View: 6938|Reply: 39
|
MAKANAN APA ITU YANG BERNAMA BID'AH?!?!?
[Copy link]
|
|
PENGERTIAN BID'AH MACAM-MACAM BID'AH DAN HUKUM-HUKUMNYA
Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan
PENGERTIAN BID'AH
Bid'ah menurut bahasa, diambil dari bida' yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh. Sebelumnya Allah berfirman.
Badiiu' as-samaawaati wal ardli
"Artinya : Allah pencipta langit dan bumi" [Al-Baqarah : 117]
Artinya adalah Allah yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya.
Juga firman Allah.
Qul maa kuntu bid'an min ar-rusuli
"Artinya : Katakanlah : 'Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul". [Al-Ahqaf : 9].
Maksudnya adalah : Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah ini dari Allah Ta'ala kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari para rasul yang telah mendahuluiku.
Dan dikatakan juga : "Fulan mengada-adakan bid'ah", maksudnya : memulai satu cara yang belum ada sebelumnya.
Dan perbuatan bid'ah itu ada dua bagian :
[1] Perbuatan bid'ah dalam adat istiadat (kebiasaan) ; seperti adanya penemuan-penemuan baru dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya penyingkapan-penyingkapan ilmu dengan berbagai macam-macamnya). Ini adalah mubah (diperbolehkan) ; karena asal dari semua adat istiadat (kebiasaan) adalah mubah.
[2] Perbuatan bid'ah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada dalam dien itu adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah) ; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima)". Dan di dalam riwayat lain disebutkan : "Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak".
MACAM-MACAM BID'AH
Bid'ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :
[1] Bid'ah qauliyah 'itiqadiyah : Bid'ah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu'tazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.
[2] Bid'ah fil ibadah : Bid'ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak disyari'atkan oleh Allah : dan bid'ah dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu :
[a]. Bid'ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari'at Allah Ta'ala, seperti mengerjakan shalat yang tidak disyari'atkan, shiyam yang tidak disyari'atkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya.
. Bid'ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan, seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.
[c]. Bid'ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan ibadah yang sifatnya tidak disyari'atkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjama'ah dan suara yang keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
[d]. Bid'ah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disari'atkan, tapi tidak dikhususkan oleh syari'at yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Sya'ban (tanggal 15 bulan Sya'ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syari'atkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.
HUKUM BID'AH DALAM AD-DIEN
Segala bentuk bid'ah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
"Artinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat". [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].
Dan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
"Artinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka perbuatannya tertolak".
Dan dalam riwayat lain disebutkan :
"Artinya : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami maka amalannya tertolak".
Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien (Islam) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat dan tertolak.
Artinya bahwa bid'ah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.
Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk bid'ahnya, ada diantaranya yang menyebabkan kafir (kekufuran), seperti thawaf mengelilingi kuburan untuk mendekatkan diri kepada ahli kubur, mempersembahkan sembelihan dan nadzar-nadzar kepada kuburan-kuburan itu, berdo'a kepada ahli kubur dan minta pertolongan kepada mereka, dan seterusnya. Begitu juga bid'ah seperti bid'ahnya perkataan-perkataan orang-orang yang melampui batas dari golongan Jahmiyah dan Mu'tazilah. Ada juga bid'ah yang merupakan sarana menuju kesyirikan, seperti membangun bangunan di atas kubur, shalat berdo'a disisinya. Ada juga bid'ah yang merupakan fasiq secara aqidah sebagaimana halnya bid'ah Khawarij, Qadariyah dan Murji'ah dalam perkataan-perkataan mereka dan keyakinan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dan ada juga bid'ah yang merupakan maksiat seperti bid'ahnya orang yang beribadah yang keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan shiyam yang dengan berdiri di terik matahari, juga memotong tempat sperma dengan tujuan menghentikan syahwat jima' (bersetubuh).
Catatan :
Orang yang membagi bid'ah menjadi bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah syayyiah (jelek) adalah salah dan menyelesihi sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Artinya : Sesungguhnya setiap bentuk bid'ah adalah sesat".
Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menghukumi semua bentuk bid'ah itu adalah sesat ; dan orang ini (yang membagi bid'ah) mengatakan tidak setiap bid'ah itu sesat, tapi ada bid'ah yang baik !
Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan dalam kitabnya "Syarh Arba'in" mengenai sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Setiap bid'ah adalah sesat", merupakan (perkataan yang mencakup keseluruhan) tidak ada sesuatupun yang keluar dari kalimat tersebut dan itu merupakan dasar dari dasar Ad-Dien, yang senada dengan sabdanya : "Artinya : Barangsiapa mengadakan hal baru yang bukan dari urusan kami, maka perbuatannya ditolak". Jadi setiap orang yang mengada-ada sesuatu kemudian menisbahkannya kepada Ad-Dien, padahal tidak ada dasarnya dalam Ad-Dien sebagai rujukannya, maka orang itu sesat, dan Islam berlepas diri darinya ; baik pada masalah-masalah aqidah, perbuatan atau perkataan-perkataan, baik lahir maupun batin.
Dan mereka itu tidak mempunyai dalil atas apa yang mereka katakan bahwa bid'ah itu ada yang baik, kecuali perkataan sahabat Umar Radhiyallahu 'anhu pada shalat Tarawih : "Sebaik-baik bid'ah adalah ini", juga mereka berkata : "Sesungguhnya telah ada hal-hal baru (pada Islam ini)", yang tidak diingkari oleh ulama salaf, seperti mengumpulkan Al-Qur'an menjadi satu kitab, juga penulisan hadits dan penyusunannya".
Adapun jawaban terhadap mereka adalah : bahwa sesungguhnya masalah-masalah ini ada rujukannya dalam syari'at, jadi bukan diada-adakan. Dan ucapan Umar Radhiyallahu 'anhu : "Sebaik-baik bid'ah adalah ini", maksudnya adalah bid'ah menurut bahasa dan bukan bid'ah menurut syariat. Apa saja yang ada dalilnya dalam syariat sebagai rujukannya jika dikatakan "itu bid'ah" maksudnya adalah bid'ah menurut arti bahasa bukan menurut syari'at, karena bid'ah menurut syariat itu tidak ada dasarnya dalam syariat sebagai rujukannya.
Dan pengumpulan Al-Qur'an dalam satu kitab, ada rujukannya dalam syariat karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan penulisan Al-Qur'an, tapi penulisannya masih terpisah-pisah, maka dikumpulkan oleh para sahabat Radhiyallahu anhum pada satu mushaf (menjadi satu mushaf) untuk menjaga keutuhannya.
Juga shalat Tarawih, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat secara berjama'ah bersama para sahabat beberapa malam, lalu pada akhirnya tidak bersama mereka (sahabat) khawatir kalau dijadikan sebagai satu kewajiban dan para sahabat terus sahalat Tarawih secara berkelompok-kelompok di masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup juga setelah wafat beliau sampai sahabat Umar Radhiyallahu 'anhu menjadikan mereka satu jama'ah di belakang satu imam. Sebagaimana mereka dahulu di belakang (shalat) seorang dan hal ini bukan merupakan bid'ah dalam Ad-Dien.
Begitu juga halnya penulisan hadits itu ada rujukannya dalam syariat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk menulis sebagian hadits-hadist kepada sebagian sahabat karena ada permintaan kepada beliau dan yang dikhawatirkan pada penulisan hadits masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara umum adalah ditakutkan tercampur dengan penulisan Al-Qur'an. Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah wafat, hilanglah kekhawatiran tersebut ; sebab Al-Qur'an sudah sempurna dan telah disesuaikan sebelum wafat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka setelah itu kaum muslimin mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagai usaha untuk menjaga agar supaya tidak hilang ; semoga Allah Ta'ala memberi balasan yang baik kepada mereka semua, karena mereka telah menjaga kitab Allah dan Sunnah Nabi mereka Shallallahu 'alaihi wa sallam agar tidak kehilangan dan tidak rancu akibat ulah perbuatan orang-orang yang selalu tidak bertanggung jawab.
