CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 3087|Reply: 9

Antara Hadith dan al-Quran

[Copy link]
Post time 6-8-2006 11:01 PM | Show all posts |Read mode
http://www.e-bacaan.com/artikel_antaraHdanQ.htm


Antara Hadith dan al-Quran

Oleh Azahidi
Jun 2005



Islam sampai sekarang masih terus menjadi salah satu anutan yang belum difahami sepenuhnya oleh dunia. Salah satu sebab ialah, ianya dianjurkan kepada dunia melalui orang-orang Islam, ulamak dan pendakwah (kononnya) BUKAN dengan cara Islam sebenar mengikut apa yang terkandung dalam al-Quran. Akibatnya nyata sekali. Bukan sahaja Islam telah tercemar malah orang-orang Islam di merata dunia sedang merana akibat daripada meninggalkan ajaran al-Quran. Sebaliknya tumpuan diberi lebih kepada amalan-amalan rekaan manusia yang tiada kena mengena dengan Islam sebagaimana terdapat dalam al-Quran.

Salah satu rekaan besar ialah hadith-hadith yang ditulis berjilid-jilid lebih kurang 200 tahun selepas wafatnya Nabi Muhammad. Hadith-hadith ini adalah kononnya kata-kata atau perbuatan yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad. Terdapat banyak hadith yang bercanggah dengan al-Quran, bercanggah sesama hadith dan juga tidak masuk akal manusia yang waras. Walau pun ada juga hadith yang mungkin tidak bercanggah dengan al-Quran, kita tidak tahu sama ada hadith-hadith itu sebenarnya benar atau tidak. Tiada cara yang sah untuk menentukan ianya benar walau pun pengutip-pengutip hadith mengatakan demikian. Hanya Allah sahaja yang tahu.

Hadith menerangkan al-Quran!

Adakah hadith menerangkan al-Quran atau al-Quran yang menerangkan apakah sebenarnya hadith?

Ramai pengikut dan pemuja hadith beriktikad bahawa kita memerlukan hadith untuk memahami al-Quran. Kata mereka al-Quran adalah terlalu susah hendak difahami. Adaalah aneh bila orang-orang yang mendapati susah hendak memahami hanya satu jilid al-Quran tetapi perlu untuk merujuk kepada 50 lebih jilid buku hadith sebagai penjelasan! Masakan Allah menurunkan mesej yang amat susah untuk difahami sedangkan ianya untuk dipatuhi. Ini tidak masuk akal. Mesej yang turunkan dengan tujuan untuk dipatuhi semestinya mudah difahami. Allah kata al-Quran mudah. Perhatikan ayat al-Quran berikut:

Sesungguhnya Kami memudahkan al-Qur'an untuk peringatan. Adakah sesiapa yang mengingatinya? (54:17)

Empat kali Allah memberi ayat tersebut di atas (54:17, 22, 32, 40) dalam bentuk ayat dan perkataan yang sama. Takkanlah Allah tidak tahu apa dia menurunkan! Takkanlah Allah tidak tahu kebolehan dan kelemahan manusia ciptaanNya! Bila Allah kata mudah, maka ianya mudah. Mengatakan ianya susah, sebagaimana dikatakan oleh pemuja hadith, adalah menyanggah kata-kata Allah.

Sesiapa yang membaca buku hadith yang berjilid-jilid, walau pun tidak kesemua, sudah pasti akan keliru. Mustahil kalau tak keliru, lebih lebih lagi kalau hendak meneliti berbagai-bagai hadith dari berbagai-bagai mazhab. Mungkin itulah sebabnya universiti-universiti Islam di seluruh dunia mengadakan fakulti pengajian hadith. Mahasiswa-mahasiswa di fakulti tersebut sebenarnya membuang masa mereka cuba meneliti apa yang dianggap kata-kata atau perbuatan Nabi Muhammad. Sampai sekarang masih lagi terdapat percanggahan sama ada hadith-hadith yang telah dianggap sahih oleh ulamak muktabar dahulu, sahih atau tidak.

