|
Edited by malawi6 at 27-6-2015 11:33 AM
Burung Hantu Jenis Baru Ditemukan di Lombok, macam mana kajiannya?
Para saintis dari Swedia dan Amerika Serikat tanpa sengaja menemukan spesies burung hantu Rinjani Scops, di Pulau Lombok, NTB.
Spesies burung hantu baru yang diyakini tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia dikenali tanpa sengaja tahun lalu di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, oleh para saintis yang sebetulnya sedang mencari jenis burung lain
Burung Hantu Rinjani Scops ini pertama kali dikenali pada 2003 dan sejak saat itu hanya dapat ditemukan di Lombok. Penemuan ini telah diterbitkan di jurnal daring PLoS ONE.
Burung hantu kecil itu, dengan bulu berwarna coklat dan putih serta mata besar keemasan, sering keliru dikenali sebagai spesies lain yang serupa selama lebih dari satu abad. Namun para saintis dari Swedia dan Amerika Serikat, yang berkunjung ke pulau tersebut untuk melakukan pengkajian terpisah mengenai burung nokturnal lainnya, sama-sama merakam nyanyian burung hantu Rinjani Scops. (Baca juga di sini)
Mereka memperhatikan bahwa nada yang disiulkan burung hantu, yang mengambil nama gunung berapi di Lombok, sangat berbeza dari yang dinyanyikan burung hantu Moluccan Scops, atau Otus Magicus.
“Saya terkejut kerana identitas nyata burung ini tersembunyi dari dunia ilmiah sekian lama,” ujar George Sangster, pengkaji utama dari Museum Sejarah Alam Swedia.
“Burung Rinjani Scops ini cukup umum dan dapat ditemukan di banyak tempat di pulau tersebut. Mereka juga sangat bising sehingga sulit terlewatkan.”
Sangster mengatakan perlu waktu 10 tahun sampai penemuan itu diterbitkan kerana pekerjaan yang dibutuhkan untuk mengesahkan penemuan itu.
Para saintis mengkaji semua kajian sebelumnya dan spesimen museum mulai dari tahun 1896. Mereka menemukan sebuah laporan yang menyebutkan nada suara burung hantu Rinjani Scops, yang berbeda dari jeritan Moluccan Scops.
Namun, bulu, ukuran dan bentuk burung hantu tersebut adalah data utama yang digunakan untuk mengenali spesies tersebut sampai akhir 1970-an, ketika data tentang nyanian ditambahkan. Lombok juga jarang dikunjungi oleh pengkaji burung dibandingkan daerah lain di Indonesia, sehingga dapat difahami mengapa perlu waktu lebih lama bagi burung hantu Rinjani Scops untuk dikenali.
“Kami harap akan ada lebih banyak pengamat burung mengunjungi Lombok,” ujar Sangster.
“Para ahli ornitologi (studi mengenai burung) telah lama meyakini bahwa taksonomi burung telah hampir lengkap. Dengan setiap penemuan baru, keyakinan tersebut menjadi kurang dapat dipercaya. Hal itu menggarisbawahi bahkan setelah 150 tahun studi ilmiah, kita masih belum tahu semua burung di wilayah Indo-Melayu,” tambahnya.
kajian lapangan lebih lanjut dilakukan untuk menentukan bahawa burung hantu Rinjani Scops –dengan nama Latin Otus jolandae yang diambil dari nama istri Sangsters yang pertama kali menemukan spesies tersebut bersamanya– tidak ditemukan di tempat lain.
Namun, Sangster mengatakan bahwa perlu penyiasatan lebih jauh untuk betul-betul yakin bahwa burung tersebut tidak dapat ditemukan di pulau dekat Lombok, yaitu Sumbawa.
Burung hantu tersebut telah lama diketahui oleh para ahli burung Indonesia. Namun mereka yakin bahwa ia merupakan bagian dari spesies yang lebih tersebar secara luas.
"Kami bangga dengan penemuan ini kerana telah menambah senarai spesies endemik di Indonesia,” ucap Yoppy Hidayanto, koordinator Burung Indonesia, lembaga konservasi burung di Bogor, Jawa Barat. “Ada masih banyak hal yang dapat diteroka mengenai burung di Indonesia,” tambahnya.
|
|