15 Macam Sholat Sunnah dalam Islam

ibnusuja

Jenis sholat sunah ialah :

1. Shalat Wudhu, Merupakan sholat sunnah 2 rokaat yang dapat dilakukan setiap selesai berwudzu.

2. Shalat Tahiyatul Masjid, yakni shalat sunnah 2 rakaat yang dikerjakan ketika memasuki dalam surau, sebelum duduk untuk menghormati masjid. Rasulullah berkata

‘Apabila seseorang diantara kamu masuk masjid, maka janganlah hendak duduk sebelum shalat dua rakaat lebih dahulu’ (H.R. Bukhari dan Muslim).

3. Shalat Dhuha. Yakni shalat sunnah yang dijalankan dikala sang surya baru muncul. Banyak rakaatnya minimal 2 dan maksimal 12.

4. Sholat Rawatib. Merupakan sholat sunnah yang dijalankan mengiringi shalat fardhu.

a. Qabliyah, yakni sholat sunnah rawatib yang dijalankan sebelum shalat fardu. Pelaksanaannya : 2 rakaat sebelum shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat Dzuhur, dua atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar, dan dua rakaat sebelum shalat Isya’.

b. Ba’diyyah, ialah shalat sunnah rawatib yang dilaksanakan setelah sholat fardhu. Waktunya : 2 atau 4 rakaat sesudah sholat Dzuhur, 2 rakaat ba'da sholat Magrib dan dua rakaat setelah shalat Isya.

5. Sholat Tahajud, yaitu shalat sunnah pada waktu malam. Sebaiknya dilaksanakan melebihi tengah malam. Dan sesudah tidur. Minimal 2 rakaat maksimal sebatas kekuatan kita. Keutamaan shalat ini, dijelaskan dalam Al-Qur’an. ‘Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji’(Q.S. Al Isra : 79 ).

6. Shalat Istikharah, ialah sholat sunnah 2 rakaat guna minta petunjuk yang baik, bila kita menghadapi dua alternatif, atau bimbang dalam memberikan keputusan. Sebaiknya dilakukan pada 2/3 malam terakhir.

7. Shalat Keinginan, ialah shalat sunnah 2 rakaat untuk mengemis biar harapan saya diijabah ataupun diperkenankan sama Allah SWT. Sedikitnya II rakaat paling banyak dua belas rakaat beserta salam sebilang 2 rakaat.

8. Shalat Mutlaq, adalah shalat sunnah tiada alasan nan tidak ditetapkan waktunya, lagi kagak dibatasi nilai bilangannya. ‘Shalat itu suatu peristiwa nan baik, meruah atau minim’ (Al Hadis).

9. Shalat Ampunan, ialah shalat sunnah nan dikerjakan ketika menganggap mengerjakan dosa terhadap Allah SWT, supaya mendapat ampunan-Nya.

10. Shalat Tasbih, ialah shalat sunnah nan dianjurkan dilakaukan setiap petang, jiakalau tidak bisa seminggu satu kali, atau paling tidak ketika hidup sekali. Shalat ini berjumlah 4 rakaat, dengan ketetapan jika dikerjakan waktu siang hari pas dengan 1 salam, bila dilaksanakan di malam hari dengan 2 salam. Tips melakukannya

a. Sesudah baca surat Al Fatehah iqra tasbih 15 kali.

b. Posisi ruku’, selesai mengeja do’a ruku iqra tasbih 10 X

c. Lagi ‘itidal, sesudah iqra do’a ‘itidal iqra tasbih 10 X

d. Pas sujud, usai baca doa sujud iqra tasbih 10 X

e. seusai mengeja do’a duduk antara dua sujud mengaji tasbih 10 x.

f. selesai mengaji doa sujud ke 2 baca tasbih 10 kali.

Angka keseluruhan tasbih yang dibaca di tiap rakaatnya berjumlah 75 x. Lafadz bacaan tasbih yang dimaksud yaitu seperti ini:

‘Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar’ artinya : ‘Maha suci Allah yang Maha Esa. Segala puji bagi Akkah, Dzat yang Maha Agung’.

11. Shalat Tarawih, yaitu shalat sunnah seusai shalat Isya’ dalam bulan Ramadhan. Menegenai bilangan rakaatnya disebutkan di dalam hadis. ‘nan dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, baik pada bulan ramadhan maupun lainnya tak lebih dari 11 rakaat’ (H.R. Bukhari). Dari Jabir ‘Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam telah sholat bersama-sama mereka delapan rakaat, lalu beliau aholat witir.’ (H.R. Ibnu Hiban)

Pada masa khalifah Umar bin Khathtab, sholat tarawih dilakukan berjumlah dua puluh rakaat nan perihal ini tidak dibantah sama kumpulan sahabat masyhur dan terkemuka. Kemudian ketika masa Umar bin Abdul Aziz nilainya menjadi tigapuluh enam rakaat. Bersama itu bilangan rakaatnya tidak ditetapkan secara yakin di dalam syara’, jadi terkait kepada kemampuan kita masing-masing, asalkan tidak minus dari delapan rakaat.

