CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 40046|Reply: 127

Hindu Jowo

[Copy link]
Post time 18-11-2011 01:25 AM | Show all posts |Read mode
Post Last Edit by genot at 18-11-2011 01:32

Ribuan Jowo Menyambut Dr. Wedakarna

Banyuwangi, Percetakan Kebangsaan - Perasmian Purwa Widya Samsar, Desa Karetan, Purwaharia, Banyuwangi yang dihadiri oleh Gusti Ngurah Ariya Wedakarna Mahendradatt Wdasteraputra Suyasa III, disambut oleh ribuan penganut Hindu suku kaum Jowo yang memenuhi ruangan kompleks pura. Penghargaan atas kehadiran raja Majapahit Bali itu disampaikan oleh Ketua Jawatankuasa Karya, Agus Setiawan.

"Kami sangat bergembira atas kehadiran Yang Mulia Gusti Ngurah Wedakarna yang berkenan meninjau keadaan penganut Hindu Jowo. Kami sedia menyokong perjuangan Abhisheka Raja Majapahit-Bali bagi meneruskan kesinambungan hubungan Majapahit dengan tanah Belambangan. Semua ini tersurat dalam serat Dharmagandhul oleh Brahman Sabda Palon Nayogenggong dan Jongko Joyobhoyo." Kata Agus.

Agus yang juga tersenarai sebagai salah seorang pengasas Grand Design Hindu Indonesia (Gadha Indonesia) dan Ubud Protocol semasa Rembug Hindu Kebangsaan 2007 berharap Dr. Wedakarna agar membantu dalam pembentukan Pusat Hindu di Belambangan bagi memberikan bimbingan kepada Hindu Jowo. Beliau mengulas lanjut yang orang Jowo Hindu memerlukan tokoh Hindu yang boleh menjadi wakil mereka di peringkat kebangsaan dan antarabangsa. Mereka berasa bangga kerana tokoh seperti Gusti Wedakarna sanggup menjadi tedun dan upshaksi dalam upacara pemelaspasan pura (kuil).

Selain menjadi upshaksi, Gusti Wedakarna juga menyampaikan Sabdo Pengandiko Agung (pidato) sebagai semangat untuk Hindu Jowo di Bayuwangi setia dengan ajaran agama Hindu Jowo mereka.

Saya minta para rakyat Hindu, rakyat Majapahit di bumi Blambangan, bahwa kebangkitan Majapahit akan segera tiba. Alam dan leluhur sudah mendukung kebangkitan Majapahit, tinggal bagaimana kita sekarang cerdas menyikapi diri. Saya minta, agar umat Hindu jaga toleransi, sederhanakan upacara agama agar umat tidak jatuh miskin, jadikan anak muda Hindu sarjana, dan agar situs-situs Majapahit dicatat, didata dan dipelihara. Dan sedapat mungkin, agar diwujudkan Sejarah Blambangan oleh para warih-warih Mojopahit. Semua bersatu di bawah bingkai NKRI yang berkeadilan,” tegas Gusti Wedakarna.

Dalam acara tersebut hadir pula, I Wayan Artha ( Ketua Parishad Hindu Dharma Indonesia, Banyuwangi ), Suminto ( anggota DPRD Banyuwangi sekaligus tokoh Hindu Muda), Sugiyanto ( Ketua PHDI Kec.Purwohardho ), Jemino ( Ketua PHDI Desa Karetan ), Saiem (WHDI) dan Marjono (Tokoh Hindu).

http://nasionalpress.com/on-the-spot/42-on-the-spot/449-ribuan-umat-hindu-jawa-sambut-drwedakarna.html


Instead of making nonsense stories and relate them to other non-related religions, why don't Jowos just return to Hindu-Javanism? It would be easier. I think there should also be Sivachariars instructing them to do proper rituals and conducts in Jowo as Tamil land is traditionally transmitter of Brahmanism to South East Asia. Tamils should play their role more actively in cultural and religious teachings!

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 18-11-2011 02:57 PM | Show all posts
Hindu Jowo (Indonesia) Orchestra


http://www.youtube.com/watch?v=C2horRibeWE&feature=related


http://www.youtube.com/watch?v=wwjXwEO8_NU&feature=related


Jowo's (Indonesia) Teachings of Hindu Dharmma from Mahabharata


http://www.youtube.com/watch?v=3fqYgr713Qk&feature=related


http://www.youtube.com/watch?v=dHICFwEJbrY&feature=related


Reply

Use magic Report

 Author| Post time 18-11-2011 03:30 PM | Show all posts
Hindu Jowo Panji Drama

This show of panji is from East Jowo Island. Ia berasal dari Jowo Timur, pada zaman Hindu Jowo dan masih dimainkan oleh Hindu Jowo. Ia pernah juga dimainkan di istana orang Thai di Tengah Thailand pada abad ke-17 dinasti Ayuttaya dipanggil sebagai Inao (Inang). Ia disebarkan oleh orang Pattani yang bertindak sebagai medium di antara bahagian Utara dan Selatan Asia Tenggara selepas kerajaan mereka dikalahkan oleh orang Thai.


http://www.youtube.com/watch?v=i6IW8M-h_3I&feature=related


http://www.youtube.com/watch?v=WbuMBZHas48&feature=related

To make sure that no one claim this Jowo drama, everyone must remember to put Hindu Jowo in front of each Hindu Jowo show! Make it a habit as to make sure everyone did charity to Jowo. So, Jowo could learn tharmma and stop diseases which could harm everyone's karmma. It happens because they were half-baked Hindus and not like full Hindus who have developed high philosophies from religious teachings in respective Southern India. Southern India is blessed with intelligent and illustrious gurus who are well versed in Vedic studies and Sanskrit. That's why Southern Indian Hindus have to help them especially those with the ability to speak and write in Malay or Jowo language.

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 18-11-2011 09:31 PM | Show all posts
Hindu Jowo Tengger

Hindu Jowo Tengger mendakwa bahawa mereka keturunan daripada putera2 Majapahit yang lari ke atas bukit di Pulau Jowo. Jumlah mereka sekarang ini sekitar 600 000 orang di dalam 30 buah kampung terpinggir di Gunung Bromo (Brahma) dekat2 kawasan Taman Negara Semeru Brahma Tengger di kawasan Tengah dan Timur Pulau Jowo. Hindu Jowo Tengger juga ada di Pasuruan, Probolinggo, Malang, dan Lumajang dekat Jowo Timur. Mereka mendakwa berketurunan dari Loro Anteng dan Joko Seger.

Bahasa Jowo Tengger

Mereka bercakap bahasa Jowo kerajaan Hindu Majapahit dipanggil bahasa Jowo Tengger. Unsur bahasa Jowo moden turut mempengaruhi percakapan mereka. Tulisan mereka gunakan adalah tulisan Jowo Kawi dari tulisan bahasa Jowo lama.

Agama Hindu Jowo Tengger

Jowo Tengger menganut ajaran Brahmana atau adat istiadat Hinduisme. Walaupun mereka mencampur aduk ajaran Buddha dan animisme dalam ajaran Brahmana, mereka pun seperti orang Bali memuja ke Ida Sang Hiyang Withi Wasa (dewa Siva) bagi mendapatkan keberkatan selain daripada memuja dewa-dewi Hindu dan Buddha termasuk lah Brahma, Buddha dan Vishnu. Tempat pemujaan mereka termasuklah di Punden, Pothen, dan Daniyang. Pothen merupakan kawasan suci di kaki Gunung Brahma dekat laut dan menjadi tumpuan utama orang Jowo semasa upacara Kesada. Dalam kawasan Pothen ada beberapa bangunan dan tempat tertutup dalam satu kawasan yang dipanggil sebagai mandala-mandala.  

Jowo Tengger memuja kepada roh penduduk awal kampung seperti cikal bakal, roh bahuraksha, penunggu kampung, dan roh nenek moyang (pitar). Upacara mereka untuk memuja semangat dan roh dijalankan oleh pandit Jowo. Semasa upacara, bentuk2 patung kecil akan diletakkan dengan memakai pakaian batek Jowo bagi mewakili roh2 tersebut dan disembahkan dengan minuman dan makanan. Roh2 boleh menyerap pati sembahan tersebut.

Gunung berapi Brahma dipercayai tempat suci mereka. Jika ia meletus bermaksud dewa-dewi sedang murka. Orang Jowo Tengger menyemah ke gunung dengan semahan yang pelbagai. Salah satunya dengan Sajenan. Sajenan Hindu Jowo ini disembahkan ke dewata penunggu oleh pandit dengan bacaan montra2 seru dewata. Untuk upacara lain, mereka sembahkan sajenan yang lain. Macam perkahwinan, Jowo Tengger akan semahkan nasik Tumpeng Walagara sebagai tanda memberi restu kepada mampelai selain memberkati seluruh kampung. Jowo Tengger akan membuat semahan Suguhan bagi disemah kepada roh nenek moyang. Tamping pulak disemah kepada roh jahat untuk membuang sial. Dalam Tamping ada daging, nasik, pisang balut dengan daun dan ditempatkan di tempat2 seperti kubur, jambatan, dan simpang2 jalan.

