20 Tahun ke Depan, TNI AD Targetkan Miliki 200 Heli
Sebanyak 200 helikopter ditargetkan bisa dimiliki TNI AD dalam 20 tahun ke depan. Pengadaan helikopter untuk pembangunan kekuatan pertahanan TNI AD tersebut akan diproduksi PT Dirgantara Indonesia.
Hal itu diungkapkan Wakasad TNI AD Letjen Budiman usai melakukan kujungan dan pertemuan tertutup dengan direksi PT DI di Gedung GPM PT DI, Jalan Pajajaran, Kamis (14/7/2011).
"Untuk pengadaan heli, kami sedang menghitung kebutu*an yang long term hingga tahun 2024. Nanti dari perencanaan, baru PT DI pasti bisa memberi harga. Makin banyak pesanannya, cost production lebih murah. Pembangunan kekuatan heli untuk keperluan angkutan, serbu dan serang bisa kisarannya bisa melebihi 200 heli dalam 20 tahun," ujar Budiman.
Ia mengatakan realisasi pengadaan pesawat tersebut akan lebih cepat terealisasi jika kondisi negara Indonesia baik dan kondusif.
"Kalau pertumbuhan ekonomi terus naik 5 persen. Masalah bisa diatasi terus dengan mudah, mudah-mudahan semakin cepat, 2024 bisa lah," katanya.
Namun untuk kebutu*an jangka menengah yaitu hingga tahun 2014, ia mengaku belum bisa memastikan berapa banyak unit peswat yang akan dibeli TNI AD.
"2014 belum ada angka yang pasti, tapi yang jelas kebijakan politis negara sudah sangat mendukung," tutur Budiman. Ia menuturkan, penggunaan sistem alutsista dari dalam negeri sendiri akan meningkatkan nilai ekonomi bangsa.
"Dibandingkan dengan produksi luar juga jauh lebih murah. Selain itu dari sisi ekonomi akan banyak masyarakat yang terkena dampaknya. Kami mendukung industri pertahanan dalam negeri agar bisa dimanfaatkan secara optimal," katanya.
Bandung - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menyatakan siap membuat 21 pesawat untuk kebutu*an TNI AD yang terdiri dari 16 unit heli serbu bell 412 EP dan 5 unit heli serang bolco 105. Untuk 16 unit heli serbu dibutu*kan anggaran 170 Juta US Dollar, sementara untuk 5 unit heli serang dibutu*kan anggaran 65 Juta US Dollar.
"Pengadaan 16 heli serbu ini masuk dalam rencana 2010-2014. Untuk yang heli serang itu sisa dari tahun 2009," ujar Asisten Dirut PT DI sebelum kunjungan Wakasad di GPM PT DI, Jalan Pajajaran, Kamis (14/7/2011).
Dari total anggaran 16 unit heli serang sebesar 170 juta US Dollar, tahun ini disebut Irzal telah disiapkan 85 juta US Dollar.
Ia mengatakan dari sisi infrastruktur PT DI siap membuat pesawat untuk kebutu*an TNI AU.
"Dari segi infrastruktur kami siap untuk membuat pesawat untuk AD," katanya.
Kesiapan pembuatan pesawat tersebut akan dibahas dalam kunjungan Wakasad hari ini. PT DI pun akan menawarkan 3 airframe NC 212-200 Miltrans dari 6 airfram yang sudah ada. Tiga airframe lainnya akan ditawarkan pada TNI AL.
"Pesawat ini bisa jadi military transport," katanya.
Dengaan harga 5.792.995 US Dollar per pesawat. Diharapkan bisa pembelian peswat tersebut bisa diprogrogramkan pada tahun 2012.
20 Tahun ke Depan, TNI AD Targetkan Miliki 200 Heli
Sebanyak 200 helikopter ditargetkan bisa dimiliki TNI AD dalam 20 tahun ke depan. Pengadaan helikopter untuk pembangunan kekuatan pertahanan TNI AD tersebut akan diproduksi PT Dirgantara Indonesia.
Hal itu diungkapkan Wakasad TNI AD Letjen Budiman usai melakukan kujungan dan pertemuan tertutup dengan direksi PT DI di Gedung GPM PT DI, Jalan Pajajaran, Kamis (14/7/2011).
