CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 9914|Reply: 116

swarna dipa atau swarna bhumi keduanya nama yang sama merujuk pada sumatra dari

[Copy link]
Post time 19-12-2017 06:46 PM | Show all posts |Read mode


Pulau ameh kita jumpai dalam cerita Cindur Mata dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau mereka yang besar itu. Pendeta I-tsing (634-713) dari Cina, yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang) pada abad ke-7, menyebut pulau Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti negeri emas.

Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta Swarnadwipa (pulau emas) atau Swarnabhumi (tanah emas). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Swarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Swarnadwipa.

Para musafir Arab menyebut pulau Sumatera dengan nama Serendib/Suwarandib, transliterasi dari nama Swarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Cuma entah kenapa, ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilanka, yang tidak pernah disebut Swarnadwipa.

Di kalangan bangsa Yunani purba, Pulau Sumatera sudah dikenal dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolemaios menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Negeri yang dimaksudkan itu adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus.

Naskah Yunani tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang artinya pulau emas. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi tanah air kita, terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskah Historia Naturalis karya Plini abad pertama Masehi.

Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan beliau. Emas itu didapatkan dari negeri Ophir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman a.s. berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha).

Di manakah gerangan letak negeri Ophir yang diberkati Allah itu? Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatera! Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis Geographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ophir-nya Nabi Sulaiman a.s.

Lalu dari manakah gerangan nama “Sumatera” yang kini umum digunakan baik secara nasional maupun oleh dunia internasional? Ternyata nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang pernah disebut Borneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut Portugis. Memang orang Eropa sering seenaknya saja mengubah-ubah nama tempat. Hampir saja negara kita bernama “Hindia Timur” (East Indies), tetapi untunglah ada George Samuel Windsor Earl dan James Richardson Logan yang menciptakan istilah Indonesia, sehingga kita-kita ini tidak menjadi orang “Indian”.

Peralihan Samudera (nama kerajaan) menjadi Sumatera (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. Odorico da Pardenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau.

Pada tahun 1490 Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia dan di sana tertulis pulau Samatrah. Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan muncullah nama Camatarra. Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama Samatara, sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama Samatra. Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu Camatra, dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya Camatora. Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak ‘benar’: Somatra. Tetapi sangat banyak catatan musafir lain yang lebih ‘kacau’ menuliskannya: Samoterra, Samotra, Sumotra, bahkan Zamatra dan Zamatora.

Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatra. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah kita.

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 19-12-2017 06:47 PM | Show all posts
wow best
Reply

Use magic Report

Post time 19-12-2017 06:51 PM | Show all posts
sabak bukan berada di kedah catatan kronik dalaman dan luaran  negara

Dalam catatan berbagai catatan sejarah, nama Sabak lebih sering dicatat dengan istilah kata “Zabag”. Dengan jernih Budihardjo didalam bukunya “Perkembangan ekonomi masyarakat daerah Jambi- studi pada masa Kolonial” menerangkan “Sungai Batanghari kemudian mengilir hingga Muara Zabag dari hulu Tanjung Samalindu. Berita Arab juga menyebut nama “Zabag” yang identik dengan “Muara Zabag”.

George Cœdès, Louis Charles Damais kemudian menuliskan “Sriwijaya” merupakan persamaan dari “Che-li – fo – che” atau “san-fo-tsi” yang kemudian mempersamakan dengan “Zabag”. “Zabag” kemudian diperkirakan sebagai Kerajaan Sailendra. Soekmono, R. didalam bukunya “Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia”pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang).

Walaupun letak geografisnya tidak diketahui dengan tepat, namun “Sribuza” dan “Kalah” telah disebutkan didalam epigrafi India Selatan yang sudah dituliskan di abad XI sebagai dasar pembentuk kerajaan Sailendra.

Pada abad ke - 10 masehi, dinasti Cola (Chola) di India ada menyebut maharaja Kataha (Kedah) dan Srivijaya. Mengikut sumber Arab pula Srivijaya dirujukinya sebagai Zabajatau Zabag, dan Sribuza/Sribusa, yang dikatakannya memerintah Kalah “Segenting Kra dan Kedah” pada kurun abad 9 masehi, kerajaan ini dianggap sebagai “Emperor agung di dunia”. Petualang Sulaiman pada tahun 815 masehi menceritakan kebesaranZabaj/Zabag. Catatan ini bisa dilihat dari catatan “Sribusa/Sribuza” dari Sankrit “Sribhoja” yang mengesahkan Srivijaya yang menaklukan Kerajaan Khmer di Kamboja.


