CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 3525|Reply: 1

Sureq La Galigo : Episod Kucing Belang 3 Warna

[Copy link]
Post time 24-1-2018 08:32 PM From the mobile phone | Show all posts |Read mode
Edited by iloveselangor at 24-1-2018 10:09 PM

Dalam masyarakat Bugis silam, kucing belang 3 warna (Meong Paloe Karellae) adalah sangat suci dan mulia. Dan dicatatkan kisahnya di dalam Sureq La Galigo seperti berikut:


Pada zaman dahulukala tanaman padi boleh tumbuh dan hidup serta bergerak seperti manusia, akan tetapi tidak seorang pun manusia  mengetahui hal itu, kerana begitulah yang sudah menjadi ketetapan Yang Maha Kuasa Tuhan yang Esa (Dewata Seuwae). Tersebutlah kisah pada masa padi boleh berjalan, konon ada sebuah kerajaan besar di Poso, sang raja selalu memerintahkan para abdinya untuk mengikat padi atau “Mappabbesse Ase“ kemudian disimpan di tempat penyimpanan padi yang ada di bawah atap yang biasa disebut “ Rakkeang“.


Di bawah atap tersebut hiduplah seekor kucing bernama “Meong Palo Karellae“ yang ditugas oleh Dewi Padi (Sangiaseri) untuk menjaga semua padi milik raja agar terhindar dari serangan tikus. Hingga pada suatu hari di tempat penyimpanan padi tersebut banyak tikus yang bermaharajalela, ingin memakan padi di karung, namun bernasib baik dengan sigap Meong Palo Karellae berjaya mengusir tikus-tikus tersebut.

Akan tetapi tanpa disengaja Meong Palo Karellae dalam aksinya mengusir tikus, dia terpeleset dan tubuhnya menjatuhkan sebuah periuk besar berisi santan sayur. Akibatnya seluruh santan sayur di dalam periuk tersebut telah tumpah. Mengetahui santan sayurnya telah tertumpah, tukang masak kerajaan menjadi sangat marah sehingga dia langsung memukul kepala kucing tersebut dengan sebilah peniup api yang mengakibatkan kepala sang kucing terluka dan mengeluarkan banyak darah.

Sungguh sakit hati dan raga Meong Palo Karellae, kepalanya terluka dan hatinya bersedih, kerana merasakan manusia tidak mempunyai rasa berterima kasih sedikitpun kepada haiwan yang telah setia menjaga padinya. Maka menangislah dia dengan tersedu-sedu, kerana menduga bahawa sifat semua orang di kerajaan Poso itu tidak ada satu pun yang baik.

Dan itu menjadi penyebab kuat bagi Meong Palo Karellae untuk meninggalkan Kerajaan Poso. Sewaktu meninggalkan kerajaan, sang kucing sangatlah terkejut, kerana padi-padi yang selama ini dijaganya telah  berjalan mengikutnya kemana pun dia pergi. Rupa-rupanya padi-padi tersebut diperintahkan oleh Dewi Padi (Sangiaseri) agar mengikuti kemanapun sang kucing pergi berkelana mencari tempat yang lebih baik dari tempat sebelumnya, dan memiliki rakyat dengan sifat baik dan terpuji.

Perjalanan yang ditempuh oleh Meong Palo Karellae bersama para padi ternyata sangat jauh, keluar masuk hutan dan naik turun gunung demi mencari kehidupan baru yang lebih baik. Hingga akhirnya kerana merasa sangat letih, saat mereka tiba di sebuah gunung bernama Bulu Ase (Gunung Padi) di Daerah Sinjai, mereka pun memutuskan untuk beristirehat dan tertidur di sebuah kampung yang bernama Buluppoddo. Ketika mereka terbangun, matahari sudah muncul dan orang-orang di kampung tersebut telah keluar rumah untuk berkerja.

Sudah menjadi ketetapan yang maha kuasa, bahawa manusia tidak boleh mengetahui padi yang bersama Meong Palo Karellae itu hidup dan boleh berjalan seperti manusia , oleh kerana itu Meong Palo Karellae harus menghentikan perjalanan mereka dan menetap di kampung Buluppoddo yang terletak di gunung Bulu Ase.

Dan rupa-rupanya penduduk di kampung itu sangatlah baik dan terpuji sifatnya serta penyayang, sehingga Meong Palo Karellae dengan senang hati menghabiskan sisa umurnya di kampung tersebut untuk menjaga para padi yang senantiasa berjalan bersamanya selama ini. Semua padi pun tumbuh menjadi satu dalam sawah-sawah yang mengelilingi seluruh gunung Bulu Ase, dan di kaki gunung itu ada sebuah sungai bernama Batu Sebbo, di mana di situ tinggallah seekor buaya yang kelak menjadi penjaga gunung dan sawah serta padi yang tumbuh di dalamnya, melanjutkan tugas yang pernah dilakukan Meong Palo Karellae.

Sehingga hari ini jika tiba musim menuai padi, gunung Bulu Ase sering dijadikan tempat berkumpul bagi masyarakat di Daerah Sinjai, dan mereka membuat acara “Makan Beras Baru” serta “Pembersihan Diri”. Dalam acara tersebut masyarakat bergembira ria dan menarikan sebuah tarian adat bernama “Tari Mappaddekko”. Begitulah kisah yang melatar belakangi awal tumbuhnya padi di Sinjai yang menjadi asal usul Pesta Menuai masyarakat Bugis.

Di negeri Bugis yang lain Mappadekko juga turut dikenali sebagai Mappadendang.

Setiap kali sambutan Mappaddekko/Mappadendang, Passureq (tukang baca Sureq La Galigo) akan melantunkan syair Sureq La Galigo pada bab Kelong Meong Paloe Karellae bagi memperingati riwayat hidup kucing 3 warna ini.


Sumber: http://dongengklasiksulawesiselatan.blogspot.my/2015/02/asal-mula-tanaman-padi-tumbuh-di-sinjai.html?m=1

This post contains more resources

You have to Login for download or view attachment(s). No Account? Register

x
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 25-1-2018 10:35 AM From the mobile phone | Show all posts
Siapakah Sangiaseri atau SangHyangSeri menurut Epik La Galigo?

Kenapa beliau menjadi Dewi Padi?

Siapakah Meong Palo Karellae?

Jawapannya dalam episod seterusnya...
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

29-3-2024 07:14 AM GMT+8 , Processed in 0.070616 second(s), 33 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list