"Untuk pengadaan heli, kami sedang menghitung kebutu*an yang long term hingga tahun 2024. Nanti dari perencanaan, baru PT DI pasti bisa memberi harga. Makin banyak pesanannya, cost production lebih murah. Pembangunan kekuatan heli untuk keperluan angkutan, serbu dan serang bisa kisarannya bisa melebihi 200 heli dalam 20 tahun," ujar Budiman.
Ia mengatakan realisasi pengadaan pesawat tersebut akan lebih cepat terealisasi jika kondisi negara Indonesia baik dan kondusif.
"Kalau pertumbuhan ekonomi terus naik 5 persen. Masalah bisa diatasi terus dengan mudah, mudah-mudahan semakin cepat, 2024 bisa lah," katanya.
Namun untuk kebutu*an jangka menengah yaitu hingga tahun 2014, ia mengaku belum bisa memastikan berapa banyak unit peswat yang akan dibeli TNI AD.
"2014 belum ada angka yang pasti, tapi yang jelas kebijakan politis negara sudah sangat mendukung," tutur Budiman. Ia menuturkan, penggunaan sistem alutsista dari dalam negeri sendiri akan meningkatkan nilai ekonomi bangsa.
"Dibandingkan dengan produksi luar juga jauh lebih murah. Selain itu dari sisi ekonomi akan banyak masyarakat yang terkena dampaknya. Kami mendukung industri pertahanan dalam negeri agar bisa dimanfaatkan secara optimal," katanya.
Bandung - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menyatakan siap membuat 21 pesawat untuk kebutu*an TNI AD yang terdiri dari 16 unit heli serbu bell 412 EP dan 5 unit heli serang bolco 105. Untuk 16 unit heli serbu dibutu*kan anggaran 170 Juta US Dollar, sementara untuk 5 unit heli serang dibutu*kan anggaran 65 Juta US Dollar.
"Pengadaan 16 heli serbu ini masuk dalam rencana 2010-2014. Untuk yang heli serang itu sisa dari tahun 2009," ujar Asisten Dirut PT DI sebelum kunjungan Wakasad di GPM PT DI, Jalan Pajajaran, Kamis (14/7/2011).
Dari total anggaran 16 unit heli serang sebesar 170 juta US Dollar, tahun ini disebut Irzal telah disiapkan 85 juta US Dollar.
Ia mengatakan dari sisi infrastruktur PT DI siap membuat pesawat untuk kebutu*an TNI AU.
"Dari segi infrastruktur kami siap untuk membuat pesawat untuk AD," katanya.
Kesiapan pembuatan pesawat tersebut akan dibahas dalam kunjungan Wakasad hari ini. PT DI pun akan menawarkan 3 airframe NC 212-200 Miltrans dari 6 airfram yang sudah ada. Tiga airframe lainnya akan ditawarkan pada TNI AL.
"Pesawat ini bisa jadi military transport," katanya.
Dengaan harga 5.792.995 US Dollar per pesawat. Diharapkan bisa pembelian peswat tersebut bisa diprogrogramkan pada tahun 2012.
Presiden Lantik 635 Perwira TNI di Yogyakarta (with pics)
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono melantik 635 Perwira TNI di Lapangan Dirgantara Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Kamis (14/7/2011). Taruna Akademi TNI 2011 yang dilantik di AAU ini terdiri dari Akademi Militer 295 orang, Akademi Angkatan Laut 216 orang dan Akademi Angkatan Udara sebanyak 124 orang.
Sejak 2004 lalu, pelantikan perwira TNI dilaksanakan secara bergiliran di Akmil, AAL dan AAU. Presiden mengatakan, prasetya perwira TNI merupakan titik awal dharma bhakti para perwira remaja kepada Bangsa dan Negara.
"Sebagai perwira TNI mempunyai tugas mengawal dan mempertahankan NKRI, meskipun tugasnya tidak mudah, namun telah memiliki bekal cukup dan berhasil menyelesaikan pendidikan di Akademi TNI dengan kurikulum yang telah disesuaikan dengan tuntutan dan kemajuan jaman", kata Presiden.
Dikatakan, dengan pendidikan selama empat tahun atau setahun lebih lama dengan angkatan sebelumnya para Perwira Remaja TNI telah menyandang gelar sarjana Sains Terapan Pertahanan yang tentunya lebih siap menghadapi berbagai persoalan dan dinamika dunia militer yang makin sarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Jangan takut gagal dalam tugas, teruslah belajar dan mengembangkan diri dan teruslah berbuat yang terbaik seraya memegang teguh idealisme, jangan lalai dan cepat berpuas diri agar kalian benar-benar berhasil dalam tugas,” tegasnya.