Dalam catatan Bani Ummayah (661-680 masehi), jalur rempah-rempah tidak ingin tergantung dai bangsa China yang mengimpor dari Muara Jambi (Kerajaan Melayu Tuo) dan Muara Sabak sebagai jalur Kerajaan Sriwijaya. Dan kemudian pada abad ke 7 Raja Jambi yang bermukim di Muara Sabak yang bernama Kalitawarman (sebagian lagi menyebutkan “Sri Maharaja Luki Tawarman) kemudian masuk Islam yang menganut mazhab ahlul Sunnah Wal Jamaah.

Catatan lengkap disampaikan oleh M. Lah Husny (Tengku) yang menyebutkan “Sri Maharaja Srindawarman masuk islam tahun 710”


Lebih lanjut George Cœdès, Louis Charles Damais menerangkan “Zabag” adalah kerajaan besar di bawah kekuasaan “Maharaja”, Raja Pulau-pulau yang banyak disebutk oleh bangsa Arab dari Abad IX-XVI. Dari segi fonetik, nama “Zabag” merupakan sebuah kerajaan yang hidup pada abad XIII.

M Idris Ramulyo menegaskan, Kerajaan Muara Sabak telah masuk Islam. Dalam periode ini kemudian M. Idris Ramulyo kemudian menyebutkan sebagai Sejarah dan mulainya berkembang hukum Islam di Jambi.

Achadiati Ikram kemudian mempertegas dengan menyebutkan “berita-berita Arab kemudian “Zabag” terletak di Muka Teluk Jambi. Sedangkan San-fo-tsi untuk (Muara) Tembesi Batanghari.

Budihardjo didalam Buku “Perkembangan Ekonomi Masyarakat Daerah Jambi : Studi Pada masa Kolonial”, menyebutkan erat dinamisnya hubungan antara kota-kota hulu, seperti Padang Roco, Muara Tebo, Muara Bungo, Muara Tembesi, Muara Bulian, Jambi, Muara Jambi, Muara Zabag, Kuala Tungkal, Perairan Riau, Selat Malak, Jawa, Asia Timur dan Asia selatan. Kebutuhan hulu-hilir dilaksanakan dengan barter seperti kain sutera, keramik, tekstil China atau India yang kemudian diganti dengan rempah-rempah seperti kayu wangi. Pada tahun 1550-an hingga akhir abad 17, Perdagangan mulai ke komoditi lada.

Elizabeth Locher-Scholten menyebutkan tahun 1616 Jambi sudah menjadi pelabuhan terkaya kedua di Sumatera setelah Aceh. Kejayaan mulai goyah ketika pesisir timur Sumatera bertempur dengan Johor. Belum lagi pergolakan internal di kalangan Raja Jambi. Ada yang menyebutkan sebagai sejarah perang saudara yang melanda Kesultanan Jambi (konflik internal). Belum lagi Kesultanan Jambi menjadi negara vasal di bawah Kesultanan Minangkabau (kesultanan Pagaruyung). Bahkan akhir abad 18-an, komoditi utama lada kemudian bergeser ke komoditi lainnya yaitu emas. Sehingga peran Jambi kurang berperan.

Didalam Buku “Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi”, R Zainuddin, menerangkan faktor pemicu pergolakan disebabkan wilayah Jambi snagat baik sebagai bandar perdagangan. Jambi merupakan negara yang kuat dalam maritim. Dilihat dari teritori dan wilayah yang ada di Jambi.