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Assalamualaikum,
Berbincang mengenai perkara bida'ah. Terdapat juga beberapa amalan shafi'iyah yang dikatakan bid'ah oleh mazhab lain tetapi tidak oleh shafi'iyah. Satu contoh ialah qunut semasa solat subuh. Antara hadith berkenaan qunut:
Hadith dari Anas bin Malik yang berbunyi "Nabi membaca doa qunut subuh hinggalah baginda wafat" (rujuk Al-Azkar Imam Nawawi RAH).
Hadits diriwayatkan oleh Abdurrazaq di dalam Al Mushannaf (3/110/4964), Ibnu Abi Syaibah (2/312), Ath Thahawi di dalam Syarhul Ma'ani (1/143), Ad Daruquthni (hal 178), Al Hakim dalam Al Arba'in, Al baihaqi dari jalan Al Hakim (2/201), Al Baghawi di dalam Syarhus Sunnah (3/123/739), Ibnul Jauzi di dalam Al Wahiyah (1/444-445) dan Ahmad (3/162) dari jalan Abu Ja'far Ar Razi dari Rabi' bin Anas dari Anas bin Malik.
Imam An Nawawi berkata, "Ketahuilah bahwa qunut shalat subuh adalah sunnah, karena ada hadits shahih di dalamnya, dari Anas radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan qunut di dalam (shalat) subuh hingga beliau meninggal dunia. (Hadits ini) diriwayatkan oleh al Hakim Abu Abdillah dalam kitab al Arba'in dan dia berkata shahih."
Ibnu Hambal dan An Nasa-i mengatakan bahawa Abu Ja'far tidak kuat, Abu Zur'ah berkata bahawa Abu Ja'far sering keliru dan Al Fallas berkata bahawa hafalannya Abu Ja'far buruk, Ibnu Hibban berkata bahawa dia Abu Ja'far menceritakan riwayat-riwayat yang mungkar dari orang-orang yang terkenal.
Bacaan yassin pada malam Jumaat juga menjadi isu bid'ah dan ada dibincangkan dithread berikut:
http://forum.cari.com.my/viewthread.php?tid=229842&extra=page%3D2&page=1
Berkenaan bid'ah hasanah
Catatan :
Orang yang membagi bid'ah menjadi bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah syayyiah (jelek) adalah salah dan menyelesihi sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Artinya : Sesungguhnya setiap bentuk bid'ah adalah sesat".
kalau dikaji balik apa yang dinyatakan oleh Imam Shafie....
Imam Shafie berkata, "Bid'ah itu ada 2 jenis: Bida'ah Mahmudah (dipuji) dan Bida'ah Mazmumah (dikeji). Apa yg menepati sunnah maka ia dipuji. Apa yg menyanggahi sunnah maka ia dikeji."
Ibnu Rajab menerangkan: "Maksud al-Syafi'i rahimahullah ialah spt yg kita sebutkan sblm ini, bahawa Bida'ah Mazmumah ialah apa yang tiada asal dari syariat utk dirujuk kpdnya. Inilah bid'ah pada istilah syarak. Adapun Bid'ah Mahmudah ialah apa yg bertepatan dgn sunnah. Iaitu apa yg ada baginya asal untuk dirujuk kepadanya. Ia adalah bid慳h dari segi bahasa, bukannya dari segi syarak kerana ia menepati sunnah." (Ibn Rajab al-Hanbali, Jami |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
[quote]Originally posted by ibnur at 3-3-2007 06:00 PM
kalau dikaji balik apa yang dinyatakan oleh Imam Shafie....
Imam Shafie berkata, "Bid'ah itu ada 2 jenis: Bida'ah Mahmudah (dipuji) dan Bida'ah Mazmumah (dikeji). Apa yg menepati sunnah maka ia dipuji. Apa yg menyanggahi sunnah maka ia dikeji."