Pandit Jowo ini dipanggil sebagai Dukun atau Resi Pujangga. Mereka memainkan peranan sebagai penghubung dalam upacara keagamaan. Dukun dipercayai mempunyai pengetahuan alam ghaib dipanggil sebagai ilmu dewa2 dan roh2. Mereka tidak mengajarnya kepada orang awam. Keanggotaan dalam kependitaan menurut kepada keturunan dan hanya diajar dari bapak ke anak. Setiap kampung ada satu dari tiga pendita ini bersama dengan tiga pembantu dipanggil sebagai Legen, Sepuh, dan Dandan.

Beberapa abad lepas, penduduk Madura telah masuk ke kawasan Jowo Tengger sebab Madura terlalu padat dengan penduduk. Mereka menerokai tanah2 di Tengger dan menggunakan sumber alam di situ. Dalam 2-3% Jowo Tengger juga menganut Islam (tak sempat nak belajar agama nenek moyang sniri dah masuk agama orang lain? ). Jowo Tengger yang menganut Islam biasa tinggal di kawasan yang boleh diterokai dekat2 tanah rendah atau di sempadan kawasan Tengger. Keadaan ini menyebabkan Jowo Tengger yang berbaki meminta bantuan Hindu Bali dalam pengajaran agama. Republik Indonesia mengisytiharkan pergunungan Tengger sebagai taman negara dan menyatakan bahawa kegiatan membalak adalah diharamkan!

Penyebar agama seperti dari agama Kristian dan Islam cuba hendak menukar agama orang Jowo Tengger. Golongan penyebar agama Kristian kurang berjaya sebab hanya berjaya mengkristiankan beberapa ratus saja Jowo Tengger. Tapi selepas ditinggalkan oleh penyebar agama Kristian, Jowo Tengger kembali semula ke agama Hindu Dharma dan setengah pula menganut Islam disebarkan oleh kawan se-Indonesia. Jowo Tengger yang menganut Islam pula mencampur aduk ajaran agama Islam dengan ajaran Hindu Jowo dan merayakan perayaan Hindu Jowo Tengger dalam masa yang sama.

Perayaan Hindu Jowo

Yadnya Kesada dirayakan selama sebulan. Dalam hari ke-14 Kesada, Jowo Tengger akan ke Pothen Brahma untuk berdoa kepada dewata Sang Hiyang Withi Wasan dan dewata Gunung Semeru dengan menyembah bersama semahan nasik, buahan, bungaan, ternakan, dan barangan tempatan. Mereka juga akan menyaksikan dukun menghafal montra. Dukun yang lulus hafalan montra akan dilantik menjadi ketua kerohanian masyarakat Tengger. Asal usul perayaan Jowo ini dikatakan bermula dari kerajaan Hindu Majapahit semasa pemerintahan raja Bhrawijaya. Maharani kerajaan melahirkan seorang puteri bernama Loro Anteng yang berkahwin dengan Jaka Seger. Jaka Seger berasal dari keluarga Brahman Jowo.

Menurut legenda, Loro Anteng dan Jaka Seger merupakan antara yang melarikan diri semasa keruntuhan kerajaan Hindu Majapahit pada abad ke-15 M selain kemasukan pengaruh ajaran Islam dari sebelah Barat Pulau Jowo. Pasangan Loro Anteng dan Jaka Seger tinggal di pergunungan Tengger dan memerintah kawasan tersebut menggunakan gelaran Purwawisesa Mangkurat Ying Tengger.

Beberapa tahun kemudiannya, orang ramai mula memenuhi kawasan Tengger di bawah pemerintahan Jaka Seger dan Loro Anteng. Brahman Seger dan Loro Anteng tak gembira kerana tiada anak. Jadi mereka mendaki Gunung Brahma dan meminta bantuan dewata melalui upacara Yajnya/Yadnya. Dewata di Gunung Brahma muncul dan memberi jaminan pasangan itu akan mendapat anak tetapi anak yang bongsu disyaratkan kena dikorbankan ke gunung berapi. Lepas melahirkan 25 anak, maka pasangan itu kena memenuhi janji. Brahman dengan isteri tidak sampai hati maka mereka diancam dengan malapetaka. Maka mereka terpaksa korbankan yang anak yang ke-25 iaitu Kesuma. Kesuma dibuang dalam rabung gunung berapi.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 18-11-2011 10:19 PM | Show all posts
Kerajaan Hindu Jowo Mataram

Nama lain kerajaan Hindu ini ialah kerajaan Medang Kawulan. Jangan dikelirukan dengan empayar Seriwijaya kerana empayar Seriwijaya berasal dari kerajaan di sebelah Pulau Sumatera. Mataram merupakan kerajaan yang pemerintah atau raja2nya penganut ajaran Brahmana. Ia ditadbir oleh wangsa Sanjaya antara abad ke-8 sampai abad ke-10 M. Pusatnya di tengah Pulau Jowo dan kemudian berpindah ke timur Pulau Jowo. Orang yang bertanggungjawab membangunkan kerajaan ini adalah raja Sanjaya. Dalam abad ke-8 M, kerajaan ini dikuasai bersama oleh keluarga Sanjaya dan Shailendra. Shailendra merupakan orang asing, batu besulat mereka ada di Pulau Bangka kerana di sana pun mereka adalah orang asing. Dalam tahun 850, Mataram menjadi kuasa utama di Pulau Jowo dan bersaingan dengan Seriwijaya.  

Asal-Usul Mataram

Rekod terawal bagi kerajaan Mataram didapati di batu besulat Changgal bertarikh 732. Ia ditemui di kampung Changgal di sebelah barat daya pekan Magelang. Batu besulat ini dipahat dalam bahasa Sanskirit bertulisan Pallava. Ia mengisytiharkan pemasangan shivalinggam di bukit di Kunjarakunja dalam pulau Yawadwipa (Jowo) yang penuh dengan beras dan emas. Batu besulat memberitahu bahawa Pulau Jowo diperintah oleh raja Sanna. Raja Sanna memerintah lama lah menandakan baginda mempunyai kebijaksanaan. Selepas mangkatnya raja Sanna maka Pulau Jowo jatuh dalam huru hara. Putera Sanjaya, putera kapada Sannaga, adik perempuan kepada raja Sanna menaiki takhta. Baginda menawan kawasan2 sekitar kerajaan Mataram. Baginda memerintah dengan saksama dan negara baginda mendapat kemakmuran.   

Raja Sanna dan Raja Sanjaya ada diceritakan dalam Caritra Prahiyangan. Prahiyangan adalah buku dari abad kemudiannya yang menceritakan tentang sejarah Pasundan atau kerajaan Hindu Sunda. Buku itu menceritakan bahawa raja Sanna dikalahkan oleh raja kerajaan Galoh, raja Purbasora. Raja Sanna terpaksa berundur ke Gunung Merapi. Selepas itu raja Sanjaya menuntut kerajaan Sanna dan memerintah barat Jowo, timur Jowo, tengah Jowo, dan Bali. Sanjaya juga terlibat dalam peperangan dengan kerajaan Malayu dan Kaling di mana raja Sanjaya berperang melawan Sang Srivijaya iaitu raja Kaling dan Malayu.  

Dari penubuhan Mataram pada abad ke-8 sampai tahun 928, kerajaan Mataram ini dikuasai oleh wangsa Sanjaya. Raja awalnya, raja Sanjaya memerintah Mataram yang sekarang ini adalah kawasan Yogyakarta dan Perambanan. Ada batu besulat di Changgal. Dalam pertengahan abad ke-8, masuk pula wangsa Shailendra ke tengah Jowo. Mereka menyebabkan penguasaan wangsa Sanjaya tergugat.

Menurut batu besulat Kalasan bertarikh 778 dalam tulisan Pranagar berbahasa Sanskirit, koil Kalasan ditubuhkan dengan kehendak Guru Sangraja Shailendrawangsatilak (permata keluarga Shailendra) yang memujuk Penangkaran (pengganti Sanjaya) membangunkan bangunan suci untuk dewi Tara Bodhisattva serta membina vihara untuk bhikkhu Buddha dalam kawasan Shailendra. Penangkaran juga mengurniakan kampung Kelasa kepada masyarakat Sangha (Buddha).

Tafsirana sejarah yang bertahan menyatakan bahawa wangsa Shailendra wujud bersama dengan wangsa Sanjaya di Jowo tengah. Mereka hanya bekerjasama walaupun berbeza agama. Wangsa Shailendra mempunyai hubungan rapat dengan empayar Seriwijaya. Disebabkan itu mereka boleh menguasai tengah Jowo dan menjadi uparaja kepada Rakai Jowo termasuk lah wangsa Sanjaya. Wangsa Sanjaya terpaksa tunduk kepada Shailendrawangsa. Tak banyak juga diketahui mengenai Sanjayawangsa kerana mereka diselindungi oleh Shailendrawangsa. Semasa zaman Shailendra dan Seriwijaya di Jowo, Shailendrawangsa membina chandi Borobudur yang merupakan monumen ajaran Buddha.