Undang-undang dan peraturan ugama berdasarkan kepada kutipan ingatan manusia selama lebih 200 tahun kononnya merangkumi kesemua aspek kehidupan dari cara berjalan, makan, ketawa, tidur, menguap, bersama isteri hinggalah cara buang air. Sebagai contoh:

    Dari Abu Qatada: Rasulullah berkata. 揃ila kamu minum, jangan bernafas dalam bejana; dan bila kamu kencing jangan sentuh kemaluan dengan tangan kanan kamu. Dan bila kamu membersihkan selepas berak, jangan gunakan tangan kanan kamu.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 11-8-2006 03:21 AM | Show all posts
N wht is yr point mr barney ? Everything looks contradict ?
Reply

Use magic Report

Post time 12-8-2006 09:58 PM | Show all posts

Ulama turki akan bertindak

SALAM
Saya ada baca di topik yg lain mengenai ulama-ulama di Turki akan mencantas hadis-hadis yang dianggap sahih, tetapi bukan semua, hanya yang pelik-pelik dan bercanggah dengan Al-Quran.  Yang tak contradict still valid lah.

Dibawah ni copy dia:

Jabatan Agama Turki akan mencantas hadis sahih

Salam,
Terbaca isu baru pasal hadis yang agak kontroversi. Kiranya benar berita ini, nampaknya ulama sekarang semakin liberal dan berani mencabar kesahihan hadis-hadis sahih dan ia mungkin satu berita baik atau buruk bergantung kepada pemahaman individu. Bagi Ulama Malaysia, lambat lagi rasanya untuk menjadi ultra liberal tapi kalau indon mungkin lebih berpotensi. Kita tunggu saja....

QUOTE:
[Sexism Deleted] in Turkey

By Mustafa Akyol
Sunday, July 16, 2006; B02

ISTANBUL

"Women are imperfect in intellect and religion."

"The best of women are those who are like sheep."

"If a woman doesn't satisfy her husband's desires, she should choose herself a place in hell."

"If a husband's body is covered with pus and his wife licks it clean, she still wouldn't have paid her dues."

"Your prayer will be invalid if a donkey, black dog or a woman passes in front of you."

In a bold but little-noticed step toward reforming Islamic tradition, Turkey's religious authorities recently declared that they will remove these statements, and more like them, from the hadiths -- the non-Koranic commentary on the words and deeds of the prophet Muhammad.

Hadiths are serious stuff. More than 90 percent of the sharia (Islamic law) is based on them rather than the Koran, and the most infamous measures of the sharia -- the killing of apostates, the seclusion of women, the ban on fine arts, the stoning of adulterers and many other violent punishments for sinful behavior -- come from the hadiths and the commentaries built upon them. Eliminating these misogynistic statements from the hadiths is a direct challenge to some of the most controversial aspects of Islamic tradition.

Modern Muslim intellectuals have long argued that the hadiths should be revised, but this is the first time in recent history that a central Islamic authority has taken the dramatic step of deciding to edit them. The media and intellectuals of Ankara and Istanbul largely welcomed last month's decision, which the Turkish government supported. And although there were rumblings of discontent from ultraconservative commentators, they didn't amount to a protest. Yet, despite the rhetoric about the need to make alliances with progressive Islam in the midst of the fight against terrorism, Turkey's move toward reform has been widely overlooked in the West, and there has been little acknowledgment of it in other Muslim countries.

The proposed revision came from the Diyanet, Turkey's highest Islamic authority, which controls more than 76,000 mosques in Turkey and other parts of Europe. Its president, Ali Bardakoglu, a liberal theologian appointed three years ago by the ruling conservative Justice and Development Party (known as AKP), declared that a new collection of hadiths, free of such misogyny, would be prepared by 2008. He also announced that enlightened imams would be sent to the rural, conservative regions of southeastern Turkey to preach against practices such as honor killings.

Many Muslims view hadiths as sacrosanct, although their accuracy has been a major point of contention among scholars. The hadiths were compiled two centuries after the Koran, which was transcribed during the prophet's lifetime and canonized right after his death in Medina in the 7th century. By the 9th century, people were constructing such strange stories from the prophet that scholars such as Muhammad al-Bukhari and Muslim ibn al-Hajjaj decided to evaluate and catalogue them. Focusing on the reliability of the chain of transmitters, these scholars created collections of sahih , or trustworthy, hadiths.