Dalam acara tersebut disematkan tanda pangkat dan pengambilan Sumpah Perwira yang merupakan janji para perwira remaja dalam mengabdi kepada Bangsa dan Negara. Untuk alumni 2011 ini, yang berhasil menjadi lulusan terbaik dari masing masing angkatan adalah Letnan Dua Zeni Hendrik Pardamean Hutagalung dari Akademi Militer, Letnan Dua Laut (Pelaut) Rian Risky Putranto dari Akademi Angkatan Laut serta Letnan Dua (Elektronika) Yanifa Eska Siswiyanto dari Akademi Angkatan Udara.
Upacara yang berlangsung khidmat ini dimeriahkan atraksi tim Aerobatik Jupiter TNI AU, Drumband Karbol AAU, terjun Payung, Aeromodelling dan atraksi pesawat tempur F-16 dan Sukhoi.
Bandung - Ksatarian Detasemen Kaveleri Kuda, Pusat Persenjataan Kaveleri, Komando Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat, siap ditugaskan di wilayah perbatasan yang memiliki medan sulit dilalui kendaraan mesin.
"Kami memiliki Kaveleri kuda sebanyak 220 ekor yang sudah terlatih dalam medan peperangan. Jika diminta untuk bertugas diwilayah perbatasan tersebut kami siap,"kata Wakil Komandan Detasemen Kaveleri Kuda AD, Mayor Kav.Achmad Ibrahim Nasution di Mako Kaveleri Kuda, Lembang, Bandung, Jawa Barat, Rabu (13/7).
Menurut Ibrahim, pasukan berkuda dapat bertugas menjaga wilayah perbatasan dan sudah diusulkan kepada Pusat Persenjataan Kaveleri, Komando Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat.
"Berdasarkan penelitian bahwa pasukan berkuda bisa didistribusikan untuk menjaga wilayah perbatasan di jalur-jalur yang sangat terbatas," ujar dia.
Ibrahim mengatakan idealnya, satu pleton atau 30 ekor, bisa ditempatkan wilayah perbatasan dengan bertugas untuk memobilisasi serta patroli mengawasi kasus penyeludupan, ilegal logging.
"Kita siap ditempatkan secar organik maupun penugasan," tandasnya.
Selain tugas pokok, kaveleri kuda terlibat dan tampil dalam event Sea Games maupun Pekan Olahraga Nasional. Prestasinya pernah memeroleh medali emas, perak dan perunggu.
Sementara itu, sementara pemeliharaan kuda di Kaveleri ini masih terkendala dukungan anggaran untuk kebutu*an makanan kuda. Sehari per kuda hanya Rp20 ribu. Padahal idealnya Rp50 ribu hingga Rp60 ribu.
REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG - Doktrin militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Ketidaksesuaian itu khususnya terkait antisipasi pelaksanaan operasi militer.
Demikian dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberikan pengarahan kepada perwira tinggi dan menengah TNI di Akademi Militer TNI Magelang, Rabu (13/7).
Presiden SBY mengatakan, sebetulnya tahun lalu TNI telah mengeluarkan doktrin baru dari Catur Dharma Eka Karma menjadi Tridharma Ekakarma. Kemudian doktrin angkatan (Angkatan Laut, Darat, Udara) juga telah telah dimutakhirkan.
Hanya saja, kata SBY, jika dotrin dimaknai sebagai bagaimana berperang atau melakukan operasi militer untuk menjaga Negara Kesatuan Wilayah Republik Indonesia (NKRI) memang perlu kembali dirumuskan. "Bagaimana kita mampu memadukan semua kekuatan dengan cerdas," ujarnya.
SBY mencontohkan pada model perang sebelumnya, diajarkan untuk menyerang terlebih dahulu jika ada invasi dari luar. Lalu dijemput dan dihadapi melalui pertempuran laut. Jika gagal masuk tembus ke pantai, tentara melawan di garis-garis pertahanan.
Kalaupun kalah maka masuk ke gunung untuk melakukan perang gerilya. Jika sudah kuat kembali baru melaksanakan serangan balik. "Pertanyaannya apakah masih relevan pola pkir seperti itu, apakah masih tepat dan cocok?" tanya SBY.