Raja Samaratungga dari Shailendrawangsa cuba untuk mempertahan kedudukan Shailendrawangsa di Jowo dengan mengikat keluarga mereka melalui perkahwinan antara putera Sanjaya dengan puteri Shailendra iaitu anaknya sendiri, puteri Pramodhavardhani. Suami Pramovardhani adalah Rakai Pikatan dari Sanjayawangsa.

Dalam abad ke-9, hubungan Sanjayawangsa dengan Shailendrawangsa menjadi buruk. Dalam tahun 852, raja Sanjaya iaitu Rakai Pikatan mengalahkan Balaputradewa iaitu putera kepada Shailendrawangsa. Hal ini mengakhiri pemerintahan Shailendrawangsa di Jowo. Balaputradewa dihalau ke ibu kota Seriwijaya di Pulau Sumatera. Kejayaan Rakai Pikatan ini dicatat dalam batu besulat Shivagraham bertarikh 856 dipasak oleh Rakai Kayu Wangi. Pengganti kepada Rakai Pikatan.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 18-11-2011 10:53 PM | Show all posts
Kebudayaan Jowo Mataram

Masyarakat Jowo mempunyai sistem sosial yang rumit. Mereka sebenarnya masyarakat berbudaya Hindu-Jowo serta sudah menganuti Brahmanisme sejak era Medang Kawulan lagi. Orang awam di Medang Kawulan biasanya terlibat dengan pertanian utamanya pertanian padi. Ada juga yang menjadi pemburu, pedagang, seniman, pembuat senjata, askar, pelayar, penari, pemuzik, penjual makanan dan lain2. Kehidupan masyarakat Jowo boleh dilihat di ukiran koil2 Jowo. Pertanian padi menjadi nadi utama ekonomi kerajaan Jowo Mataram dan kampung2 dalam mandala Mataram membayar cukai dalam bentuk beras kepada keratuan (istana). Selain itu abu gunung berapi memang berguna untuk pertanian padi. Setengah kampung Jowo dikurniakan oleh raja mereka dengan gelaran sima (tak ada cukai) dan direkodkan dalam batu besulat. Padi yang datang dari kampung2 sima disimpan untuk biaya pembinaan bangunan keagamaan seperti koil.

Raja Jowo diibaratkan sebagai Chakkavarttin atau maharaja. Raja dan kerabat diraja serta pegawai2 kerajaan mempunyai kuasa untuk melancarkan projek2 awam seperti projek saliran atau pembinaan koil. Kerajaan juga meninggalkan banyak koil2 dan monumen. Yang utama sekali tinggalan Hindu Jowo Mataram adalah Chandi Prambanan, Chandi Sewu, dan Chandi Plaosan. Istana tempat maharaja Jowo tinggal dipanggil sebagai Kedatuan atau Keraton. Ia menjadi pusat pemerintahan kerajaan. Menurut sejarah, pusat kerajaan Medang-Mataram adalah di lembangan Prambanan. Lembangan itu dinamakan sebagai Mataram (Ibu). Selepas beberapa orang raja, ibu negara Medang berpindah ke tempat lain. Jowo juga mempunyai ibu kota lain seperti Mamrati (Amarati) dan Poh Pitu. Kedua2nya dipercayai bertempat di lembangan Kedu. Dalam abad Jowo Timur kemudiannya, pusat negara lain muncul seperti Temulang dan Batu Galoh dekat Jombang selain daripada Wuatan dekat Madiun.

Sejak pembentukan Medang Mataram, ia merupakan kerajaan yang mempunyai pemerintah penganut aliran Shaiva. Mereka membina koil Siva seperti di Gunung Wukir yang disebut dalam batu besulat Changgal oleh Sri Sanjaya. Sejak pemerintahan Panangkaran, ajaran Buddha Mahayana mula mendapat tempat kerana pengaruh keluarga Shailendra. Muncul pula kawasan pemujaan seperti chandi2 Kalasan, Mendut, Pawon, Borobodor, dan Sewu di tengah Jowo mewakili ajaran Buddha. Sokongan kerajaan terhadap ajaran Buddha bertahan dari zaman Penangkaran sampai zaman Samaratungga. Ketika pemerintahan Rakai Pikatan, baginda mula menyokong semula aliran Shaiva dengan pembinaan Shivagraham (Prambanan).     

Chandi Prambanan dalam Yogyakarta dibina atas perintah Raja Pikatan (838-850) dan diteruskan sehingga zaman Raja Logapala (850-890) dan Raja Belitung (899-911). Di bahagian chandi utama ada pujian kepada dewa Siva. Chandi yang terbesar ditujukan untuk Trimurthi yang mewakili Brahman. Koil ini adalah koil yang terbesar dalam Indonesia dibina dalam zaman Mataram. Yang lain2 adalah seperti Sambisari, Gebang, Barong, Ijo, dan Morangan. Walaupun raja2 menganut aliran Shaiva, tetapi mereka tetap memberi perlindungan kepada ajaran Buddha.

Koil Sewu ditujukan untuk Bodhisattwa Manjushri menurut batu besulat Keluran dikatakan mungkin dibina pada awalnya oleh Penangkaran dan kemudian diperbesar serta disempurnakan dengan perintah Rakai Pikatan. Hal ini kerana maharani, puteri Pramovardhani beragama Buddha. Kebanyakan rakyat Jowo adalah penganut aliran Shaiva. Chandi Buddha seperti Plaosan, Banyunibo dan Sajiwan dibina pada zaman Rakai Pikatan dan Maharani Pramovardhani selepas mereka menghalau Balaputradewa.

Dari abad ke-9 sampai ke10, kerajaan Medang-Mataram menyaksikan zaman kesenian Jowo berkembang dalam rangka ajaran Brahmana. Ada epik Ramayana diukir pada dinding chandi Prambanan juga. Semasa abad ini juga, kekavin Ramayana dalam bahasa Jowo lama dikarang. Kekavin Ramayana ini dipanggil sebagai Ramayan Yogeshwara menurut gelaran penulisnya iaitu Yogeshvara dalam abad ke-9. Yogeshvara adalah Brahman dalam istana Medang di tengah Jowo. Ramayana karangannya ada 2770 shloka dengan bahasa rojak Jowo lama dan Sanskirit. Yang berpengaruh sekali adalah Ramayana yang dipanggil sebagai Ravanavadham oleh Brahman Bhatti.         

Nama kerajaan Hindu Medang-Mataram ada tercatat di piring tembaga bertarikh 822 Saka (900). Ia ditemui di Manila di Filipina. Ia bertulisan Jowo Kawi dalam bahasa Melayu lama. Ada banyak perkataan bahasa Sanskirit dan bahasa lain mungkin sekali bahasa Jowo lama dan Tagalog lama. Ia memberikan gambaran bahawa kemungkinan pegawai kerajaan Mataram ada terlibat dalam perdagangan dan menjadi rajaduta di kawasan2 jauh sejauh Filipina serta menunjukkan ada hubungan diplomatik antara kerajaan2 purba dalam kawasan Indonesia serta Filipina.
Reply

Use magic Report

Follow Us
 Author| Post time 21-11-2011 08:06 PM | Show all posts
Hindu Jowo Show of Ramayana Parts


http://www.youtube.com/watch?v=zMdE3fbBp_0
  

http://www.youtube.com/watch?v=LJ-gLE54tFM&feature=related
  

http://www.youtube.com/watch?v=G_B_9zue2QQ&feature=related


These implies that Jowo should convert to Hindu-Javanism and learn properly bhagavadgitam because it could serve their cultural foundation rather than being forced to be abangan forced "Muslim" as it is harming for karmic law
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 21-11-2011 11:42 PM | Show all posts
Kebangkitan Gerakan Hindu di Pulau Jowo
Oleh Thomas Reuter

Selama 1000 tahun, kerajaan2 Hindu tumbuh subur di Pulau Jowo sehingga kemasukan Islam ke timur Jowo. Pada tahun 1970-an, sebuah gerakan Hindu mula melebarkan sayap ke seluruh pulau Indonesia. Agama Hindu mendapat banyak penganut ketika negara mencapai pelbagai krisis. Ia juga mendapat perhatian terbesar di Pulau Jowo yang menjadi pusat politik Indonesia.

Menurut kajian etnografi mengenai lima kelompok mesarakat pada candi2 besar Hindu, penulis cuba mengkaji sejarah politik dan dinamik sosial kebangkitan kembali agama Hindu di Jowo.

Penulis tertarik kepada Jowo setelah menjalankan penelitian selama 10 tahun di pulau Bali. Kebanyakan masarakat Bali menganggap diri mereka sebagai keturunan kesatria Hindu Jowo Majapahit yang menakluki Bali ketika abad ke-14. Jumlah penganut Hindu Bali yang menjalani tharmmayatra ke Jowo juga bertambah. Mereka terlibat juga dalam usaha pembangunan koil dan pusat pemujaan Hindu yang baru di Jowo. Kini mereka mendominasi perwakilan kaum Hindu di peringkat kebangsaan. Banyak juga pendeta Hindu Jowo dilatih di Bali.

