dalam hati mereka.

Habis sahaja tontonan itu, Kak Min rupa-rupanya di belakang. Aduhhh..Begitu seronok sekali, tapi aku tahan kemachoan aku (lagipun Mak Mariah ada di depan aku). Aku kenalkan Mak Mariah dengan Kak Min dan dua sahabat Mak Mariah yang berserta dengannya. Seorang dari kawannya berterus-terang, "I didn't like the ending!" Sedang saudara dari China mengatakan, bagaimana lelaki itu akhirnya hidup. Mak Mariah lain pula.

Waktu kami duduk bersama, meja kami terus rancak memperkatakan tentang Sepet. Menariknya, saudara Mak Mariah memahami mesej yang dibawa, lalu mengatakan, Jason itu manusia juga kerana dia sanggup menjaga adik si abang ketua kumpulan samseng itu, walaupun dia membuat adiknya bunting. Kawan Mak Mariah pula lain jawapannya, dan beliau terus-terang mengatakan, filem ini sudah tentu boleh ditayangkan di Singapura dan tak mungkin di Malaysia. Walaupun cinta yang ditunjukkan itu sungguh remaja, muda dan tulus, isu politik yang dikemukakan seakan penulis tidak kenal putih hitamnya. Beliau berkata lagi tentang tulisan Dr. Lily dan survival Melayu. Baginya, beliau tahu putih dan hitam politik lalu beliau tuju 'arah tengah-tengah', itu yang terbaik. Beliau kata, praktis diskriminasi bangsa di Malaysia mungkin secara terang-terang ditunjuk, tetapi di Singapura, mereka tak mengaku berlakunya diskriminasi walaupun praktis itu secara halusnya ada (orang Melayu tidak layak bekerja dalam satu syarikat swasta Cina di Singapura kerana syarikat itu tidak mahu mengambil Melayu! Maka ramai Melayu bekerja di dalam Public Service). Beliau juga berkata dengan lembut, "Kau muda Fadz. Ramai yang ingin mempengaruhi engkau dengan fikiran mereka. Ramai yang mahu pergunakan engkau. Kau kena jaga-jaga. Kau muda. Memang boleh berfikiran liberal, tetapi kena kenal sesuatu dengan ilmu." Beliau menambah lagi, bagaimana di perpustakaan Singapura terdapat tulisan-tulisan Dr. Mahathir, menulis buku-buku yang menidakkan empat Imam Mazhab (menunjukkan beliau anti hadis) dan bagaimana Dr. M menyokong Kassim Ahmad. Katanya, kerajaan Singapura pandai, 'opportunist'; ambil kata-kata dari Dr. M itu jika membawa kebaikan pada mereka walaupun perhubungan mereka dengan Dr. M tidak begitu utuh. Aku sedar, bagaimana filem Sepet bagi seorang konservatif dan berilmu seperti kawan Mak Mariah boleh 'bergetar' kerana Sepet. Kerana itu aku sedar kenapa ibu aku akan membenci filem ini (kerana kuasa menyebelahi orang Cinanya). Aku rasa sedikit sedih. Beliau menambah lagi, filem ini perlu dilihat dari segi 'so-called cinta universal'nya dan bukan mainan samaran politiknya.

Kritikan Mak Mariah pula dari segi humanisnya Sepet. Beliau suka akhirnya, kerana ia simpulkan 'satu cinta yang boleh diingati selama-lamanya'. "Ia satu ending 'heart-tugging' dan memang saya suka ending begitu. Tidak disambung. Ia menunjukkan cantiknya cinta Orkid. Saya menangis kerana simpati pada Orkid yang menyintai seorang penyangak." Beliau sendiri berkata, filem ini kuat kerena pelakon-pelakonnya melalui adegan dengan 'powerful emotions are being evoke'. Beliau hormati falsafah Yasmin tentang 'forgiving', tapi bagi beliau, realitinya berbeza. Seorang perempuan tidak akan senang-senang memberi 'maaf' pada lelaki, lebih-lebih lagi kerana dia melakukan zina dibelakangnya. "Itu prinsip hidup!" Dia menambah lagi, lihatlah bagaimana benarnya Yasmin menonjolkan semangat ibu yang tidak mahu anaknya 'devestated' sebelum berlepas (kerana takut pelajaran anaknya terganggu), maka dia suruh Orked membaca surat itu. Dan bagaimana prinsip seorang ayah yang berfikiran jauh mengatakan tidak rela anaknya berkahwin dengan seorang penzina. Mak Mariah terus terang pada aku, sanggupkah aku kahwini adik aku pada seorang lelaki yang kira 'playboy' seperti Jason. Aku terdiam. Yasmin kiranya berjaya mengangkat makcik-makcik Singapura yang aku bawa ini mempersoalkan moral dan politik terbaik dan terpuji. Moral manusia dan kerapuhannya kerana kemanusiaan. Kerana itu Mak Mariah suka Jason 'mati', "Itu kesannya bila moral seseorang tak teguh." Mak Mariah menambah lagi, filem Sepet masih cantik jika ia buang sahaja babak Jason membunting anak orang dan babak samseng itu. Aku hanya dapat tersenyum dan mengangguk. Apa-apapun, Yasmin sudah mengatakan, Sepet adalah seperti Nasi Lemak. Bukan semua menolaknya dan hendakannya. Ada yang mahu ia bertelur mata kerbau, ada yang mahu dengan sambal sotong, dan ada yang tolak sambal cilinya. Beliau tiada kuasa untuk menghalang permintaan manusia.