Menurutnya model perang gerilya kini akan memakan cost (biaya) yang sangat tinggi. Pasalnya jika musuh berhasil merebut wilayah Indonesia lalu mengambil industri pertahanan dalam negeri seperti PT Pindad maka kerugiannya cukup besar.
Untuk itu, lanjut SBY, peningkatan terhadap alat utama sistem persenjataan (alutsista) terus senantiasa dilakukan. Disamping memadukannya dengan doktrin-doktrin militer, sehingga sistem pertahanan dalam negeri akan semakin baik.
Yogyakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa pembenahan dan modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dilakukan secara bertahap sehingga dapat memenuhi standar kebutu*an pokok minimum.
Kepala Negara menyampaikan hal itu dalam pembekalan kepada calon perwira remaja TNI 2011 di Akademi Angkatan Udara Maguwo Yogyakarta, Selasa malam.
"Tiga tahun terakhir kita lakukan penambahan anggaran pertahanan yang signifikan untuk mengganti alutsista yang saatnya diperbaharui. Karena itu kalian harus ketahui, kita tengah lakukan modernisasi," kata Presiden yang didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dalam acara tersebut.
Kepala Negara mengatakan, imbas dari krisis ekonomi yang terjadi pada 1997 membuat selama hampir beberapa tahun tidak dilakukan modernisasi alutsista TNI karena anggaran yang terbatas dan juga diutamakannya anggaran bagi sektor-sektor yang terkait langsung dengan perekonomian rakyat.
Seiring dengan peningkatan kemampuan ekonomi nasional, kata Presiden, maka selama tiga tahun terakhir pemerintah meningkatkan anggaran pertahanan yang salah satunya dialokasikan bagi pembaruan persenjataan TNI dari setiap matra.
"Semua penting, perang modern, bahkan kekuatan udara tidak boleh diremehkan, kekuatan laut penting dan matra darat miliki porsi yang menentukan dalam sebuah peperangan. Kita akan kembangkan secara pararel sehingga tiga angkatan miliki kemampuan yang makin tinggi sehingga bila ada perang maka kita siap," kata Presiden Yudhoyono.
Modernisasi senjata, katanya, tidak akan bergantung pada produksi luar negeri, namun mendorong penggunaan produk alat pertahanan dalam negeri juga.
"Kita tidak boleh bergantung industri negara lain, kita harus cukupi, itu kebijakan nasional. APBN Rp1200 triliun terbagi habis membangun negeri ini, sektor pembangunan, 33 provinsi, yang tentunya perlu alokasi yang adil dan tepat, dalam konteks itu, karena 10 tahun tidak modernisasi maka pembaharuan alutsista akan dilakukan tanpa timbulkan masalah di sektor lain," tegasnya.
Presiden dijadwalkan akan menyampaikan pandangan tentang sejumlah hal termasuk modernisasi alutsista dengan para perwira tinggi TNI di Akademi Militer Magelang pada Rabu (13/7).
"Besok (Rabu-red) saya akan bicara dengan pimpinan kalian khusus bahas doktrin TNI, pertahanan sejalan dengan minimum essential force. Besok kita akan banyak bicara modernisasi sistem persenjataan dan menjadi tentara yang profesional dan modern," tegasnya dihadapan 635 calon perwira remaja TNI 2011 dari tiga angkatan.
Presiden saat memberikan pengarahan didampingi oleh Panglima TNI, Kapolri, tiga kepala staf angkatan, Menko Polhukam, Menko Perekonomian, Menkeu, Menteri BUMN, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Mensesneg, Seskab dan sejumlah pejabat lainnya.
Bahas Doktrin Perang, SBY Kumpulkan Pati TNI/Polri di Akmil Magelang
[quote]Jakarta - Memasuki hari kedua kunjungan kerja Presiden Susilo Bambang Yudhyono dan Ibu Ani Yudhoyono di Provinsi D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah, Presiden akan memberikan pengarahan perwira menengah (Pamen) dan perwira tinggi (Pati) jajaran TNI/Polri. Acara digelar di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah.
Menurut jadwal yang diterima detikcom, Rabu (13/7/2011) rencananya pagi ini Presiden akan berbicara dengan para pimpinan TNI di Akademi Militer, Magelang, pukuk 10.00 WIB. Materi yang akan dibahas, khusus untuk membahas doktrin perang dan pertahanan sejalan dengan minimum essensial force sesuai dengan tugas yang diemban.