Hal yang memperngaruhi gerakan ini adalah:

1. Kebangkitan Hinduisme dalam konteks sejarah dan politik

A) Banyak Jowo masih mempertahankan kepercayaan tradisi Hindu yang digunapakai selama berabad2 lamanya sambil menjadi penganut agama lain seperti Islam. Kepercayaan ini dipanggil sebagai Kejawaan atau agama budaya Jowo. Beberapa kelompok masarakat Jowo terpencil masih tetap menganuti Hinduisme secara terbuka. Salah satunya adalah kelompok Jowo Tengger di Jowo Timur. Kebanyakan Hindu Jowo yang direkod dalam laporan ini juga asalnya adalah Muslim yang murtad menjadi Hindu-Jowo semula.

Laporan tahun 1999 yang tak pernah diumumkan oleh Pejabat Statistik Kebangsaan Indonesia menyatakan bahawa kira2 100 000 Jowo secara rasminya keluar dari Islam menganut semula agama nenek moyang iaitu agama Hindu dalam 20 tahun kebelakangan ini. Pada masa yang sama, cabang pertubuhan Hindu, Parishad Hindu Indonesia di Jowo Timur menyatakan bahawa penganut Hindu sudah meningkat ke 76 000 dalam tahun ini saja. Angka ini tidak sepenuhnya dipertanggungjawabkan dan tidak pula menggambarkan keadaan sebenar peningkatan penganut Hindu Jowo kerana ia hanya berdasarkan kepada nama agama yang tercantum di KTP dan hanya menurut laporan agama rasmi. Menurut pengamatan penulis, ramai yang menganut Hindu Jowo tidak melaporkan diri mereka.

Peratusan Hindu Jowo adalah lebih ramai daripada peratusan Hindu Bali. Data ini dikumpul secara bebas selama penelitian penulis di Jowo Timur menunjukan bahawa cepatnya peningkatan penganut Hindu Jowo selepas kejatuhan rejim Suharto pada tahun 1998.

Sebelum tahun 1962, agama Hindu tidak diakui di peringkat kebangsaan sehingga penganut Hindu Kejawen tidak dapat melaporkan agama mereka secara rasmi. Permohonan pengakuan kehinduan sebagai agama rasmi dikemukakan oleh pertubuhan agama Hindu Bali dan ia diterima dalam tahun 1962 demi kepentingan masarakat Bali yang majoritinya penganut Hindu. Pertubuhan terbesar iaitu Parishad Hindu Tharmma Bali kemudian diubah nama menjadi Parishat Hindu Tharmma Indonesia bermula tahun 1964 menjadi badan penyebaran semula agama Hindu secara kebangsaan dan bukan sahaja di Bali. Pada awal tahun 70-an, orang Toraja di Sulawesi juga memeluk agama nenek moyang mereka kembali yang dpengaruhi Hinduisme. Masarakat Batak Karo di Sumatera pada tahun 1977 dan masarakat Dayak Ngaju di Kalimantan dalam tahun 1980 juga mengambil tindakan yang sama.



B) Identiti agama menjadi masalah bagi penganut Hindu Jowo mendapat status rasmi maka mereka mengenali diri mereka sebagai Muslim walaupun mereka bukan Muslim. Hal ini sudah terjadi sejak rusuhan anti komunis tahun 1965-66.  Jowo2 yang tidak dapat menyatakan agama mereka akan digolongkan sebagai atheist dan dituduh menjadi komunis. Atas alasan ini kebanyakan Jowo juga menganut Hindu Kejawen kerana mempertahan agama pusaka nenek moyang dan bagi masarakat luar Jowo, Hinduisme lebih baik dipilih berbanding Islam. Namun begitu, kebanyakan Jowo pula tidak lah menjadikan Hinduisme sebagai pilihan kerana tiada pertubuhan Hindu mengajar mereka dan juga mengelakkan masalah dengan pertubuhan Islam seperti Nahdatul Ulamak (NU). Anggota NU bukan sahaja kerap membunuh komunis, tetapi juga mereka membanteras unsur Hindu Kejawen yang biasanya dianuti oleh ahli parti kebangsaan seperti Sukarno. Untuk melindungi nyawa mereka, Hindu Kejawen terpaksa mengumumkan diri mereka sebagai Islam.

Pada ketika Orde Baru, Suharto sebenarnya tidak mempunyai agama yang tetap. Ketika tahun 90-an sahaja baru beliau mendekati pertubuhan Islam. Awalnya beliau sangat gigih mempertahankan ajaran Hindu Kejawen tetapi beliau terpaksa membuat tawaran2 kepada kelompok Islam kerana beliau kurang mendapat sokongan mesarakat dan kententeraan. Tindakannya yang jelas sekali terlihat pada sokongannya kepada Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang anggotanya terang2an mahukan negara dan masarakat yang hanya Muslim di Indonesia.   

Kekhuatiran mula timbul apabila ICMI menjadi pertubuhan yang menguasai birokrasi kebangsaan dan melaksanakan program2 pendidikan Islam secara meluas, membangun masjid2 melalui Jabatan Agama Indonesia dan menyerang aliran2 dan penganut Hindu Kejawen Jowo. Dalam masa yang sama pelampau Islam juga membunuh orang2 yang dipanggil sebagai dukun atau pengamal perubatan Jowo. Hal ini terlihat pada pembunuhan dukun santet Jowo oleh ninja2 di kawasan2 terpencil di pulau Jowo.

Pengalaman2 pahit dan penindasan2 terhadap Hindu Kejawen Jowo menyebabkan mereka takut untuk menyatakan agama mereka serta benci terhadap Muslim. Dalam wawancara tahun 1999, Jowo2 yang mengumumkan Kehinduan Jowo mereka di Jowo Tengah dan Jowo Timur menyatakan bahawa mereka tidak hairan pun dengan identiti keislaman tetapi mereka berasa sakit hati kerana mereka terpaksa meninggalkan tradisi nenek moyang Hindu Kejawen mereka dan tidak lagi melakukan upacara2 keagamaan Hindu Kejawen Jowo yang sudah sebati dalam kehidupan mereka. Bagi menyatakan hasrat politik mereka, kebanyakan penganut Hindu Kejawen mengumumkan memeluk agama Hindu semula dan menjadi anggota parti Megawati Sukarnoputri. Sumber keterangan kelompok ini menyatakan bahawa mereka hanya kembali kepada agama kerajaan lama mereka iaitu Majapahit dan ia merupakan kebanggan kebangsaan mereka. Ia diwujudkan melalui pandangan politik baru yang menjadikan mereka lebih yakin kepada diri mereka.



Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 21-11-2011 11:57 PM | Show all posts
2. Kebangkitan Hindu Kejawen dalam Konteks Sosial dan Ekonomi

Ciri2 umum dalam masarakat Hindu Jowo yang baru adalah cenderungnya mereka berkumpul di pura (koil) yang baru dibangunkan atau di candi2 purba yang diwartanegarakan sebagai tempat pemujaan Hindu. Satu dari pura kehinduan dibangunkan di Jowo Timur adalah Candi Mandragiri Sumeru Agung berdekatan dengan Gunung Sumeru. Ketika selesai pembinaan candi ini pada bulan Julai 1992, ia mendapat bantuan dana dari Bali, selain hanya beberapa keluarga setempat sahaja yang rasmi memeluk agama Hindu Kejawen Jowo. Dalam bulan Disember 1999, masarakat Hindu tempatan berkembang menjadi seramai 5000 keluarga.

Perpindahan agama secara meluas ini terjadi juga di daerah sekitar candi Agung Belambangan yang merupakan candi baru yang dibina di daerah sisa2 kerajaan Belambangan yang menjadi pusat kekuatan politi Hindu terakhir di Jowo. Yang penting lagi adalah candi Loga Moksha Jayabhaya dekat desa Menang di Kediri. Raja2 dan patinggi Hindu, Jayabhaya dipercayai mencapai moksha di situ.

Gerakan Hindu Jowo lain yang mula timbul di daerah sekitar Candi Puncak Rawung di Jowo Timur. Daerah ini ada disebut dalam sastera Bali sebagai tempat Bhagawan Hindu, Maharesi Markandeya mengumpulkan para penganut Hindu untuk ke pulau Bali membawa bersama ajaran Brahmana ke situ pada abad ke-5.

Kebangkitan Hindu Jowo juga kelihatan di Candi Hindu Purba dekat Trowulan di Mojokerto. Daerah Jowo ini dikenalpasti sebagai ibu kota kerajaan Majapahit. Gerakan Hindu setempat berusaha mendapatkan keizinan menggunakan candi yang baru sahaja digali sebagai tempat pemujaan mereka. Candi ini akan dipersembah kepada Patek Gajah Mada, perdana montri Majapahit yang berjaya mengembangkan kerajaan Hindu kecil sehingga meliputi Sabang ke Marauke (Indonesia). Walaupun banyak menerima tentangan dari pertubuhan Islam di Jowo Tengah, mesarakat Hindu Jowo masih berkembang di situ. Contohnya di Klaten di Candi Perambanan.