But some modern Islamic scholars have felt increasingly uneasy about the inconsistencies and narrow-minded assertions in these collections. There are other hadiths that explain Muhammad's great respect for his wives, for example, and insist on the rights of women. The contradiction implies a need for revision. "I can't imagine a prophet who bullies women," said Hidayet Tuksal, a feminist theologian in Ankara. "The hadiths that portray him so should be abandoned."

Similarly, in proposing to create its new standard collection, the Turkish Diyanet intends to look beyond the chain of transmitters to logic, consistency and common sense. In many ways, this is a revival of an early debate in Islamic jurisprudence between rival camps known as the adherents of the hadiths and the adherents of reason -- a debate that ended with the triumph of the former.

The reawakening of this medieval debate and the consequent revision of the hadith literature could be a revolutionary breakthrough.

It is no accident that Turkey is the place where the traditional sharia is being reconsidered. The process of modernizing Islam, which dates in Turkey from the late Ottoman Empire, has accelerated since the 1980s, when Turkish society began to open. Since then, a flourishing Muslim bourgeoisie has emerged, and members are wittily called "Islamic Calvinists" for their religiously inspired capitalism. This has given rise to a new social atmosphere: In modern Turkey, you see models parading down the catwalk in fancy headscarves and Koranic courses promoted by clowns handing out ice cream. Muslim politicians such as Foreign Minister Abdullah Gul repeatedly stress the need for change in the Islamic world.

These reform-minded Muslims are not secularists who want to do away with religion. On the contrary, they want to reinterpret Islam because they believe that its divinely ordained, humane and generous essence has been eclipsed by mortal man's erroneous traditions and ideologies.

This is crucial because only such godly reformists have a chance to appeal to more traditional members of their faith. Since the 19th century, traditional Muslims have felt forced to choose between their faith and modernity -- a dilemma that has been fueling a reactionary strain of radical Islam. The Islamic world needs an alternative -- a path between godless modernity and anti-modern bigotry. With its revision of the traditional Islamic sources and with its rising Muslimhood that embraces democracy and open society, Turkey may just be opening the way. The West should be taking notice -- and encouraging other Muslim countries to take inspiration from Turkey's moderate course.

[email protected]

Mustafa Akyol is a Turkish journalist.

:pray:
Reply

Use magic Report

Post time 29-8-2006 01:33 PM | Show all posts
kalau aku la kan...

tak berani buat kesimpulan sedang kita tahu bahwa kita jahil tentangnya

[ Last edited by  kyas at 29-8-2006 05:21 PM ]
Reply

Use magic Report

qqq This user has been deleted
Post time 29-8-2006 02:00 PM | Show all posts
Sering, ketidak-upayaan diri memahami, tetapi hadis yang dicantas..
Reply

Use magic Report

Post time 29-8-2006 02:38 PM | Show all posts
salam

kalau bercakap pasal ULAMAK msia niii
yg dah berpersatuan tuuuu
tak payah dihiraukan
samada hadith itu BENAR atau PALSU

pasal yg sedia adapun
dah DITINGGALKAN SEBAHAGIAN
hanya yang DIAMBIL APA YANG SECOCOK DGN DIRI SENDIRI

dan cuba kaji balik manusia sebagimana yg digelar ULAMAK
dan manusia sezaman mereka atau sesudah mereka yg mengiktirafkannya
dan ADAKAH TUHAN DAN RASULNYA MENGIKTIRAFKAN JUGA????????
Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 29-8-2006 04:04 PM | Show all posts
Konon2nya pemurnian agamalah ni ye?Masa zaman Nabi ada hayatnya dulu pun quran pun tidak dibukukan sebab quran berada dalam ingatan dan jiwa umat Islam ketika itu.Sehinggalah ketika pemerintahan Sy Uthman, demi utk memelihara keaslian Alquran, Sy Uthman tlh mengambil inisiatif utk membukukannya sbg satu cara pendokumentasian.

Begitupun sunnah Rasulullah termasuk hadis sentiasa menjadi rujukan umat Islam secara lisan dlm berkehidupan.Apb jarak masa semakin jauh dr zaman Nabi dan tabiin dan keadaan umat yg semakin kompleks timbul kesedaran dr kalangan ulama dan org2 yg arif ttg betapa perlunya sumber rujukan ini iaitu sunnah Rasul termasuk hadis disusun dan didokumentasikan secara sistematik dan teratur supaya umat Islam lebih mudah mencarinya dikemudian hari.Perawi2 hadis bertungkus lumus meriwayatkan hadis dgn begitu berhati2 dan cermat.Mereka memohon petunjuk Allah dgn bermunajat dan bangun malam  dsb demi meminimumkan kesilapan seberapa mungkin ketika proses pengumpulan dilakukan.