Ibnu Rajab menerangkan: "Maksud al-Syafi'i rahimahullah ialah spt yg kita sebutkan sblm ini, bahawa Bida'ah Mazmumah ialah apa yang tiada asal dari syariat utk dirujuk kpdnya. Inilah bid'ah pada istilah syarak. Adapun Bid'ah Mahmudah ialah apa yg bertepatan dgn sunnah. Iaitu apa yg ada baginya asal untuk dirujuk kepadanya. Ia adalah bid慳h dari segi bahasa, bukannya dari segi syarak kerana ia menepati sunnah." (Ibn Rajab al-Hanbali, Jami |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by Gravedigger at 4-3-2007 01:13 AM
Uhuk..uhuk...alangkah baiknya jika Imam Shafie sendiri yang menerangkannya ataupun sekurang-kurangnya ulama2 shafie'yah sendiri menghuraikannya. Barulah benar-benar tulen bermazhabkan Shafie ...
okay.. nak shafi'iyah boleh bagi imam nawawi.
Imam Nawawi writes that there are certain types of Bid'ah. Two of them are Bid'ah Sayyiah and Bid'ah Hasanah. Bid'ah sayyiah is a Bid'ah that opposes the Qur'an and sunnah and Bidah Hasanah is a Bid'ah that is not against the Qur'an or Sunnah.
Kemudian di pasta kan sekali lagi dari imam shafie.
Imam Shafie berkata, "Bid'ah itu ada 2 jenis: Bida'ah Mahmudah (dipuji) dan Bida'ah Mazmumah (dikeji). Apa yg menepati sunnah maka ia dipuji. Apa yg menyanggahi sunnah maka ia dikeji."
Adakah kita main balun jer, selagi ada bid'ah semua dimasukkan dalam bid'ah hasanah? |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by ibnur at 4-3-2007 08:03 AM
okay.. nak shafi'iyah boleh bagi imam nawawi.
Imam Nawawi writes that there are certain types of Bid'ah. Two of them are Bid'ah Sayyiah and Bid'ah Hasanah. Bid'ah sayyiah is a Bid'ah t ...
Makanya Imam Shafi'e telah melakukan satu kesilapan yang besar dengan menjerumuskan pengikut-pengikutnya ke arah kesesatan yang besar dan menghumbankan mereka ke neraka.
Adalah dikatakan dari hadis bahawa semua bidaah itu sesat (dholalah) dan semua kesesatan itu tempatnya di neraka. Mana ada pembahagian bidaah itu kepada Hasanah pula melainkan sesuatu yang dibuat kemudian oleh Imam Shafi'e.
Makanya bagi pengikut-pengikut Imam Shafi'e eloklah kalian bertaubat serta insaf kerana semua amalan-amalan kalian itu seperti Qunut subuh, tahlil, talqin, baca Yassin dsbnya adalaah bidaah2 sesat belaka. Memang wajarlah wahabi memerangi kalian kerana kalian termasuk dalam ahli bidaah yang harus diperangi!
|
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by Gravedigger at 4-3-2007 11:54 AM
Makanya Imam Shafi'e telah melakukan satu kesilapan yang besar dengan menjerumuskan pengikut-pengikutnya ke arah kesesatan yang besar dan menghumbankan mereka ke neraka.
Adalah dikatakan da ...
itu la grave dengan kesimpulannya tersendiri. |
|
|
|
|
|
|
|
Melanjutkan perbincangan...
Perkara-perkara yang dikatakan oleh golongan salafi/wahabi sebagai bid'ah adalah yang sesuatu yang tiada sandarannya. Seperti yg dinyatakan dalam post #1.
Bid'ah menurut bahasa, diambil dari bida' yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh.
Kenapa perlu borong semua dan buat cerita bid'ah?
...semua amalan-amalan kalian itu seperti Qunut subuh, tahlil, talqin, baca Yassin dsbnya adalaah bidaah2 sesat belaka.... post #5.
Baca yassin bid'ah? Dari mana datang andaian macam ni? Bukan ke yang bid'ahnya bila kita mengkhususkan membaca yassin pada malam juma'at? Perbincangan pasl ni ada di sini.... http://forum.cari.com.my/viewthread.php?tid=229842&extra=page%3D2&page=1
Bacaan qunut tu ada banyak khilaf. Jadi pendapat imam mana yang kita guna? Seorang ustaz shafi'iyah pernah berkata dalam kuliah bahawa mengikut pendapat shafie, nabi s.a.w. pernah berqunut semasa subuh. Walaupun tidak berqunut setiap subuh, yang menjadi sandaran ialah Nabi pernah membaca qunut semasa solat subuh. Itu sebab Imam Shafie berpendapat bahawa membaca doa qunut adalah sunat. Berlainan dengan beberapa imam lain bahawa qunut yang dimaksudkan dalam hadith berkenaan ialah qunut nazilah. Mereka pun saling salah menyalahi antara satu sama lain dalam suasana harmoni dan masih menghormati pendapat imam-imam lain. Bukan macam kita 2-3 orang tu, sikit-sikit nak perli.