Candi Perambanan

Selain itu, candi2 besar Hindu juga dipercayai mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan kepada penduduk Jowo. Selain itu, ia mendatangkan pembiayaan dana untuk para pekerja yang terlibat dalam pemuliharaan bangunan candi. Penganut Hindu dari Bali juga sering bertharmmayatra ke Jowo maka candi kebangsaan Jowo akan mendatangkan pulangan lumayan kepada penduduk Jowo setempat. Ada banyak hotel dan kedai2 yang menawarkan sajian untuk dewata yang sudah siap, pengangkutan, dan makanan bagi para pelawat. Pada hari raya Hindu, beribu2 penganut Hindu akan melawat. Pelawat akan memberi dana besar2an kepada candi besar jadi penduduk Jowo tempatan juga tertarik akan hal ini. Kemakmuran ekonomi penganut Hindu Bali membuatkan Jowo2 sekelian berpendapat bahawa budaya Kehinduan lebih banyak menyumbang kepada mereka jika dibandingkan budaya Islam.



Reply

Use magic Report

 Author| Post time 22-11-2011 12:24 AM | Show all posts
3. Kebangkitan Hinduisme sebagai Menepati Ramalan Negara Hindu Impian

Pihak2 yang menyokong dan menentang Hinduisme selalunya mengaitkan kebangkitan Hinduisme secara2 tiba2 di Jowo dengan ramalan terkenal dari Brahman Sabda Palon dan Jayabhaya. Dalam ramalan ini dinyatakan beberapa ramalan tentang bencana alam dahsyat serta beberapa berita yang baik di masa depan. Walapun pengertian ramalan itu difahami berbeza oleh kelompok2 Jowo ini. Harapan agar ramalan ini ditunaikan merupakan tanda ketidakpuasan hati yang membesar atas pemerintahan Suharto yang korup dan kuku besinya di tahun 1990-an sampai akhir 1998. Ia diikuti oleh demonstrasi mahasiswa di kota2 Jowo dalam masa yang sama dengan krisis ekonomi Asia. Krisis politik dan ekonomi yang lebih besar terus berlaku di Indonesia menumbuhkan semula harapan para Jowo sekelian.

Presiden Abdul Rahma Wahit, presiden Indonesia merupakan yang awal terpilih secara demokratik. Ia tetap mengundang kritikan kerana pada masa sama terjadi pertentangan keagamaan, pemberontakan Acheh dan Papua Barat dan skandal korupsi pemerintahan. Masarakat ramai menyangka ketidakstabilan politik di bawah pemerintahan Sukarnoputri sejak 23 Juali 2001 akan terus berlaku. Selain itu dikhuatiri juga terjadi penindasan seperti zaman Suharto. Menurut penentang dan penyokong gerakan agama Hindu Jowo ini, keadaan politik tidak menentu memang menepati ramalan kedua2 Brahman Sabda Palon dan Jayabhaya.

Ramalan Brahman Jowo Sabda Palon

Menurut lagenda, Sabda Palon merupakan pendeta Hindu dan penasehat Bhrawijaya V yang merupakan raja terakhir kerajaan Majapahit Hindu. Sabda Palon mengutuk dan melaknat tindakan raja meninggalkan ajaran Brahmana dan Hinduisme untuk menganuti Islam pada tahun 1478. Sabda Palon berjanji akan kembali semula selepas 500 tahun ketika korupsi politik dan bencana alam berlaku di Jowo bagi menyepak keluar Islam dari Pulau Jowo serta membangkitkan semula agama pusaka bangsa Jowo iaitu agama Hindu Jowo sekaligus membangunkan semula masarakat Hindu di Jowo.

Beberapa candi Hindu baru yang pertama dibina semula di Jowo selesai pembinaan pada tahun 1978 seperti candi Belambangan di Banyuwangi. Sesuai dengan ramalan pendeta2 Hindu, Gunung Sumeru meledak waktu itu. Ia dianggap sebagai bukti kepada ramalan Brahman Sabda Palon. Kedua2 Jowo Hindu dan "Islam" juga menerima prinsip ramaln ini walaupun tafsiran mereka berbeza. Kelemahan dalam masarkat Islam sendiri menyebabkan golongan Jowo kembali menganut Hinduisme dengan menyalahkan sifat kebendaan dunia moden dan jatuhnya nilai keagamaan kerana penerapan Islam yang tidak murni melalui tatacara campuran dengan pemujaan Hindu Kejawen yang melambangkan ketidak ikhlasan keagamaan.  

Ramalan Brahman Jowo Jayabhaya

Ramalan satu lagi yang terkenal adalah Jayabhaya terkenal di Indonesia dan Jowo amnya. Buku ramalan ini ditulis oleh Susetro dan Arief menjadi buku jualan terbaik kebangsaan. Ramalan Jayabhata ini seringkali menghiasai akhbar dalam bahagian perbincangan. Ramalan purba ini menjadi perbualan harian masarakat di Jowo.

Tokoh Jayabhaya ini nama penuhnya Shri Mapanji Jayabhaya berkuasa di kerajaan Kediri di Jowo Timur tahun 1135-1157. Beliau terkenal dengan usaha menyatukan semula Jowo yang berpecah akibat kemangkatan raja Jowo iaitu Airlangga. Jayabhaya terkenal dengan keadilan dan kemakmuran dalam kerajaannya serta mementingkan rakyat. Beliau dianggap juga sebagai avatara dewa Vishnu menjadi ratu adil yang muncul di zaman elan di akhir putaran tata suriya bagi menegakkan keadilan menurut ajaran aliran Vaishnava Hinduisme. Ramai percaya ratu adil baru akan muncul apabila kenderaan besi bergerak sendiri tanpa kuda2 dan kapal2 belayar menembusi langit. Ratu adil akan sampai menyatukan Jowo (Indonesia) selepas krisis hebat dan membawa kepada zaman keeemasan yang baru.

Dugaan terjadi bencana besar dan negara impian mengingatkan bahawa putaran tatasuriya akan berakhir dan akan masuk zaman penuh busuk dan akhlak buruk dari zaman lampau. Ia harus diperbaiki agar mengulangi kejayaan masa lampau. Hindu Jowo sekelian mengenang kedua2 Brahman Sabda Palon dan Jayabhaya dengan kebanggaan (termasuk Jowo di Malesia yang masuk tahun 1970-an sampai sekarang). Jowo yang tidak tahu diri sendiri merupakan penganut Hindu-Javanism pula menyatakan bahawa Brahman Jayabhaya itu Muslim dan Sabda Palon tidak mahu menganut Islam kerana beliau berhadapan dengan Islam yang tidak murni pada zamannya. Kedua2 pengkaji Hindu dan Muslim di Jowo juga berpendapat zaman ramalan itu ditepati oleh zaman ini. Ia mungkin berbentuk reformasi politik besar2an atau revolusi. Kedua2 Brahman percaya bahawa ramalan akan dilaksanakan pemimpin berakhlak tinggi.

Pengaruh ramalan Brahman Jayabhaya sangat berkesan dalam diri setiap Jowo. Abdul Rahman Wahit sendiri berkunjung secara rahsia ke candi keramat raja Jayabhaya di Bali, dekat Kuil Puncak Penulisan (Kuil Saraswati). Lepas kunjungan peribadi beliau pada malam hari di kuil Hindu purba itu, pendeta2 Hindu di situ menyatakan bahawa Gus Dur ada berbincang dengan mereka tentang ramalan2 Jayabhaya dan kedatangan ratu adil Jowo.

source: http://adhiwus.wordpress.com/200 ... -di-jawa-indonesia/
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 22-11-2011 04:12 PM | Show all posts
So Jowos are recommended to return to the religion of their nenek moyang and Mataram I kingdom which is Hindu-Javanism of Saiva Siddhanta and Tantra school because Islam is not suitable for Jowos (Indonesia). Jowos are only harming world karmic balance by declaring themselves as Muslims while they do not want to be Muslims. Non-Hindu Jowos should stop proselytizing Jowos but Hindu and Brahman acharyas must teach them tharmma again! Jowos just return back to worship Sang Hiyang Withi Wiyasa (Lord Shiva) just like what Brahman Sabda Palon wishes and nobody will claim Jowo anymore, give respect to Vande Mataram and Jowo will win SEA games again!


http://www.youtube.com/watch?v=_fsTpa-Vrp4&feature=related


http://www.youtube.com/watch?v=3g8nQuX8dUg
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-11-2011 02:57 PM | Show all posts
Post Last Edit by genot at 23-11-2011 14:59

Satrio Pininggit

Hindu Kejawen Jowo mempercayai Satrio Pininggit (Kesatria Tersembunyi). Hal ini disebut dalam Jangka Jayabhaya (Ramalan Jayabhaya) oleh Raja Kediri Jowo, Jayabhaya. Dipercayai Kesatria ini akan menjadi pemimpin dunia dan akan datang dari Pulau Jowo Timur. Kemungkinan juga Jowo kontrak atau Jowo yang bermigrasi pada tahun 1970-an dan ibu bapa mereka mendapat IC Merah di Malaysia adalah Kesatrio Peninggit ini.