Hal lain yang juga akan dibahas adalah modernisasi sistem persenjantaan dan semua yang mencirikan tentara profesional dan modern.
Saat memberikan pembekalan kepada Calon Perwira Remaja (Capaja) Akademi Tentara Nasional Indonesia (TNI) tahun 2011di Balai Perajurit Sabang-Marauke, Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, Selasa (12/7) tadi malam, Presiden juga menyampaikan agenda pertemuan dengan Pati TNI/Polri hari ini.
Di Yogyakarta dan Jawa Tengah, Presiden dan Ibu Negara melakukan kunjungan kerja selama tiga hari, dan selama itu pula menginap di Istana Negara Gedung Agung, Yogyakarta.
Hari terakhir, 14 Juli 2011 besok, Presiden akan melantik 635 calon perwira TNI dari berbagai angkatan di AAU, Maguwoharjo, Yogyakarta.
Yonkav 5/Serbu Gelar Latihan Menembak Senjata Berat (with pics)
Pada tanggal 12 s.d. 13 Juli 2011 Puslatpur Kodiklat TNI AD membantu pelaksanaan latihan menembak senjata berat Yonkav 5/Serbu Dam II/SWJ TA. 2011 bertempat di Daerah Latihan Puslatpur Kodiklat TNI AD. Latihan menembak senjata berat Yonkav 5/Serbu diikuti oleh 169 orang terdiri dari 43 orang sebagai penyelenggara dan 126 orang sebagai pelaku.
Bertindak sebagai Komandan Latihan Kapten Kav Ibnu Khazim, Wadanlat Kapten Kav Andhi. A, Pasipamlat Kapten Kav Gagang P, Pasiopslat Lettu Kav M. Nashir dan Pasiminlog Lettu Kav Andi Setyo. Hadir dalam latihan ini Wadan Puslatpur Letkol Inf Agus Mansyah, Timwaslat dari Puslatpur Kodiklat TNI AD dan Dam II/SWJ.
Tujuan latihan menembak senjata berat adalah untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan petembak senjata berat dan senjata ranpur dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah mahir melaksanakan menembak senjata berat maupun ranpur.
Materi latihan yang dilaksanakan adalah menembak Kanon statis dan bergerak, menembak SMB/SMS statis dan bergerak dan menembak AGL 40 mm statis.
Ranpur yang digunakan dalam latihan ini meliputi Tank AMX-13/APC, Tank AMX-13/Non dan Panser Anoa yang merupakan Panser buatan PT Pindad.
PT DI juga tengah mengerjakan pesanan komponen Airbus 320 setiap bulannya.
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tengah mengerjakan pesanan helikopter Super Puma pesanan pasukan penjaga pantai Korea Selatan senilai US$90 juta (Rp767,52 miliar). Perusahaan plat merah itu juga mengerjakan helikopter untuk Angkatan Laut senilai US$70 juta (Rp596,96 miliar).
"Kami juga tengah mengerjakan helikopter untuk Angkatan Udara," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso kepada VIVAnews.com
Selain pesanan itu, PT DI juga tengah mengerjakan pesanan komponen Airbus 320 setiap bulannya. Perseroan optimis pesanan komponen itu akan naik 50 persen pada 2015. "Tahun depan diminta naik 20 persen dan mungkin 2015 naik 50 persen dari kapasitas yang sekarang", ujar Budi
Pendapatan PT DI sendiri tahun ini diperkirakan Rp1,6 triliun yang berasal dari penjualan komponen dan pesanan helikopter. Ia menargetkan pendapatan tahun depan dapat mencapai Rp2 triliun. "Sesudah Rp2 triliun baru kami bisa bernafas," tambah Budi.
PT DI sendiri dilingkupi permasalahan modal yang kurang, sehingga tak berani mencari order pesanan. Untuk itu perseroan sangat mengharapkan adanya penyertaan modal negara (PMN). Pemerintah dan Komisi VI telah membahas pemberian PMN sebesar Rp3,9 triliun namun persetujuan belum diketuk palu.
HEBATTTTTTTTTTTT INDONESIA...20 TAHUN LAGI KITA TAK PERLU BELI KAT LUAR...SOUTH KOREA JE BELI KAT INDONESIA..KAHKAHKAHKAH...NORTH KOREA TAK MINAT HELICOPTER NI KE ?? kahkahakah...PROUD TO BE INDONESIAN.
