Originally posted by Amiin_al_Kalam at 23-12-2008 12:19 PM
Monolog Keroncong Untuk Ana
di kala mentari mengusik...
lelalang menari-nari di tepian...
lorong itu, semak itu...
berpimpingan tangan...
seiringan sejalan...
kita sedang pulang...
mel ...
puitis lu ni tuk xgf lu ekk....cantek kekata tersusun rapi..
apapun ayat... "tersimpuh engkau dalam kelambu... menjawab salam indah berahi... dahi dibasuh kucupan suci...nikmat syurga kini engkau miliki...roh lemah ini hanya memerhati.... ternyata engkau bukan milikku lagi... " benar-benar menikam jiwa wa...
entah kenapa masa rangkap ni tercipta wa benar-benar berada dalam watak puitis yg wa ciptakan ini...
dan wa rasa... di satu hari nanti jika wa mempunyai seorang kekasih dan cinta wa terhadapnya tidak kesampaian...
pasti ayat yg wa cipta itu akan berpuaka dan mengusik keamanan jiwa wa...
Originally posted by Amiin_al_Kalam at 23-12-2008 12:52 PM
apapun ayat... "tersimpuh engkau dalam kelambu... menjawab salam indah berahi... dahi dibasuh kucupan suci...nikmat syurga kini engkau miliki...roh lemah ini hanya memerhati.... ternyata engkau bukan milikku lagi... " benar-benar menikam jiwa wa...
entah kenapa masa rangkap ni tercipta wa benar-benar berada dalam watak puitis yg wa ciptakan ini...
dan wa rasa... di satu hari nanti jika wa mempunyai seorang kekasih dan cinta wa terhadapnya tidak kesampaian...
pasti ayat yg wa cipta itu akan berpuaka dan mengusik keamanan jiwa wa...
mmmm...wa harap pon begitu jua...semoga jiwa lu xkan tercedera...
Originally posted by raudah at 23-12-2008 12:50 PM
betot....cuma kenkadang kita cuba untuk menjadi seperti dalam ceritera..menjadi dia...n berpuaka...
hukum seorang penulis yang ingin berpuitis... jiwanya mestilah berkorban terhadap tulisan yang ingin dipuitiskan... walaupun jiwa yang cantek itu akhirnya luka tercedera di hiris pena bermata pisau...
puitis takkan terhasil dari jiwa yang penuh dengan kenistaan dan kepalsuan...
Originally posted by Amiin_al_Kalam at 23-12-2008 12:55 PM
hukum seorang penulis yang ingin berpuitis... jiwanya mestilah berkorban terhadap tulisan yang ingin dipuitiskan... walaupun jiwa yang cantek itu akhirnya luka tercedera di hiris pena berma ...
puitis takkan terhasil dari jiwa yang penuh dengan kenistaan dan kepalsuan...
siapa kata x boleh...
dr jiwa yg benci...yg penuh dendam...ia akan terhasil juga...dan puisi ini juga boleh terjadi disbbkan org lain..ke'sah yang lain...ada juga puisi palsu di mana dalam mencipta sesuatu cerita...dlm mereka sesuatu sesuatu cerita...mengadaptasi dr bende lain..