Sedangkan A.B Lapian, Jambi termasuk Muara Sabak, Kuala Tungkal merupakan daerah “the favored commersial coast”. Kawasan pantai timur sebagai tempat peristirahatan ideal sembari menunggu angin untuk melanjutkan pelayaran. Jambi merupakan negeri penghubung antara “negeri diatas angin”. Edwar L Poelinggomang menyebutkan “mare liberium”. Budihardjo memberikan istilah “hinterland and foreland”. Jambi merupakan titik pertemuan antara hulu dan hilir. Pantai timur yang dukdung oleh Sungai Batanghari dengan anak-anak sungainya. Pantai Timur merupakan daerah yang cocok dijadikan lokasi pelabuhan. Dengan kontur tanah liat yang tidak membahayakan kapal yang bersandar serta wilayah pulau karang kecil sebagai tempat strategis kapal dalam perlindungan ombak. Sehingga kita mudah memahami kemudian sepanjang sungai Batanghari merupakan daerah pemukiman penduduk.

Dalam Manuskrip “Tanjung Tanah”, Muara Sabak disebutkan sebagai pelabuhan di Muara Sabak/ Koto Kandis sepanjang aliran Kuala Niur dalam kerajaan Melayu yang dipimpin oleh Raja Aditiawaraman.

Dalam catatan arkeologi, pelabuhan Jambi di Muara Sabak merupakan merupakan muara Sungai Batanghari yang terletak di tepi laut terbuka selat Malaka. Sebuah proses alam sebelum tahun 20.000 – 2.000 SM kemudian menyebabkan Muara Sabak kemudian menjorok ke daratan menjauh dari pesisir Pantai Timur Sumatera.

Keganasan perompak di Selat Malaka juga mengantarkan Muara Sabak dalam peperangan dengan bajak laut  Johor. National geografich mencatat sebagai jalur pelayaran paling sibuk dunia. Dalam laporan International Maritime Bureau (IMB), Saat ini, setiap hari diperkirakan sekitar 200 kapal berlayar melewati Selat Malaka. Laporan ini didukung dari catatan Seorang komisaris perdagangan Cina bernama Chau Ju-kua menulis Chufanchi (Zhu Fan Zhi—catatan tentang bangsa-bangsa asing/barbar) pada 1225 yang kemudian diterjemahkan oleh Friedrich Hirth dan WW Rockhill pada 1911.

Didalam bukunya, Peninggalan Budaya Melayu pada Zaman Klasik di Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari: Keterkaitan Kerajaan Minangkabau dengan Kerajaan Melayu, Zubir dan Zusneli menerangkan ditemukan peninggalan budaya, seperti pemukiman kuno, area candi, prasasti, keramik, dan sebagainya yang tersebar di daerah hilir, yaitu Kualatungkal, Muarasabak, Koto Kandis, Suak Kandis, Jambi, Muara Jambi, Pematang Jering, Pematang Saung, Lubuk Ruso, Rantau Kapas Tuo, Sumai, Teluk Kuali, dan Betung Berdarah yang terletak di Provinsi Jambi.

Namun, peninggalan budaya terancam hilang akibat kebakaran yang massif sejak 5 tahun terakhir ini. Sebagian besar kawasan pantai timur Sumatera rusak. Dari 730 ribu gambut, setengahnya sudah hancur akibat aktivitas manusia dengan membangun industri baik sawit maupun HTI. Kawasan gambut kemudian kering dan mudah tersulut api. Tahun 2015 diperkirakan 33 ribu gambut terbakar dengan kerugian 3 trilyun rupiah.

Kebakaran tidak hanya mengakibatkan asap dan menutupi wilayah Jambi. Namun kebakaran juga menyebabkan berbagai ornamen dan jejak sejarah Muara Sabak hilang dan peradaban sejarah Muara Sabak akan hilang. Muara Sabak cuma dicatat dalam sejarah dan kehilangan bukti peradaban yang bisa diceritakan kepada anak cucu

Reply

Use magic Report

Post time 19-12-2017 06:52 PM | Show all posts
Kerajaan Sabak atau sering disebut Zabag atau Muara Sabak, kerajaan kuno yang terletak di Muara Batanghari, adalah nama kerajaan yang disebut dalam kisah-kisah perjalanan yang ditulis oleh Ibnu Batutah maupun oleh Marco Polo. Pada saat ini Muara Sabak adalah suatu kota kecamatan di provinsi Jambi.