Jangka Jayabhaya

Maharaja Jayabhaya adalah raja kerajaan Kediri di Jowo Timur bermula tahun 1135 - 1157. Baginda raja Jowo ini dikenali sebagai raja yang adil dan memerintah negara Jowo yang makmur. Baginda juga merupakan Vishnuvataram serta mempunyai kesaktian mandturogono kerana baginda boleh meramal masa depan.

Jayabhaya juga terkenal dengan Serat Ramalan Joyobhoyo Musoror, Serat Phranitivikyo dan lain2 kitab ramalan Hindu Kejawen Jowo. Jayabhaya juga dikaitkan dengan kitab Phralembang Jayabhaya yang banyak mempengaruhi pemikiran Hindu Kejawen Jowo semasa zaman penaklukan Jepun di Jowo (Indonesia) pada tahun 1942-1945.

Menurut shloka dalam ramalan Jayabhaya:

"Jowo2 akan diperintah orang puteh sampai 3 abad lamanya, dan oleh teman pendek untuk tempoh hayat padi sampai kepada masa Ratu Adil yang namanya itu ada sebutan huruf tulisan Hindu Jowo NotoNegoro."

Apabila Jepun menakluki Serikat Hindia Timur Belanda (Indonesia Jowo) dalam minggu pertama 1942, orang Jowo semua menari2 di jalanan mengalu2kan tentera Jepun kerana menyangka sudah dipenuhi lah ramalan raja Jowo Kediri mereka. Tapi kemudian mereka pula diseksa oleh orang kuning dari utara. Jepun menepati ramalan raja Jayabhaya Jowo selama satu windu tempoh penanaman padi. Lepas itu baru Jowo terbebas dari jajahan asing. Kepada kebanyakan Jowo, Jepun adalah pembebas mereka.


Ramalan Tentang Satria Peninggit Jowo

Jayabhaya meramal bahawa Kesatria Peninggit akan menjadi pemimpin masa depan (Maitreya) dari Nusantara. Dia ini berketurunan raja Hindu Majapahit, bijaksana seperti Jowo Majapahit sekelian, jujur, dan adil. Satria ini akan menegakkan keadilan ke seluruh dunia bermula di Jowo. Jadi awalnya Satria Peninggit akan menakluki Nusantara (Dunia Melayu: fahaman politik Malaysia) dahulu. Oleh itu Indonesia-Jowo hari ini cuba melakukan perlbagai jalan bagi memenuhi ramalan raja Jayabhaya Hindu Kediri Jowo. Akan tetapi mengapa mereka tidak mahu memuja Dewa Shiva semula?!

Menurut Jayabhaya, dalam hayat Satria Peninggit ini dia akan melalui kesakitan, selalu dimalukan, tidak bertuah, dan kesapar (miskin). Kebanyakan Jowo imigran di Malaysia adalah kesapar, jadi mungkin Jowo di Malaysia akan menjadi Satria Peninggit mengikut ramalan Jayabhaya. Selepas itu, ia akan menerima geleran Satria Wiragung. Banyak Jowo percaya bahawa ramalan ini mungkin akan dipenuhi dalam bentuk pemimpin dunia atau raja atau lebih dari itu. Ia akan menakluki dunia sebelum pusingan yuga ini tamat. Mungkin Satria ini akan dipilih dari pilihan raya walaupun dia tidak pernah minta diundi. Dalam kata lain Satria Jowo ini akan mengetuai satu revolusi besar bermula dari dunia Jowo (dunia Melayu). Sebelum Peninggit Satria Jowo datang, akan berlaku bencana alam besar2an.

Terjemahan seloka 140-141 Jayabhaya

Perangai Jowo2 sekalian seperti mahu cepat kaya (seperti dalam sinetron), tidak benar (suka menipu), tidak sejati, tidak berani (penakut) mengakui kehinduan (munafik). Maka mereka akan cepat mati.

Banjir kilat akan terjadi serata2, gunung merapi meletus tiba2 sahaja tiada amaran, benci ia pada dukun2 tapa tidak makan tidak tidur, kerana dukun2 tapa takut rahasianya itu terbongkar (tidak mau mengakui kehinduan)!

Ciri2 Peninggit Satria dalam seloka 159

Pada hampir tamat kaliyuham, ia akan naik menjadi dewata dalam jasad manusia, wajahnya seperti wajah bhagawan Krishna, sifatnya seperti Baladeva, dan senjatanya Trishulvedha menandakan perubahan zaman. Orang ramai akan mengembalikan pinjaman mereka membayar hutang, hidup untuk hidup sebenarnya, malu untuk malu sebenarnya.

Kejadian Sebelum Ketibaan Peninggit seloka 161

Datangnya dari timur kaki gunung Lawu sebelah timur sungai Bengawan,  rumahnya seperti rumah Raden Gatotkaca (watak Mahabharata), dan bentuknya itu seperti sangkar burung merpati berlapis tiga.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-11-2011 03:29 PM | Show all posts
Hindu Kejawen

Hindu Kejawen atau Hindu-Javanism adalah prinsip2 yang mengisi pencarian dalaman diri seseorang menurut konsep pengosongan minda. Menurut Hindu Kejawen, ia tidak lah terlalu berkaitan dengan keagamaan sangat tetapi lebih kepada moral dan nilai kerohanian yang terdapat dalam tradisi Hindu Jowo. Ia bukan seperti Islam, Yahudi, atau Kristian kerana ia dari tradisi Hindu Jowo.

Dalam kebatinan, Hindu Kejawen menekankan penyesuaian dalam diri, hubungkait diri dengan alam semesta, dan juga dengan Dewata. Hindu Jowo sangat mempercayai perkara2 mistik, yang tersirat, dan alam ghaib. Ia menggabungkan wichaksana (hikmah), waskita (kuasa batin), dan sempurnna. Penganut Hindu Jowo perlu mengawal nafsu, mengelakkan keselesaan dunia (Jowo migran banyak lari ke Malaysia dan mengaku masuk Melayu (Islam) macam mamak sebab suka hidup senang dapat menjual bakso/daging), jadi mereka akan mendapat pencerahan dan bersatu dengan roh alam semesta (paramatman).

Thapa

Penganut Hindu Kejawen Jowo percaya dengan kewujudan bawah sedar yang tinggi dalam alam semesta yang di luar dari batasan pemahaman manusia. Ia mengawal dan memberi petunjuk kepada manusia dalam urusan kehidupan dan untung nasib. Kesedaran tinggi ini dipercayai boleh dihubungi melalui tapha. Ada beberapa jenis thapa yang diamalkan oleh Hindu2 Jowo:

1. Thapa Ngalong atau bertapa sambil tergantung di pohon2.
2. Thapa Patigenih atau mengelakkan cahaya dan api beberapa hari duduk dalam bilik2 gelap sahaja.
3. Thapa Senen Kamis atau puasa Isnin dan Khamis menurut campur aduk ajaran Islam.
4. Thapa Muteh atau mengelak makan dan minum benda2 yang masin dan manis, mereka makan benda2 kosong sahaja.
5. Thapa Ngebeleng atau puasa tak makan apa2 selama 3-7 hari.
6. Thapa Ngadam atau berjalan atau berdiri dari waktu terbit matahari sampai terbenam matahari, atau 24 jam sambil diam.
7. Thapa Kungkum atau bertapa bawah air terjun kecil atau titik pertemuan 2-3 sungai dipanggil sebagai tempuran/tiampohan.

Puasa biasa diamalkan oleh Hindu2 Jowo bagi membersihkan minda dan jasad selain mengelakkan dari gangguan kebendaan dan emosi berlebihan. Kebanyakan penganut Hindu Jowo bertapa ikut cara sendiri bagi mendapat kebebasan jasad dan rohani. Mereka tidak bertapa dalam masjid atau dalam gereja, tapi mereka akan ke gua2, tebing2 bukit, atau membuatnya dalam rumah sahaja. Ia diajarkan kepada anak2 Jowo walaupun ibu bapa Jowo mengatakan dirinya menganut Islam atau Kristian. Di Malaysia, ajaran Hindu-Jowo diajarkan oleh pendatang2 Jowo yang masuk melalui kawasan selatan Malaysia dan diberikan kad pengenalan merah oleh kerajaan. Larangan terhadap pengisytiharan agama Hindu-Jowo oleh kerajaan kepada Jowo2 menyebabkan berlaku campur-adik yang tidak sepatutnya berlaku!

Antara aliran Hindu-Jowo Moden

1. Aliran Sumarah


http://www.youtube.com/watch?v=WUe1EAqdLsQ&feature=related


Menurut aliran Hindu-Jowo ini, manusia dengan jasad dan rohaninya ada tiga bahagian. Bagian jasad tubuh badan dan otak, bahagian dunia yang ghaib, dan dunia yang lebih halus. Dalam otak ada bahagian2 pemikiran yang berfungsi dua. Satu untuk menyimpan ingatan dan satu lagi untuk bersatu dengan Paramatman. Suksma mengawal nafsu, mana Jiva akan menyediakan kuasa untuk mengawal pemikiran dan persoalan manusia. Dunia yang tidak kelihatan itu letaknya di dada, dan jiwa itu roh yang tidak kenampakan. Di situ ada rasa. Yang dunia lebih tersirat dan halus itu tersembunyi dalam jantung manusia. Ahli aliran Hindu-Kejawen Jowo Sumarah ini menyatakan bahawa roh manusia itu tercetus dari sumber yang sama dengan Tuhan. Ia boleh diterangkan juga menurut pemahaman orang2 di India seperti Naan Kadavul (Aham Brahmasmi) atau bahasa Jowo nya Kawula Gusti. Ini adalah kepercayaan Hindu-Kejawen Jowo.

