Drone Elang Hitam tipe MALE (Medium Altitude Long Endurence) merupakan hasil kolaborasi BPPT, Balitbang Kemhan, Lapan, PT DI, Len Industri, dan ITB. PT Len Industri bertugas mengembangkan Flight Control System, Ground Control System, serta Mission Payload Control pada drone ini. (PT LEN)
Drone Elang Hitam tipe MALE (Medium Altitude Long Endurence) merupakan hasil kolaborasi BPPT, Balitbang Kemhan, Lapan, PT DI, Len Industri, dan ITB. PT Len Industri bertugas mengembangkan Flight Control System, Ground Control System, serta Mission Payload Control pada drone ini. (PT LEN)
Upacara Keel Laying Angkatan Laut Indonesia Angkatan Untuk Kapal 8 & 9 Teluk Bintuni Kelas LST dan Upacara Laying Layak Angkatan Laut Indonesia Kapal ke 5 & 6 KCR-60 FAMC.
Diposting pada 13 Desember 2019 oleh Rangga B Sawiyya
TINJAUAN UDARA (airspace-review.com) - Selama kunjungan kerja Menteri Riset & Teknologi Republik Indonesia Bambang Brodjonegoro ke PT Dirgantara Indonesia (PTDI) pada Kamis (12/12), foto penampakan drone baru dipajang bersama drone Wulung.
Itu membuat saya penasaran, tentu saja, karena PTDI tidak menyebutkan atau memberikan informasi tentang keberadaan foto dengan livery hijau dan diunggah di media.
Tim Airspace Review (AR) tahun lalu pada 9 Juli 2018 mengunjungi PTDI. Salah satu liputan pada saat itu adalah proyek Drone Nasional dari kelas MALE (Medium-Altitude Long-Endurance).
Sekarang, untuk mendapatkan informasi terbaru tentang proyek Drone Nasional ini, AR kembali untuk menghubungi Nainar sebagai Insinyur Proyek PTDI PUNA yang diwawancarai saat itu.
"Itu benar, badan pesawat buatan PTDI bekerja sama dengan BPPT dan Kementerian Pertahanan Balitbang di mana BPPT berkontribusi pada struktur desain lebih dari 70%," katanya.
Pengembangan drone MALE ini memang sedikit terbelakang dari target awal. Awalnya direncanakan untuk terbang pertama antara 2019-2020, tetapi bergeser ke kisaran akhir 2020 atau awal 2021.
Seperti diketahui, pengembangan Pesawat Tanpa Awak (PTTA) atau Nir Awak Aircraft (PUNA) MALE dimulai pada 2015, yang merupakan tindak lanjut -sampai kesuksesan Proyek PUNA / PTTA Wulung untuk Angkatan Udara.
Proyek Drone MALE Nasional dijalankan oleh tim yang sama dengan proyek Wulung. Yaitu kolaborasi antara Kementerian Pertahanan, Angkatan Udara, PTDI, BPPT, PT LEN Industri, dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Wulung hanya empat jam dan bertindak sebagai pesawat pengintai. Sementara drone MALE dapat beroperasi selama 24 jam dan menjalankan misi ISR ​​(intelijen, pengawasan, pengintaian) penuh.
Terungkap, drone MALE akan dibangun dalam empat fase atau yang disebut 'Block'. Pertama adalah Blok O, lalu Blok L, Blok D, dan akhirnya Blok C.
Pada fase awal atau Blok O (O = kosong), drone tidak dilengkapi dengan sistem misi. Fase ini adalah bukti konsep apakah sebuah pesawat dapat terbang sesuai dengan target atau kinerja yang telah ditentukan.
Kemudian fase kedua atau Blok L (L = LEN) mulai menerapkan sistem misi yang dikembangkan oleh PT LEN Industri.
Selanjutnya Blok D (D = Data link-BLOS), drone mulai dilengkapi dengan sistem yang terkait dengan perannya sebagai pesawat ISR. Akhirnya Blok C (Tempur) tempat drone akan dipersenjatai.
Di Blok O dan Blok L, sistem landing gear drone belum dimasukkan ke dalam pesawat (fixed landing gear). Namun, pada tahap ke-3 dan ke-4 sistem roda telah dirancang untuk menjadi roda pendaratan yang dapat ditarik yang juga akan meningkatkan aerodinamika pesawat.
Pusat Litbang Kementerian Pertahanan Indonesia memamerkan Kendaraan Tempur Darat Tanpa Awak (UGCV). UGCV dapat dioperasikan dari jarak jauh dan manual. Penghargaan untuk Ansa Solusitama.
Kementerian Pertahanan Indonesia melakukan pengujian tahap 2 dari platform Prototipe R-HAN 122B MLRS. UJI DINAMIS PROTOTIPE KENDARAAN PELUNCUR ROKET R-HAN 122B TAHAP II-II