Begitu juga tahlil. Tahlil itu La ila haillallah. Macamana boleh orang buat andaian salafi atau wahabi kata bid'ah? |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by ibnur at 8-3-2007 11:54 PM
Baca yassin bid'ah? Dari mana datang andaian macam ni? Bukan ke yang bid'ahnya bila kita mengkhususkan membaca yassin pada malam juma'at? Perbincangan pasl ni ada di sini.... [url=http://forum.cari.com.my/viewthread.php?tid=229842&extra=page%3D2&page=1
Kalau nak tahu yang dikatakan bida'ah baca yassin bagi golongan wahabi ialah mebacanya beramai-ramai. Bukan itu saja memperlagukan bacaan quran itu juga satu bida'ah sesat bagi mereka sebab mereka fikir amalan ini tidak pernah dilakukan di zaman nabi dulu. Apa lagi mereka mengatakan tidak ada fadhilat2 membaca Yassin pada malam jumaat so kira sesat juga ler.
Bacaan qunut tu ada banyak khilaf. Jadi pendapat imam mana yang kita guna? Seorang ustaz shafi'iyah pernah berkata dalam kuliah bahawa mengikut pendapat shafie, nabi s.a.w. pernah berqunut semasa subuh. Walaupun tidak berqunut setiap subuh, yang menjadi sandaran ialah Nabi pernah membaca qunut semasa solat subuh. Itu sebab Imam Shafie berpendapat bahawa membaca doa qunut adalah sunat. Berlainan dengan beberapa imam lain bahawa qunut yang dimaksudkan dalam hadith berkenaan ialah qunut nazilah. Mereka pun saling salah menyalahi antara satu sama lain dalam suasana harmoni dan masih menghormati pendapat imam-imam lain. Bukan macam kita 2-3 orang tu, sikit-sikit nak perli.
Wahabi atau salafi kan tidak mengikut mazhab so mereka berhujjah ada hadis yang lebih sahih lagi mengatakan qunut subuh tidak pernah dilakukan semasa zaman nabi melainkan qunut nazilah saja. So sesapa yang ikut Syafi'e kenalah tinggalkan berqunut itu sebab dah kira bidaah. Hadis-hadis yang mereka gunakan itu tidak sah dan terbatal. Kalau masih mengamalkan qunut juga maka melakukan bidaah sesatlah juga.
Begitu juga tahlil. Tahlil itu La ila haillallah. Macamana boleh orang buat andaian salafi atau wahabi kata bid'ah?
Tahlil kepada golongan wahabi cuma ucapan di hati dan secara lisan individu saja. Tahlil berkumpul beramai-ramai termasuk dalam amalan bida'ah dan mereka yang melakukannya semua masuk neraka.
Heheh...sandarannya cuma satu hadis..."Kullunbida'tun Dhalalah wa kullun dallalatun finnar'.
[ Last edited by Gravedigger at 9-3-2007 01:30 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Untuk menjawab gave, aku bagi ni cukup saja dulu...
Sesungguhnya mayat dapat faedah dengan bacaan Al-Quran sebagaimana ia dapat faedah dan manfaat dengan segala ibadat harta dari sedekah dan seumpamanya.
Ibn Taimiyyah. Majmu' al-fatwa, jilid 24, halaman 322-323
...perbuatan berkumpul beramai-ramai berdzikir, membaca al-Quran berdoa sambil menanggalkan serban dan menangis sedangkan niat mereka bukanlah kerana riak ataupun menunjuk-nunjuk tetapi hanyalah kerana hendak mendekatkan diri kepada Allah s.w.t. Adakah perbuatan-perbuatan ini boleh diterima?