Menurut Mansoer dkk (1970), berita Cina lama selanjutnya menyebut ’San-fo-tsi’ sebagai bandar yang sering dikunjungi oleh saudagar-saudagarnya untuk membelilada. Phonetis kada ’san-fo-tsi’ dekat sekali dengan bunyi ’tembesi’. Bandar Sriwijaya Tua (Jambi) yang utama ialah Muara Sabak, yang dalam pemberitaan Arab disebut ’Zabaq’. Orang Arab mentranskribir ’Sriwijaya’ sebagai ’Sribuzza’, dan berita Cina menuliskan ’Che-li-fo-che’. Dari berita-berita ini menyebutkan bahwa kerajaan tua yang berada dibandar-bandar penting Sumatera adalah kerajaan Melayu Tua yang berpusat di Muara Tembesi.

Daerah sebelah selatan Jambi mulai penting sebagai produsen lada dan dengan bantuan armada Cina T’ang, San-fo-tsi mendrikan pangkalan disana (683 Masehi). Che-li-fo-che, Sriwijaya/Jambi, Muara Sabak, diapit oleh Melayu Tua/Muara Tembesi di Utara dan Palembang di sebelah selatan. Dalam hubungan ini penting berita I-tsing, bahwa ”Mo-lo-yoe” telah menjadai ”Sriwijaya” (685 Masehi). Berita I’tsing itu mendapat ketegasan dalam batu bertulis Kedukan Bukit, yang tertanggal 605 Syaka atau 683 Masehi. Antara lain diberitahukan, bahwa ’dapunta hyang’ telah’nayik disana’ dengan ’koci’, yang mebanwa ’bala dua laksya banyaknya’ guna ’menyalap siddhyatra’ dan ’marbuwat banua syrivijaya jaya’. Sebagai tempat bertolah disebut ”minanga Tamwan”, yang berdasarkan penyelidikan bahasa oleh Purbotjaroko disimpulkan sebagai ”minangkabwa”, asal kata ”minangkabau’.

Dalam prasasti Talang Tuwo berasal dari tahun yang sama (683 Masehi), memberitakan tentang didirikan ”ksetra” guna kesejahteraan segala makluk. Upacara pendirian taman itu sesuai dengan upacara agama Budha Mahayana. ”Revolusi istana” yang didalangi oleh angkatan laut Cina mengakibatkan mati terbunuhnya Sri Maharaja Indra-warman, raja Sriwijaya?Jambi, Muara Sabak (730 Masehi). Suasana politik yang membara dan gawa di Syria pada tahun 750 masehi berhasil menumpas kekuasaan Chalifah Ummayyah di Damsyik, menghalang-halangi Chalifah Ummayyah untuk memberikan bantuan militer seperlunya kepada ”Zabaq”. Dengan demikian terhentilah dakwah Islam di wilayah ini selama lebih kurang 400 tahun, sampai berikutnya pada abad ke 13 masuk kembali ke wilayah ini. Agama Budha Hinayana digantikan oleh agama Budha Mahayana.
Reply

Use magic Report

Post time 19-12-2017 07:00 PM | Show all posts
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.

Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Pendapat ini didasarkan dari foto udara tahun 1984 yang menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi yang dipastikan situs ini adalah buatan manusia.

Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).

1) Berita dari Cina
Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing pendeta dari Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari paramasastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis, Sakyakirti, ia menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara ini telah maju dalam bidang agama Buddha. Pelayarannya maju karena kapal-kapal India singgah di sana dan ditutupnya Jalan Sutra oleh bangsa Han. Buddhisme di Sriwijaya dipengaruhi Tantraisme, namun disiarkan pula aliran Buddha Mahayana. I-Tsing juga menyebutkan bahwa Sriwijaya telah menaklukkan daerah Kedah di pantai barat Melayu pada tahun 682 – 685.

Berita Cina dari dinasti Tang menyebutkan bahwa Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) adalah kerajaan Buddhis yang terletak di Laut Selatan. Adapun berita sumber dari dinasti Sung menyebutkan bahwa utusan Cina sering datang ke San-fo-tsi. Diyakini bahwa yang disebut San-fo-tsi itu adalah Sriwijaya.

2) Berita dari Arab
Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu Hordadheh mengatakan bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas. Setiap tahunnya emas yang dihasilkan seberat 206 kg. Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina daripada India. Negara ini terletak di daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak menghasilkan emas.