PT DI juga tengah mengerjakan pesanan komponen Airbus 320 setiap bulannya.
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tengah mengerjakan pesanan helikopter Super Puma pesanan pasukan penjaga pantai Korea Selatan senilai US$90 juta (Rp767,52 miliar). Perusahaan plat merah itu juga mengerjakan helikopter untuk Angkatan Laut senilai US$70 juta (Rp596,96 miliar).
"Kami juga tengah mengerjakan helikopter untuk Angkatan Udara," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso kepada VIVAnews.com
Selain pesanan itu, PT DI juga tengah mengerjakan pesanan komponen Airbus 320 setiap bulannya. Perseroan optimis pesanan komponen itu akan naik 50 persen pada 2015. "Tahun depan diminta naik 20 persen dan mungkin 2015 naik 50 persen dari kapasitas yang sekarang", ujar Budi
Pendapatan PT DI sendiri tahun ini diperkirakan Rp1,6 triliun yang berasal dari penjualan komponen dan pesanan helikopter. Ia menargetkan pendapatan tahun depan dapat mencapai Rp2 triliun. "Sesudah Rp2 triliun baru kami bisa bernafas," tambah Budi.
PT DI sendiri dilingkupi permasalahan modal yang kurang, sehingga tak berani mencari order pesanan. Untuk itu perseroan sangat mengharapkan adanya penyertaan modal negara (PMN). Pemerintah dan Komisi VI telah membahas pemberian PMN sebesar Rp3,9 triliun namun persetujuan belum diketuk palu.
Panglima tertinggi TNI yang juga orang nomor satu di negeri kepulauan ini sudah menjelaskannya di pusat pendidikan perwira gagah, Akademi Militer Magelang tanggal 13 Juli 2011, dihadapan para pemegang komando tempur dan teritorial TNI. Sudah saatnya doktrin pertahanan atau yang lazim disebut doktrin perang TNI diubah disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan yang bergerak dinamis. Doktrin yang selama ini dipegang adalah membiarkan halaman perairan dimasuki dan dikuasai musuh dengan sedikit perlawanan, baru setelah sampai di darat musuh digebuk, kalau masih kalah juga, lari ke pegunungan lalu melakukan perang gerilya yang berlarut. Bah, macam mana pula ini.
Konsep tarung demikian sudah harus tutup buku dan diganti dengan doktrin garang menggebuk lawan yang mencoba masuk dimanapun dia mau masuk, hancurkan sebelum masuk. Ini yang disebut dengan doktrin pre emptive strike atau menghalau musuh sejauh mungkin dari teritori tanah air, dari daratan utama. Dalam tulisan-tulisan sebelum ini kita sudah sering mengatakan perlunya pola masuk dulu baru digebuk diganti dengan gebuk duluan sebelum masuk. Mengapa demikian karena persoalan utama dari sengketa antar negara kini dan yang akan datang didominasi oleh penguasaan energi tak terbarukan yang berada di wilayah laut biru. Untuk negara kita disamping laut biru tadi juga ada di beberapa pulau utama seperti Papua dan Kalimantan.
Doktrin perang model semi ofensif ini tentu memerlukan kekuatan alutsista besar dan pangkalan militer yang bersifat menyebar, utamanya pangkalan Angkatan Udara dan pangkalan Angkatan Laut. Disamping itu mutlak diperlukan armada tempur laut dan skuadron tempur udara yang dapat diandalkan sebagai kekuatan pukul menggentarkan. Pembentukan tiga armada TNI AL dan tiga divisi Marinir tidak bisa ditawar lagi dengan membaginya menjadi armada barat, armada tengah dan armada timur. Demikian juga pemenuhan kebutu*an minimal 10 Skuadron tempur dengan pesawat tempur multi peran harus tersedia.
Contoh di kawasan barat RI, Natuna, bisa dijadikan pangkalan utama bersama Tanjung Pinang dan Belawan. Di masing-masing tiga pangkalan utama ini minimal harus tersedia 5 Fregat, 9 Korvet, dan 15 Kapal Cepat Rudal yang benar-benar ber home base disana, bukan BKO atau dikendalikan Surabaya. Minimal 3 kapal selam disediakan untuk mengawal perairan selat Malaka, Selat Singapura dan Natuna. Dengan kata lain untuk armada barat diperlukan ketersediaan kapal combatan berupa 15 Fregat, 27 Korvet dan 45 Kapal cepat Rudal serta 3 kapal selam. Tiga pangkalan utama ini didukung oleh pangkalan pratama seperti Lhok Seumawe, Sabang, Teluk Bayur, Dumai dan Mempawah sebagai area patroli gugus tempur laut armada barat TNI AL.