Kak Min menelefon aku waktu aku terduduk penat di dalam bilik. Kak Min menceritakan bagaimana seronoknya filem itu akan dibawa ke pawagam yang lebih besar untuk esok dan lusa, dan bagaimana kerusinya sudah setengah yang penuh ditempah. Aku turut memanjatkan kesyukuran. Ini satu permulaan. Tapi selepas telefon itu, aku kembali teringatkan Kuala Lumpur. Aku menyiul lagu PGL dan berfikir tentang katil dan bilik aku. Mak Mariah pada pagi itu memberitahu, "Hebat bagaimana pun negara orang, mesti nak rumah dan bilik sendiri, betul tak?" Aku tersenyum seorang. Walaupun masih 'moody', aku sudah boleh tersenyum dalam hati. Siulan PGL mula kuat lagi.
Reply

Use magic Report

Post time 1-10-2004 12:17 PM | Show all posts
Lah ..dah lama aku tunggu citer nie..kenapa lambat sangat nak tayang?
Reply

Use magic Report

Post time 22-12-2004 03:03 PM | Show all posts
Ni...aku ambik dari blog pribadi Yasmin Ahmad....

=========

Malaysian Censorship Board - 1, Yasmin Ahmad - 0.

LPF vs Me

Sorry for my two-day absence, friends. My producer and I went to make an appeal to the censorship board, face-to-face, and to explain to them, nicely, why we felt they should lift the 9 cuts which they imposed upon "Sepet".

Being the naive fools that we are, we were actually hoping to engage them in a calm and educated discussion. Instead, we found ourselves confronted with the most bizarre comments and criticism.

One of them asked why, in my story, did the Malay girl not make any attempt to convert her Chinese boyfriend.

Another one suggested that the scene where Adibah, Ida and Amani were lovingly combing each other's hair by the staircase, was encouraging Malay women to go back to their bad old habit of picking each other's lice!

At the end of it all, they said that we shouldn't blame them for the cuts, because they represented "the rakyat". And that they had shown our film to some members of "the rakyat", and their verdict was to ban "Sepet".


That's it. I'm tired guys. These people have defeated me. I'm down there. Floored. Sod it. I give up.


========

*Selain Festival Filem ANtarabangsa San Francissco, Sepet juga bakal menyertai kategori "In Competition" di Festival Filem di Perancis(tak sure yg mana satu) pada tahun depan....
Reply

Use magic Report

Post time 22-12-2004 06:16 PM | Show all posts
sepet kena banned..citer hampeh prof razak maidenn lulus.. :hmm:

good job LPF... keep it up guys... alamat filem melayu akan dikenali sbg filem sampahwood..

Reply

Use magic Report

bug_vengeance This user has been deleted
Post time 22-12-2004 06:39 PM | Show all posts
sedih sedih
industri kite terus malap
artis2 banjingan mcm dlm melodi tu banyak plak
Reply

Use magic Report

Post time 22-12-2004 07:14 PM | Show all posts
ceh! part duk kat tangga camtuh kena cut... abih part yang kononnya kissing dalam citer razak mohaiden tuh tak kena cut lak... apa daaaa... tak logik langsung... scene kelab-kelab malam tak cut lak... menggalakkan orang melayu gi clubbing apa camtuh....
Reply

Use magic Report

Post time 23-12-2004 10:44 AM | Show all posts
apa email address LPF ni?? tolong bagi. sah2 aku bambu habisan mereka dgn  pemikiran dungu mereka. sampai bila kita tak dpt tgk local filem yg bagus.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 23-12-2004 04:00 PM | Show all posts
LPF? same old story...actually who are they?
Reply

Use magic Report

Post time 23-12-2004 04:13 PM | Show all posts
kena ban?asal plak?aku tengok citer nie macam best jer.memaparkan reliti kehidupa.tak macam cerita mohaideen tue.apa moralnya citer tue???
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-12-2004 05:14 PM | Show all posts
tak paham betul apa guideline yg derang pakai bila nak tapis movie nih :no:
Reply

Use magic Report

Post time 23-12-2004 07:55 PM | Show all posts
dah ler takyah nak marah2
dah gitu LPF
filem yg bagus, berkualiti n ada mesej ..... ada jer alasan utk tak nak tayang
tp filem low class .. merepek meraban ... takde mesej sgt ... senang2 jer lepas ..
boring aaaa ......

no wonder ramai tgk filem luar negara ........
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

2-5-2024 04:16 AM GMT+8 , Processed in 0.152393 second(s), 42 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list