12. Shalat Witir, ialah adalah shalat sunnat [mu’akad (dianjurkan) yang disarankan (muakkad) yang kerap kali lazimnya biasanya dikerjakan bersama dengan shalat tarawih, Bilangan shalat witir 1, 3, 5, 7 hingga 11 rakaat. Dari Abu Aiyub, berkata Rasulullah ‘Witir itu hak, maka siapa yang suka melaksanakan lima, kerjakanlah. Siapa yang menyukai mengerjakan tiga, kerjakanlah. Dan siapa yang menyukai satu karenanya kerjakanlah’(H.R. Abu Daud dan Nasai). Dari Aisyah : ‘Ialah nabi saw. Sholat sebelas rakaat diantara shalat isya’ dan terbit fajar. Beliau memberi salam tiap dua rakaatdan yang penghabisan satu rakaat’ (H.R. Bukhari dan Muslim)

13. Sholat Hari Raya, yakni shalat Idul Fitri pada 1 Syawal dan Idul Adha pada 10 Dzulhijah. Hukumnya sunat Mu’akad (dianjurkan).’Sebenarnya kami sudah memberi engkau (yaa Muhammad) akan kebajikan yang banyak, karena itu shalatlah engkau dan berqurbanlah karena Tuhanmu ‘ pada Idul Adha – ‘(Q.S. Al Kautsar.1-2) Dari Ibnu Umar ‘Rasulullah, Abu Bakar, Umar pernah melakukan sholat pada dua hari raya sebelum berkhutbah.’(H.R. Jama’ah).

Waktu shalat hari raya ialah sesudah terbit matahari sampai condongnya sang surya. Persyaratan, rukun dan sunnatnya sama seperti shalat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai berikut:

a. Berjamaah

b. Takbir 7 kali di rakaat pertama, dan 5 kali di rakat ke-2

c. Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.

d. Sesudah takbir yang kedua hingga takbir yang paling akhir membaca tasbih.

e. Membaca surat Qaf di rakaat pertama serta surat Al Qomar di rakaat kedua.

Atau surat A’la dirakat pertama serta surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua.

f. Imam menyaringkan bacaannya.

g. Khutbah dua kali setelah shalat seperti khutbah jum’at

h. Pada khutbah Idul Fitri menyampaikan tentang zakat fitrah dan pada Idul Adha seputar peraturan-hukum Qurban.

i. Mandi, bersolek, menggunakan pakaian sebaik-bagusnya.

j. Makan khususnya dulu pada sholat Idul Fitri pada Sholat Idul Adha

sebaliknya.

14. Sholat Khusuf, ialah sholat sunat ketika terjadi gerhana bulan maupun matahari. Minimal dua rakaat. Caranya melaksanakannya:

a. Shalat dua rakaat dengan 4 kali ruku’ yaitu pada rakaat pertama, sesudah ruku’ dan I’tidal membaca fatihah lagi kemudian ruku’ dan I’tidal kembali sesudah itu sujud sebagaimana lazimnya. Begitu juga saat rakaat kedua.

b. Dianjurkan membaca surat yang panjang, sedang membacanya pada waktu gerhana bulan patut nyaring walaupun pada gerhana matahari sebaliknya.

15. Shalat Istiqa’, ialah shalat sunat yang dilakukan untuk meminta hujan kepada Allah SWT.

Syarat-syarat mengerjakana Shalat Istisqa :

a. Tiga hari sebelum itu agar ulama menyerukan umatnya bertaobat dengan berpuasa dan tingggalkan segala kedzaliman serta menganjurkan beramal shaleh. Sebab menumpuknya dosa itu menyebabkan hilangnya rejeki dan datang murka Allah. ‘Apabila kami mau membinasakan suatu negeri, maka lebih dulu kami membuat banyak orang-orang yang fasik, dikarenakan kefasikannyalah mereka diberi siksaan, lalu kami robohkan (hancurkan) negeri mereka sehancur-hancurnya’(Q.S. Al Isra’ : 16).

b. Pada hari keempat semua penduduk termasuk yang lemah diharuskan pergi lapangan terbuka dengan pakaian yang biasa dan tanpa wangi-wangian untuk shalat Istisqa’

c. Setelah shalat diadakan khutbah dua kali. Pada khutbah yang pertama hendaknya baca istigfar 9 X dan di khutbah kedua 7 X.

Pelaksanaan khutbah istisqa tidak sama dengan khutbah lainnya, yaitu :

a. Khatib disunatkan menggunakan selendang.

b. Isi khutbah mengajak banyak beristigfar, dan meyakini bahwa Allah SWT akan memberikan permintaan mereka.

c. Saat berdo’a hendaknya mengangkat tangan setinggi-tingginya.

Saat berdo’a untuk khutbah kedua, khatib hendaknya menghadap kiblat dengan membelakangi makmumnya