Ketika itu menghafal hadis adalah kerana kecintaan ummah yg mendalam terhadap Rasulullah sehingga setiap perlakuan dan pertuturan Nabi diingati dan disampaikan dr satu generasi ke satu generasi selain sbg sumber rujukan ttg permasalahan hidup dan beragama.

Jelas disini pendokumentasian hadis adalah satu proses pemeliharaan sumber rujukan ummah yg diusahakan oleh org2 arif terdahulu.Bayangkan kalau tiadanya inisiatif diambil oleh Sy Uthman utk membukukan quran,semuanya main hafal semata2 dan yg bertulis di pelepah2 tamar dan kulit2 kambing dibiarkan dlm keadaan asalnya krn tidak adanya perintah secara terus oleh Rasul?Dan yg paling penting semuanya digerakkan oleh tuan punya quran itu sendiri iaitu Allah.Begitu juga dgn hadis, pendokumentasiannya juga bertitik tolak dr kesedaran ummah ttg keperluan memeliharanya supaya tidak luput ditelan zaman seiring dgn semakin jauhnya zaman dan 'kepupusan' org2 yg menghafal hadis serta perubahan ummah yg semakin materialistik dsb.

Proses yg dibuat pun bukanlah semberono melainkan secara sangat berhati2 oleh org2 yg arif dlm ilmu hadis,sehingga diklasifikasikan hadis dlm beberapa kategori spt sahih,ahad,dhaif,maudhu' dsb.

Bagaimanakah yg difikirkan oleh 'cerdik pandai(memandai?)' akhir zaman ini sehingga mereka tidak percayakan hadis dan membuangnya mentah2 dan cuma menerima quran semata2.Apakah mereka fikir umat Islam selepas wafatnya Nabi memahami quran begitu2 saja dgn kecerdikan akal tanpa rujukan tinggalan Nabi iaitu hadis2?Maknanya selepas nabi wafat segala sunnah nabi dilupakan begitu sj dan tidak lagi penting utk dirujuk.

Maka tidak hairanlah org2 yg menolak hadis ini menjadi begitu keliru atau dikelirukan oleh 'kecerdikan' akal mereka sehingga babi yg haram dan najis mughallazah itupun dihalalkan dan dianggap suci!Tak semakin kacau bilau ke jadinya?
Reply

Use magic Report

Post time 29-8-2006 05:37 PM | Show all posts
Originally posted by barney50 at 6-8-2006 11:01 PM
"...Dan bila kamu membersihkan selepas berak, jangan gunakan tangan kanan kamu."
(Sahih Bukhari, Jilid 7, Buku 69, Number 534)

Bayangkan bagaimana orang yang tangan kirinya tidak boleh digunakan atas sebab-sebab tertentu ...



heran sungguh aku...

kenapa sampai benda simple macam ni pun tak leh nak pikir.

hadith jugak yg disalahkannya.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 30-8-2006 11:24 AM | Show all posts
sebenarnya dia ni copy dan paste bertujuan hit and run saja.  saya pindahkan ke sini dari mainboard.  sepatutnya dipindah ke RSF sebab pembuka thread selalu di sana.  buat masa ni si pembuka thread pun macam tak respond apa-apa jadi biarkan saja kat sini dulu.  atau buat tak tau saja pun boleh jugak sebab pembuka thread pun hanya nak hit and run saja.
Reply

Use magic Report

Post time 30-8-2006 11:35 AM | Show all posts
salam

topik HADITH dan AL QURAN hanya sebagai sampingan????
diluar dari main board?????

memang telah ditakdirkan
sudah suratan YANG ESA
AYAT AYATNYA hanya dijadikan HIASAN
dan sebagai PENCARI HARTA DUNIA
dan hanya utk diREMEHKAN oleh MANUSIA

APA YANG TINGGAL??????
hanya menunggu
dan terus menunggu
KETENTUAN
KETENTUANNYA
TIADA YANG TERLEPAS................
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

1-12-2024 11:14 AM GMT+8 , Processed in 0.075174 second(s), 24 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list