3) Berita dari India
Prasasti Leiden Besar yang ditemukan oleh raja-raja dari dinasti Cola menyebutkan adanya pemberian tanah Anaimangalam kepada biara di Nagipatma. Biara tersebut dibuat oleh Marawijayattunggawarman, keturunan keluarga Syailendra yang berkuasa di Sriwijaya dan Kataka.

Prasasti Nalanda menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda, India, telah membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai imbalannya, kelima desa itu wajib membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Hal ini merupakan wujud penghargaan sebab Raja Sriwijaya saat itu, Balaputradewa, mendirikan vihara di Nalanda. Selain itu, prasasti Nalanda juga menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa sebagai raja terakhir dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa meminta kepada Raja Nalanda untuk mengakui hak-haknya atas dinasti Syailendra.

4) Berita dari dalam negeri
Sumber-sumber sejarah dalam negeri mengenai Sriwijaya adalah prasasti- prasasti berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno:
Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 605 Saka (683 M) ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang.

Prasasti Talang Tuo berangka tahun 606 Saka (684 M) ditemukan di sebelah barat Pelembang.
Prasasti Kota Kapur berangka tahun 608 Saka (686 M) ditemukan di Bangka. Prasasti ini menjadi bukti serangan Sriwijaya terhadap Tarumanegara yang membawa keruntuhan kerajaan tersebut, terlihat dari bunyi: "Menghukum bumi Jawa yang tidak tunduk kepada Sriwijaya."

Prasasti Karang Berahi berangka tahun 608 Saka (686 M). Isi prasasti ini memperjelas bahwa secara politik, Sriwijaya bukanlah negara kecil, melainkan memiliki wilayah yang luas dan kekuasaannya yang besar. Prasasti ini juga memuat penaklukan Jambi.
Prasasti Telaga Batu (tidak berangka tahun). Prasasti ini menyebutkan bahwa negara Sriwijaya berbentuk kesatuan dan menegaskan kedudukan putra-putra raja: Yuwaraja (putra mahkota), Pratiyuwaraja (putra mahkota kedua), dan Rajakumara (tidak berhak menjadi raja).

Prasasti Ligor berangkat tahun 697 Saka (775 M) ditemukan di Tanah Genting Kra. Prasasti ini memuat kisah penaklukan Pulau Bangka dan Tanah Genting Kra (Melayu) oleh Sriwijaya
Prasasti Palas Pasemah (tidak berangka tahun) ditemukan di Lampung berisi penaklukan Sriwijaya terhadap Kerajaan Tulangbawang pada abad ke-7.
Reply

Use magic Report

Post time 19-12-2017 07:09 PM | Show all posts
Keberadaan dan letak kerajaan Melayu dan Sriwijaya masih dalam perdebatan, dan ada sebagian ahli berkeberatan terhadap penggunaan berita-berita Cina sebagai sumber sejarah kerajaan Malayu, tidak jgua dapat pungkiri bahwa berita pertama yang dengan jelas menyebutkan nama “Malayu” adalah berita Cina juga. Dari kitab sejarah dinasti T’ang didapat keterangan bahwa datangnya utusan dari Mo-lo-you di Cina pada tahun 644 dan 645 M. Sudah barang tentu sulit dicarikan keberatan untuk mengidentifikasikan kata Cina ini dengan Malayu.

Kontak antara pedagang pendatang dengan penguasa setempat, seringkali sudah turun temurun, adakalanya arat sekali. Tanpa disadari kontak pribadi lama dan erat itu, membawa akibat kepada kedua belah pihak saling mengambil unsur-unsur kerajaan masing-masing. Kalau kontak dagang berasal dari Cina yang beragama Budha (Hinayana) maka agama itulah yang berkembang di bandar dagang tersebut, demikian pula kalau kontak dagang dari Persia (agama Islam) maka agama Islam-lah yang berkembang, dan lain-lainnya.