Jawapan:
"Segala puji hanya bagi Allah, perbuatan-perbuatan itu semuanya adalah baik dan merupakan suruhan didalam Shari'a (mustahabb) untuk berkumpul dan membaca al-Quran dan berdzikir serta berdoa." Ibnu Taimiyyah didalam kitab Majmu 'at fatawa Ibnu Taimiyyah edisi King Khalid ibn 'Abd al-Aziz.
揂ku berpendapat baginda menjelaskan suara (zikir) hanya seketika. Untuk orang ramai mempelajarinya daripada baginda. Ini kerana kebanyakan riwayat yang kami tulis bersama ini, atau selainnya tidak menyebut selepas salam tahlil dan takbir. Kadang-kadang riwayat menyebut baginda berzikir selepas solat seperti yang aku nyatakan, kadang-kadang disebut baginda pergi tanpa zikir. Ummu Salamah pula menyebut duduk baginda ( selepas solat) tetapi tidak menyebut baginda zikir secara terang. Aku berpendapat baginda tidak duduk melainkan untuk berzikir secara tidak terang. Jika seseorang berkata: Seperti apa? Aku katakan: Seperti baginda pernah bersolat di atas mimbar, yang mana baginda berdiri dan rukuk di atasnya, kemudian baginda undur ke belakang untuk sujud di atas tanah. Kebanyakan umur baginda, baginda tidak solat di atasnya. Tapi aku berpendapat baginda mahu agar sesiapa yang jauh yang tidak dapat melihat baginda mengetahui bagaimana berdiri ( dalam solat), rukuk dan bangun ( dari rukuk). Baginda ingin mengajar mereka keluasan dalam itu semua. Aku suka sekiranya imam berzikir nama Allah di tempat duduknya sedikit dengan kadar yang seketika selepas kaum wanita pergi. Ini seperti apa yang Umm Salamah katakan. Kemudian imam boleh bangun. Jika dia bangun sebelum itu, atau duduk lebih lama dari itu, tidak mengapa. Makmum pula boleh pergi setelah imam selesai memberi salam, sebelum imam bangun. Jika dia lewatkan sehingga imam pergi, atau bersama imam, itu lebih aku sukai untuknya. |
|
|
|
|
|
|
|
Wahabi atau salafi kan tidak mengikut mazhab so mereka berhujjah ada hadis yang lebih sahih lagi mengatakan qunut subuh tidak pernah dilakukan semasa zaman nabi melainkan qunut nazilah saja. So sesapa yang ikut Syafi'e kenalah tinggalkan berqunut itu sebab dah kira bidaah. Hadis-hadis yang mereka gunakan itu tidak sah dan terbatal. Kalau masih mengamalkan qunut juga maka melakukan bidaah sesatlah juga.
Jadi di Arab Saudi tu tiada wahabi sebab mereka berqunut semasa solat witir.
Mengenai bacaan yassin berjemaah, berlagu dan apa juga... dah ada thread khusus. Malas nak bincang-bincang kat sini, semua ulang-ulang sahaja.
Sila klik ===> http://forum.cari.com.my/viewthr ... page%3D2&page=1 |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by ibnur at 9-3-2007 10:36 AM
Untuk menjawab gave, aku bagi ni cukup saja dulu...
Sesungguhnya mayat dapat faedah dengan bacaan Al-Quran sebagaimana ia dapat faedah dan manfaat dengan segala ibadat harta dari sedekah dan s ...
Sori ler...setakat fatwa daripada Ibn Taimiyyah itu saja maka ia tidak mencukupi dan lengkap untuk diterimapakai. Sepatutnya ia perlu disertakan dengan hadis-hadis yang sohih ataupun al-quran. Begitu juga dengan Imam Syafi'e yang tertolak fatwanya jika ada hadis yang lebih sohih lagi dari pendapatnya. Bukankah Imam syafi'e sendiri berkata bahawa jika ada hadis yang lebih sahih lagi dari pendapatku maka itulah mazhab ku.