2. Sapta Dharma

Tujuh Dharma yang terlahir selepas Revolusi Indonesia (Jowo).
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-11-2011 05:45 PM | Show all posts
Sapta Dharmma

Aliran Hindu-Kejawen ini mendapat status sebagai aliran kerohanian di Jowo (Indonesia). Ahlinya diarahkan untuk menyembah Tuhan dan menjalani kehidupan menurut Sapta Dharmma atau Tujuh Kewajipan. Ia bagi memastikan mereka selamat di dunia dan di kehidupan masa depan. Wahyu mengenai aliran agama Hindu-Kejawen ini diterima oleh Bapak Jowo Harjosapuro di Pare, dekat Kediri di Jowo Timur pada 27/12/1952.

Bapak Jowo Harjosapuro

Dia dilahrikan di Desa Sanding di tapak kerajaan Kediri pada 1910. Dia merupakan pengasas aliran agama baru Hindu-Kejawen ini. Selain itu, dia seorang buta huruf dan menentang pergerakan Pemuda Sosial Indonesia (PESINDO). Kerjanya hari2 adalah menjadi tukang cukur serta menjadi dukun memberi ubatan kepada orang sakit. Dia tahu ilmu magnetik dipelajari dari Bapak Jowo RM Suwono dari Jogjakarta.

Ajaran Hindu-Jowo Sapta Dharma

Penganutnya menganggapnya sebagai ajaran yang sederhana saja, selain jika dibincangkan pun tidak akan habis2. Intipati ajarannya adalah berpunca dari sujud dan pelaksanaan wewarah tujuh dalam kehidupan seharian penganut aliran Hindu-Kejawen Jowo ini. Ia mengajar ajaran kebatinan sederhana kepada para Jowo sekelian. Tuhan dalam ajaran Hindu-Jowo ini dipanggil sebagai Allah seperti nama Tuhan orang Arab dan Tuhan penganut Islam bukan Arab lain. Sebutan lain untuk Tuhan ada Sang Hiyang Withi tetapi Sang Hiyang Withi merujuk kepada Dewa Shiva Maheswara. Tuhan bagi mereka tidak mempunyai Zat Mutlak, kerana Tuhan bebas dari hukum karmma. Sifat2 Tuhan disebut menurut bahasa Arab bercampur bahasa Sanskrit-Jowo seperti Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Vasesa, dan Maha Langgeng. Lima sifat Tuhan ini dipanggil sebagai Panchasila Allah.

Allah/Dewa Shiva

Ajaran ini tidak mengajar lanjut mengenai konsep ketuhanan melainkan cuma menyebut Tuhan sebagai Allah atau Sang Hiyang Withi (Dewa Shiva). Allah tu pengaruh Islam. Tuhan tidak terkena hukum sebab dan akibat (karmma). Tuhan Mutlak dan punca pula kepada sebab dan akibat. Oleh kerana Allah adalah konsep ketuhanan lain, maka aku cuma merujuk kepada Dewa Shiva sahaja disebabkan Jowo2 adalah Hindus by origin maka tak perlu guna pun perkataan Allah nanti jadi macam orang Katolik pula. Sifat Tuhan atau Dewa Shiva ada lima, Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Visesa dan Maha Langgeng. Ini lima sifat disimpulkan sebagai Panchasila Tuhan dalam Sapta Dharmma.

Manusia

Ajaran Sapta Dharmma Hindu-Kejawen Jowo ini mengajarkan nilai bahawa manusia adalah gabungan roh dan benda. Roh itu sinar cahaya Tuhan manakala manusia berkomunikasi dengan Tuhan, manakala benda adalah tubuh manusia. Gabungan roh dan benda ini ada disebabkan oleh perantaraan ibu dan bapa. Manusia menurut Sapta Dharmma adalah makhluk tertinggi berbanding haiwan dan tumbuhan. Menurut aliran ini, tubuh manusia ada radar. Radar ini jika dijaga baik akan memberikan kewaspadaan dalam menjalani kehidupan. Manusia umumnya mengambil makanan berasaskan haiwan dan tumbuhan. Dari makanan akan timbul kesan baik atau buruk. Jadi manusia sebenarnya tertakluk kepada diri sendiri atau hawa nafsunya sendiri.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-11-2011 06:12 PM | Show all posts
Wawasan Ajaran Sapta Dharmma

Kerohanian aliran ini adalah untuk kebahagiaan penganutnya. Ia membentuk peribadi manusia berdasarkan budi pekerti, serta mengajar para Jowo dengan sikap kesatriaan utama.

Wewarah Tujuh

Maksudnya pedoman hidup ada tujuh dilalui oleh penganut ajaran Hindu-Kejawen moden ini. Aku cuma tak paham kenapa mereka kena ambil unsur agama Islam sedangkan ada ajaran Smartha dan lain2 yang asli untuk para Jowo???!

1. Setia kepada Allah Hiyang, Maha Agung, Maha Rohimm, Maha Adil, maha Wisesa, Maha Lenggeng.
2. Jujur dan suci hati melaksanakan perundangan negara-bangsa (ajaran UMNO)
3. Turut serta berusaha mempertahan nusa dan bangsa (ajaran UMNO)
4. Suka menolong orang ramai, tidak mengharap balasan melainkan atas rasa cinta kasih (Jowo di Malaysia dan Indonesia tak ada pun sikap2 dalam agama mereka ini).
5. Berani hidup berdasarkan kepada kepercayaan atas kekuatan diri sendiri.
6. Sikap hidup bermasyarakat dan berkeluarga sambil menjaga tatasusila dan budi pekerti.
7. Yakin bahawa dunia tidak abadi dan selalu berubah atau anyakra manggilingan. Sikap penduduk dalam masyarakat juga tidak boleh terlalu statik dan dogmatik, harus mengikut dinamik.

Pemujaan

Pemujaan dilakukan dengan bersujud dan melaksanakan wewarah pitu. Semasa bersujud penganut agama Hindu-Jowo ini akan memerhatikan semula tatacara mereka. Sebelum sujud mereka duduk bersila, mengadap ke timur, tangan bentuk macam orang islam semayang. Mata tengok tempat sujud dan ke satu titik depan jaraknya satu meter. Kena duduk tegak dan tenang. Kepala mesti kosong tidak tengok kiri atau kanan. Kemudian tidak tengok atas atau bawah juga. Mereka sujud tiga kali. Semasa sujud tu ada falsafah orang Jowo dalamnya. Dalam waktu sujud kedua mereka mereka akan minta dalam hati sahaja kesalahan Hiyang Mahasuci mohon ampun kepada Hiyang Mahakuasa sebanyak tiga kali.

Sesanti

Bermaksud semboyan ahli Sapta Dharmma dalam bahasa Jowo disebut sebagai Ing ngendi bae, marang sapa bae warga sapta darma kudu suminar pindha baskhar. Maksudnya mana2 saja dan kepada siapa saja kita berbuat baik tidak kira yang idup maupun yang mati. Ahli sapta dharmma harus bersinar selalu seperti suriya semboyan. Semboyan ini melambangkan kewajipan penganut Hindu-Kejawen Jowo aliran Sapta Dharmma tolong menolong sesama manusia.

Kehidupan Selepas Kematian

Tidak detail. Syurga atau neraka dilihat dengan cara rachut. Kejahatan dan keburukan digambarkan sebagai neraka, hasil dari perbuatan buruk adalah neraka (sengsara). Kebaikan seperti memberi dhana, mengajar kebaikan, dan menolong sesama mencerminkan syurga.

Toleransi Beragama

Ajaran aliran Hindu-Kejawen ini melarang memaksa orang menganut agama mereka. Ia nasihat dari pemimpin mereka Ibu Jowo Sri Pawenang.

Pemujaan

Mereka makan, minum tidur semua sebagai pemujaan juga. Upacara pemujaan mereka adalah sujud, rachut, hening, dan olah rasa.

Sujud - pemujaan menyembah ke Tuhan sekurangnya sekali sehari. Kalau tidak membuatnya maka akan tidak berkat hidup selama 40 hari. Banyak jowo juga mengamalkan begini tetapi mereka dikenali sebagai orang Islam. Ia adalah salah sebab Jowo haruslah beragama Hindu!

Rachut - pemujaan mengadap kepada Paramatman Sang Hiyang Maha Kuwasa. Dalam upacara ini, Roh Suci terlepas dari raga manusia mengadap ke alam langgeng/sorga. Pemujaan ini untuk bekalan roh selepas mati.

Hening - maksudnya semadhi, mengosong pemikiran dan pasrah, ikhlaskan diri hanya kepada Paramatman.

Olah Rasa - bermaksud tenang2 untuk kesegaran tubuh lepas penat bekerja atau olah raga.