Kerajaan Budha (Hinayana) yang kemudian timbul dan berkembang di Minangkabau Timur, ialah pusat-pusat perniagaan lada. Melayu (Tua) dengan Muara Tembesi sebagai bandar utamanya dan Sriwijaya (Tua) dengan Muara Sabak (Jambi) sebagai bandar utamanya. Kerajaan –kerajaan Budha (Hinayana) inilah yang dikunjungi oleh I-tsing, pendeta Budha dari Cina, dalam perjalanannya ke India (671 Masehi) dan pulang kembali kenegerinya (685 Masehi).

Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 19-12-2017 07:21 PM | Show all posts
Mengenai Srivijaya, Ibn Khordadbeh ada menjelaskan bahawa penguasa Zabaj diberi nama Al Takht, raja kepada pulau-pulau di laut timur ( kepulauan bukan tanah besar). Ibn Khordadbeh juga memetik kisah-kisah dari pelayar-pelayar yang memperihalkan keadaan flora dan fauna Zabag. Beliau dipetik sebagai berkata:

In the fiery mountains of Zabag, there are enormous serpents which devour men and buffalos, and some which devour even elephants. This country produces gigantic camphor trees, there are trees which can give shade to nearly a hundred persons

Ibn Khordadbeh seterusnya memperihalkan berkenaan dengan Maharaja Zabag. Kekayaan Maharaja Zabag dijelaskan dengan kutipan cukai yang mencapai 200 mann sehari. Mann atau Batmann (bukan adiwira kelawar yang popular itu) merupakan unit timbangan yang digunakan oleh pedagang arab pada zaman Uthmaniyah dan Asia Tengah dimana satu Mann bersamaan dengan lebih kurang 7.4 kilogram menjadikan kutipan emas Maharaja Zabag setiap hari adalah 1,480 kilogram setiap hari.dari tulisan camphor tree dan gunung berapi diatas dapat diambil kesimpulan bahawa zabaq bukan berada di semenanjung malaya kerana disana tiada ditemukan pokok kapur ataupun gunung berapi

gambar pohon kapur






Reply

Use magic Report

Post time 19-12-2017 07:31 PM | Show all posts
3000 years ago, the Indonesian archipelago is a paradise Famous in the World

With the map created by Ptolemy of Greece (Ptolemy is a clan mulatto Greece and Egypt in the time of post-Alexander) in the year 150 AD, I am sure that there are manuscripts apart from the Indians who tells an island that has a lot of natural resources. Among these are the people living around the Mediterranean Sea such as Egypt / Beirut / Jewish, Persian, and Greek. let us see from island to island visited by them!
  • Sumatra, The Mysterious Island Of Gold
Known by the Indians with the name Suwarnadwipa (golden island), and in fact many scientists / experts say revolutionary who has been told in the books of South India pastor in BC (instead of 2nd century AD), not just India alone.
Barus mysterious city that is located in North Sumatra (Tapanuli) has become the largest trading town in the east during the 18th Dynasty of Egypt (in the year 1567 BC-1339 BC), is expected to Barus has been around since 3000 BC. Due to the famous chalk barusnya, the Egyptians took one kind of natural treasures to be used as preservatives in the days of ancient Egyptian mummies, and only camphor was at that time could only be found in itu.Dinyatakan by Herodotus in the "Notes and King-Tale King of Egypt "that the Egyptians had reached on an island through the road to the east and continued to the southeast where his place mothballs and gold are abundant, It is believed that near the port of Singkil port Barus are frequented by people of Phenicia and Jews.
A manuscript of the Jews of ancient recount that soldiers Solomon / Solomon discovered the ancient royal in the eastern islands named Ophir expected located in West Sumatra, and is told that in this kingdom has mountains and rich natural resources of gold in abundance so that they take it

Merchants from Persia named Sassanid dynasty has visited Aceh since the year 1 AD in northern Aceh, estimated merchants who fled from where they are Mesopotamia who had attacked the Byzantine, finally retaken by the Persians. So that the Persians only temporary trade in Aceh. And that may happen Persia to North Aceh there are 3 possibilities. Indian traders were told very closely because of his trade or happened to find its place, and also perhaps the Sassanid find and translate the ancient Jewish manuscripts that tell the islands.