Dalam kasus (bahasa indon bermakna kes)) berqunut semasa solat subuh maka ada ditemukan hadis yang lebih sahih mengatakan Rasulullah saaw tidak pernah berqunut semasa subuh....nah maka pendapat Syafi'e itu tertolak lantas termasuk bidaah sesat.
Eh..ehh aku dah jadi wahabi pulak ni...tentu Pak Indon sokong aku ni. Nasib baik gak kitab rujukan aku dulu dah hanyut masa banjir tahun lepas kalau tidak mau jugak aku berikan perbandingan hadis-hadis tu. Susah gak nak cari kitab tu balik yang dah pun diharamkan bertajuk "Soal-Jawab Agama" oleh A.Hassan Bandung. Siapa nak jadi wahabi elok rujuk kitab tu....barulah Islam tulen yang berpandukan hanya al-quran dan sunnah. Heheh...
|
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by Gravedigger at 10-3-2007 12:17 AM
Sori ler...setakat fatwa daripada Ibn Taimiyyah itu saja maka ia tidak mencukupi dan lengkap untuk diterimapakai. Sepatutnya ia perlu disertakan dengan hadis-hadis yang sohih ataupun al-qura ...
Saja aku tampal pendapat ibnu taimiyyah. ini menunjukkan bahawa yang didakwa sebagai wahabi bukan mengambil dari ibnu taimiyyah 100%.
Yang tidak berqunut tu nampaknya pendapat 3 imam selain imam shafie. tidak berzikir secara jahr dan jemaah juga pendapat imam shafie.
|
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by ibnur at 10-3-2007 07:23 AM
Saja aku tampal pendapat ibnu taimiyyah. ini menunjukkan bahawa yang didakwa sebagai wahabi bukan mengambil dari ibnu taimiyyah 100%.
Yang tidak berqunut tu nampaknya pendapat 3 imam ...
Benar...wahabi tidak mengambil 100% dari Ibn Taimiyyah kerana wahabi merupakan pergerakan salafi yang hanya menerima al-quran dan sunnah saja sebagai sandaran mereka. Sekarang ini pun nak kata wahabi 100% pun tiada dan ramai pula yang malu nak mengaku wahabi kerana sejarah buruk dan hina yang terpalit pada mereka dalam mereka mencari kebenaran. Sama seperti golongan Khawarij yang menjarah,merompak dan membunuh sesama Islam atas nama kebenaran mereka.
Justeru wahabi sekarang ini hanya mempengaruhi golongan-golongan tertentu dalam pertubuhan2 agama dan politik seperti Ikhwanul-Muslimeen dan melahirkan mazhab baru yang dikenali sebagai manhaj salafi. Dalam pertembungan ini juga manhaj salafi bukan saja mengkafirkan Jemaat Tabligh dalam ASWJ malah golongan Ikhwan sendiri pun mereka mengatakan sesat dan kufr termasuk Syed Qutb dan sahabat2nya itu.
|
|
|
|
|
|
|
|
Sekarang kembali kepada persoalan bidaah.
Yang dikatakan bidaah itu bukan hanya menghalalkan yang haram seperti golongan bermazhab lakukan dalam amalan mereka seperti talqin,tahlil,qunut dsbnya tapi juga bidaah itu termasuk mengharamkan yang halal.
Huh...dalam kes ini nampaknya mufti Perlis telah mengeluarkan fatwa yang jelas merupakan satu bidaah. Dengan mengharamkan golongan mualaf menukar nama bin Abdullah telah melanggar hak asasi kemanusiaan itu sendiri. Alasan beliau mengatakan bahawa di zaman nabi dulu tidak terdapat pertukaran nama bin Abdullah ini namun adakah ini dalil untuk pengharaman tersebut? Sepatutnya beliau mengeluarkan dalil yang jelas atas pengharaman tersebut.
Mengikut sejarah, golongan2 kafirun yang telah memeluk Islam telah menukar nama mereka yang berunsurkan Jahilliyah seperti Abdul Latta,Abdul Uzza dsbnya kepada berunsur Islam. Kerana apa mereka tukar nama?..sebabnya mereka ingin memisahkan secara total daripada keyakinan Jahilliyah mereka sebelum itu dan memasuki Islam secara menyeluruh.