Tempat Pemujaan

Ia dipanggil sebagai Sanggar, akan ada seorang tuntunan (ketua) yang menjadi pemimpin kerohanian mereka dalam sanggar. Ada dua sanggar di Jowo iaitu Sanggar Chandi Sapta Rangga dan Sanggar Chandi Busana. Sanggar pertama itu di Jogjakarta manala yang kedua ada di daerah2 Hindu-Jowo.

Perkembangan Aliran Hindu-Kejawen Sapt Dharmma

Pada tahun 1961, aliran ini sudah ada cawangan di Jowo Timur, Jowo Tengah, Samarinda, Jiamis, dan Lematang di Palembang dalam Sumatera. Kemudian yang ramai sekali di Semarang dari lebih kurang 1000 orang penganut sampai puluhan ribu orang. Ada website untuk aliran Hindu-Kejawen ini menyatakan bahawa ajaran ini sudah tersebar keluar negara juga, termasuk di Malaysia.
Reply

Use magic Report

Post time 23-11-2011 07:58 PM | Show all posts
Bagus carian anda..namun begitu ada nikmatnya jika lebih kepada kitab-kitab kita sendiri (agama hindu) dari copy paste dari internet yang terdapat dalam bahasa indonesia dan sebagainya. Huraian dalam bahasa kita (Tamil/Hindi/Sanskrit) adalah lebih baik dari bahasa lainnya. Harap dapat terus menyumbang kearah agama Hindu dengan nama yang Maha Berkuasa Hari Om Shivaaya Namaha.....
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 23-11-2011 08:47 PM | Show all posts
Ya, pendita2 Tamil banyak juga membuat jasa selain terkenal dengan mempertahan aliran Saiva Siddhanta. Aliran ini adalah aliran yang lama di Pulau Jowo. Makanya saudara-saudari orang Tamil perlu sama2 terlibat untuk membawa orang2 itu ke jalan benar!
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-11-2011 09:32 PM | Show all posts
Gayattiri Mantiram versi Jowo-Bali

Jowo penganut agama lain dilarang membuat ajaran sesat mencampur aduk mantram yang diajar ini dengan ajaran agama lain yang tidak berkaitan! Ia adalah ibu segala Veda menyeru Savitr maka penganut ajaran Veda2 harus mempertahan kemurniannya! Jowo2 jika mengucapkannya harus mengakui "kehinduan" dan jangan bersikap pengecut kerana mereka akan menepati ramalan Brahman2 (Brahmins) Pulau Jowo iaitu menjadi orang tidak tahu malu.





Gayattiri Mantiram versi India Utara

Ia dalam bahasa Sanskrit. Didapati bahawa yang versi India punya lebih lembut bunyinya sebab mereka pandai ilmu suara dan bunyian2 mereka lebih maju. You may also download this and listen when you're free to relax and practice in the morning pujas.


http://www.youtube.com/watch?v=nDnamSM3Z3s&feature=related

Voice contributor : Anuradha Paudwal

Aku cuba mencari mantram berbahasa Tamil juga tetapi tidak kedapatan. Tak pasti pula jika tiada, tapi mesti lah ada juga versinya dalam bahasa Tamil? Ada penerangannya sahaja dalam bahasa Tamil oleh Yang Berbahagia Swami Suvinyananda Saraswati.


http://www.youtube.com/watch?v=YKvPXjkl2Lk

Tidak kira dari kasta mana pun, semua orang harus sama2 mengajar tharmma! Jangan menyimpannya sahaja dalam diri sendiri. Lihat lah kepada apa terjadi di Pulau Jowo yang kelangkabut sampai ada mereka menganut agama lain yang tak berkaitan dengan datuk nenek mereka. Mujur lah Ibu India masih ada maka tradisi para maharesi, dewata, dan guru2 masih dijaga rapi. Pengetahuan upacara2, kitab2 suci, dan paling utama Bhagavadgitam sangat lah penting kepada generasi muda, generasi tua jangan tinggalkan yang muda terumbang-ambing!





Reply

Use magic Report

 Author| Post time 24-11-2011 01:41 AM | Show all posts
Post Last Edit by genot at 24-11-2011 01:44

Di Pulau Bali, aku mendapati bahawa banyak mereka lebih cenderung kepada bahagian Saiva-Tantra. Ini kali pertama aku melihat aliran Vaishnava di Bali. Disebabkan tanah ini dibuka bagi pengenalan kepada rakan2 Hindu dari negara2 lain tentang Hindu Jowo sedangkan Hindu Bali pula entiti yang agak berbeza sedikit. Jadi aku akan sebutkannya sebagai Hindu Bali. Hindu Bali lebih berani daripada Hindu Jowo kerana mereka masih setia keagamaan terhadap agama nenek moyang dan tidak perlu hendak mengakui Islam. Oleh itu mereka tidak kacau bilau seperti Pulau Jowo.

Aliran Vaishnava Bali

Tak silap aku ada dua aliran utama dari Vaishnava, yang ini aku kurang pasti dari cabang yang mana pula. Kena ditanya lebih lanjut kepada orang di situ...


http://www.youtube.com/watch?v=9fwl2Y3_EE0

Upakara Hari Galungan, Hari Kemenangan Tharmma atas Atharmma

Mungkin hari Deepavali versi Pulau Bali... Jika dilihat orang Hindu Bali kurang lah bercelaru seperti orang Hindu Pulau Jowo. Selain daripada orang Hindu Bali membantu, orang Hindu dari negara lain patutlah membantu dan membinakan kuil banyak2 di Pulau Jowo. Masjid perlu lah dikurangkan kerana Jowo tidak sembahyang di masjid. Mereka cuma tidak perlu menyorokkan lagi identiti kehinduan kerana sekarang sudah ada UNESCO dan juga PBB (United Nation). Bukan macam dulu lagi.


http://www.youtube.com/watch?v=V5z238lOHSo&feature=related


http://www.youtube.com/watch?v=0uPsnUOq8Kk&feature=related

Hinduism Version in Bali, Jowo and Indonesia



http://www.youtube.com/watch?v=6bEV7yeHyhI

Video Contributor: Mr. R. Rajesh




Dalam video menyebut bahawa nenek moyang orang Bali dan Jowo juga dari India Purba. Jadi haruslah penduduk Nusantara/Jowo beterima kasih kepada nenek moyang dari India dan jangan tidak malu pula tidak menyembah hormat ke Ibu India! Selain itu, tidak kisahlah bahagian Saiva atau Vaishnava. Kedua2-Nya Dewa Vishnu dan Dewa Shiva pun sama juga. Cuma aliran sahaja berbeza disebabkan oleh perkembangan falsafah oleh guru2 yang bijaksana yang sebenarnya memudahkan pemahaman penganut bukan untuk bergaduh2! Sepatutnya juga ada murthi untuk mewakili Dewa Subramanya (Murugan) di Pulau Jowo kerana Pulau Jowo selalu kacau bilau maka perlunya Dewa Subramanya menjamin keamanan Jowo2 dan memberi kemakmuran. Jadi karmma yang baik akan dapat dijanakan. Malaysia juga aman tidak kacau bilau disebabkan oleh dewa Muruga. Tindakan menyediakan murthi untuk Dewa Muruga adalah tindakan terpuji. Yang peliknya nama Kartika selalu diberikan kepada anak perempuan Jowo, kenapa bukan kepada anak lelaki? Kartigei adalah nama lain Dewa Murugan.


http://www.youtube.com/watch?v=vOFi_GHNUmg

Jaiy Shree Muruga Palani Vel!!!

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 24-11-2011 10:30 PM | Show all posts
Diharapkan saudara-saudari penganut ajaran Brahmana dan Hindu dihormati di Malaysia menjaga keluarga dan rakan2 sehindu jangan sampai termenganut Islam dan Kristian!!! Jika tidak kamu akan melihat keadaan yang huru hara seperti di Pulau Jowo di Indonesia, masyarakat menjadi tidak bertamadun, tidak mempunyai aryadharmma dan tidak malu, kerana tidak hormat akan nenek moyang serta tidak hormat kepada resi2, dewa2, veda2, dan purana2!

Dilihat bahawa Jowo hendak kembali ke identiti kehinduan sudah menjadi begitu susah sedangkan ia adalah kebanggaan mereka semua kerana mereka malu kononnya tapi masih mahu. Jika ada saudara Hindu yang hendak memurtad harus dibantunya jangan ditinggalkan dan dibawa ke koil dan mandel untuk diajarkan semula supaya jangan lupa!


http://www.youtube.com/watch?v=SsljVTYTw2A

Jowo2 dinasihatkan kembali semula ke Java-Hinduism. Islam dan Kristian tidak sesuai untuk lu orang. Jika lu orang mahu menghormati nenek monyang dan berkebanggaan kepada kebudayaan lu, jangan bersifat pengecut tidak mengisytihar murtad ke Java-Hinduism! Mahu dihormati dan berbangga mesti menganut Hinduism!


http://www.youtube.com/watch?v=j4qa57Bqz1Y&feature=related


Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

30-4-2024 10:59 PM GMT+8 , Processed in 0.091050 second(s), 46 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list