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 19-12-2017 07:31 PM | Show all posts
The word camphor derives from the French word camphre, itself from Medieval Latin camfora, from Arabic kafur, from Malay kapur Barus meaning "Barus chalk." In fact Malay traders from whom Indian and Middle East merchants would buy camphor called it kapur, "chalk" because of its white color.[4] Barus was the port on the western coast of the Indonesian island of Sumatra where foreign traders would call to buy camphor. In the Indian language Sanskrit, the word karpoor is used to denote Camphore. An adaptation of this word, karpooram, has been used for camphor in many South Indian (Dravidian) languages, such as Telugu, Tamil, Kannada, and Malayalam.
Reply

Use magic Report

Post time 19-12-2017 09:14 PM | Show all posts
Takde saper pun pedulik kewujudan ngkau lah hendhon, brengsek lohhh bangsa babhu negara pengekspor babhu tak berkualiti
Reply

Use magic Report

Post time 19-12-2017 11:51 PM From the mobile phone | Show all posts
Bedah.Cun replied at 19-12-2017 09:14 PM
Takde saper pun pedulik kewujudan ngkau lah hendhon, brengsek lohhh bangsa babhu negara pengekspor b ...

hey babeef zabag bukan di kedah , kedah tak de tanaman kapur langsung sejarah maleysie memang penuh tipu2
Reply

Use magic Report

Post time 20-12-2017 02:02 AM From the mobile phone | Show all posts
corta replied at 19-12-2017 03:51 AM
hey babeef zabag bukan di kedah , kedah tak de tanaman kapur langsung sejarah maleysie memang pe ...

Hendon kau tu negara pengekspor babhu betina menyundal dengan bangladesh. Zabag haram jadah haper nyer neh?
Reply

Use magic Report

Post time 20-12-2017 02:04 AM From the mobile phone | Show all posts
Tapanuli tempat asal rendang babhi, kompang lar makanan haram nan sakai batak tu seantero dunia. Horasssss!!!
Reply

Use magic Report

Post time 20-12-2017 02:09 AM From the mobile phone | Show all posts
Hendhon tu negara goblok yang kompang berdempik2 cucuk montot belanda dengan buluh runcing kononnya nak merdeka, tapi dah merdeka, berjuta2 babhu betina hendhom cuma jadi sundal bangladesh adja. Siap tulis dalam Eff Beh lagi, "jangan ngaku2 cantik kalo bukan sama bangla". Sudahlah taip tulisan eropa belanda. Jilat ludah sendiri dasar hendon muka tak tau malu, muka tebal kulit babi hutan. Brenggsekk lohhh

Temen2 @EJALTI @kentel @mizzmimi @dodifarid ayoooo lancarkan makian kutukk hendoon hina hendooonnn, kutuuk negara babhi sundal hendon ketawakan sakai hendhonnn hahahaha
Reply

Use magic Report

Post time 20-12-2017 02:11 AM From the mobile phone | Show all posts
corta replied at 19-12-2017 03:51 AM
hey babeef zabag bukan di kedah , kedah tak de tanaman kapur langsung sejarah maleysie memang pe ...

Tapanuli ada batak bela babi
Reply

Use magic Report

Post time 20-12-2017 02:12 AM From the mobile phone | Show all posts
Srjarahnya, hendon itu membela babi, pengekspor khadam, babhu dan betina sundal bangla. Betina sundal hendhon ada misai
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 20-12-2017 02:15 AM From the mobile phone | Show all posts
Kitab melakim haper tue? Ai hengat hendon bukak primbon babhi ngepet. Bikin uang sambil sembah menatang haram itu karna kerja malas. Banyak bacot adja hendhon
Reply

Use magic Report

Post time 20-12-2017 06:42 AM From the mobile phone | Show all posts
Bedah.Cun replied at 20-12-2017 02:11 AM
Tapanuli ada batak bela babi

babhu jeles semang kuli dari prabhu sriwijaya
Reply

Use magic Report

Post time 20-12-2017 07:21 AM | Show all posts
topik babu apa kah ini ?
Reply

Use magic Report

Post time 20-12-2017 07:22 AM | Show all posts

sendiri bukak topik, sendiri reply, sendiri puji. Dasar babu
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

28-4-2024 09:44 PM GMT+8 , Processed in 0.084602 second(s), 45 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list