Apakah Mufti Perlis ingin mengharamkan jika ada dari golongan India yang masuk Islam nak menukar nama2 seperti SriRam,Muruges, Krishnan,Subramaniam dsbnya yang merupakan nama2 tuhan mereka ataupun nama2 yang berunsur Keristian?
Heheh...nak tengok juga adakah puak2 Salafi Malaysia ini akan hanya bertaqlid buta kepada tokoh yang menjadi idola mereka? |
|
|
|
|
|
|
|
dia cerita pasal guna kan 'bin abdullah' ... bukan pasal tuka nama ... ayo ... lagi ta faham ka ... |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by kyas at 12-3-2007 09:05 AM
dia cerita pasal guna kan 'bin abdullah' ... bukan pasal tuka nama ... ayo ... lagi ta faham ka ...
Nampaknya ko yang tak faham kot. Cuba bayangkan kalau ada mualaf India yang kekalkan nama bapanya seperti Asri bin Muruges atau Albani bin Sri Ram atau Shahidan bin Subramaniam atau Mahathir bin Krishnan. Maka apabila nak translate ke BM jadilah sebagai Asri anak lelaki (tuhan) Muruges atau Albani anak lelaki (tuhan) Sri Ram atau Shahidan anak lelaki (tuhan)Subramaniam dsbnya.
Kalau mualaf Cina pula bagaimana kalau Asri Tong bin Tong Tai Yik ataupun Shahidan Lim bin Lim Poo Kee.
Begitu juga mualaf Keristian yang ada nama berunsurkan Kekeristianan seperti Jesus, Nicholas, Jacob dsbnya.
Jangan buat bidaah beb....nanti masuk neraka!
|
|
|
|
|
|
|
|
Ini ada sedikit bahan sokongan untuk berkongsi pendapat. Mungkin mereka ini dah baca posting aku dalam forum ni kot..heheh.
Mufti Perak, Datuk Dr Harussani Zakaria, berkata pihaknya akan tetap menggunakan kaedah sedia ada dan terpulang kepada Perlis untuk membuat keputusan sendiri.
Presiden Persatuan Peguam Syarie Malaysia, Zainul Rijal Abu Bakar, berkata sebarang keputusan seumpama itu perlu dibincang pada peringkat kebangsaan, supaya pelaksanaannya dapat diseragamkan, selain mengelakkan peraturan Islam diperlekeh.
Pegawai Pertubuhan Kebajikan Islam Malaysia (Perkim) Perlis, Abd Rahim Abdullah, pula menggesa Majlis Fatwa Perlis mengkaji semula keputusannya itu bagi memelihara kesucian Islam, selain mengelak timbulnya percanggahan akidah.
揗ajlis Fatwa Perlis tidak seharusnya memutuskan penggunaannya sebagai haram semata-mata kerana ia tidak diamalkan pada zaman nabi, kerana keadaannya berbeza.
揝etiap kaum di Malaysia menggunakan bahasa masing-masing dan nama yang diberikan juga mempunyai maksud yang pelbagai. Malah, ada antaranya mempunyai maksud yang bercanggah dengan akidah dan sudah pasti tidak sesuai diguna pakai, |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #16 Gravedigger's post
wah ... terer aa mu ... kira semua yg dlm majlis fatwa perlis tu bodo2 belaka aaa ... ? |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by kyas at 12-3-2007 01:37 PM
wah ... terer aa mu ... kira semua yg dlm majlis fatwa perlis tu bodo2 belaka aaa ... ?
Rasanya ahli2 dalam majlis fatwa perlis tu taklah bodo2 tapi cuma jahil saja dalam bab ini. Nobody's perfect bro! Takkan tak boleh kritik macam Abuya lak?
|
|
|
|
|
|
|
|
aku percaya lepas nih nanti ada la pendetailannya ... elok jgn terburu buru ...
krg jadi mcm dulu ... org citer pasal 'perketatkan procedur cegah khalwat' dia kata 'mufti tak benarkan cegah khalwat' ...
buruk sangka ... membawa ke fitnah ... minta maaf tak nak pulak tu ... |
|
|
|
|
|
|
| |
|