Sementara untuk armada tengah setidaknya ada 4 pangkalan utama AL yaitu di Jakarta, Surabaya, Makassar dan Tarakan. Posisi armada tengah harus merupakan yang terkuat dari 2 armada lainnya dan dimasing-masing pangkalan harus tersedia minimal 6 Fregat, 12 Korvet, dan 16 Kapal Cepat Rudal. Isian KRI untuk armada tengah dengan kapal tempur 24 Fregat, 48 Korvet, 64 Kapal Cepat Rudal ditambah dengan unsur 4 kapal selam. Ke empat pangkalan utama ini didukung oleh pangkalan pratama yaitu Semarang, Panjang, Cilacap, Benoa, Balikpapan, Bitung.
Pangkalan AL armada timur dipusatkan di Ambon, Kupang dan Merauke. Tiga pangkalan utama ini berada di lokasi laut dalam. Oleh sebab itu diperlukan kapal jenis Fregat dan Korvet. Masing-masing pangkalan diisi dengan 6 Fregat dan 10 Korvet. Dengan demikian armada timur memerlukan minimal 18 Fregat dan 30 Korvet dengan dukungan 3 kapal selam. Sementara untuk Kolinlamil (Komando Lintas Laut Militer dipusatkan di dua pangkalan yaitu Jakarta dan Makassar dengan kapal jenis LST, LPD, LHD, Tanker dan kapal RS.
Untuk matra darat juga perlu memperkuat diri dengan menambah satuan tempur berupa batalyon rudal untuk menjaga garis pantai dari serbuan amphibi. Misalnya menempatkan batalyon rudal anti kapal di Natuna dan Batam, bisa dari jenis Yakont sebagaimana yang telah dilakukan Vietnam untuk menjaga garis pantainya. Penempatan rudal surface to surface made in Pindad-Lapan perlu dilakukan di Bengkalis, Rupat dan Bintan, Kalimantan Barat dan Bunyu. Jangan lalai menempatkan beberapa batalyon rudal untuk mengamankan pantai selatan Jawa sebagaimana pernah diulas dalam tulisan sebelum ini (baca: Jangan Remehkan Selatan Jawa). Mengapa demikian, selama ini perhatian hankam kita hanya mikirin selat Malaka, Natuna dan Ambalat. Pantai barat Sumatera dan pantai selatan Jawa kok kurang kuat pagarnya. Perkuatan matra darat di Papua, NTT, Kalimantan sudah dan sedang dilakukan. Papua memerlukan minimal 3 brigade tempur lengkap, NTT minimal 1 brigade dan Kalimantan 6 brigade.
Untuk matra udara harus diperkuat dengan minimal 3 skuadron Sukhoi (48 unit), 3 skuadron F16 (48 unit), 12 F5E, 36 Hawk100/200, 16 T-50, 16 Super Tucano an 40 Hercules. Pesawat early warning minimal tersedia 2 unit bersama 5 pesawat intai strategis maritim. Sangat diperlukan rudal surface to air jarak sedang (hanud area) untuk pertahanan pangkalan yang dioperasikan Paskhas disamping rudal jarak pendek (hanud titik) yang sudah tersedia. Sebaran pangkalan pesawat tempur bisa dilakukan di Medan, Subang, Tarakan, Biak, Timika dan Kupang. Sebaran pangkalan pesawat tempur saat ini ada di Madiun, Makassar, Pontianak, Pekanbaru dan Malang.
Sebaran kekuatan matra TNI dimaksudkan agar dapat bereaksi cepat dengan jarak tempur dan logistik lebih pendek jika terjadi konflik dengan negara lain yang ingin mengajak tarung dengan RI. Misalnya Ambalat, jika konflik pecah, pangkalan AL di Tarakan akan mampu memberikan kekuatan pukul yang menjerakan bagi pihak lawan. Dengan tersedianya jumlah KRI berbagai jenis di pangkalan utama Tarakan yang ready for war, setidaknya akan membuat lawan berhitung cermat sebelum memulai konflik militer dengan RI. Bahasa premannya gak berani ganggu kalau tak ingin babak belur.
Ongkos keamanan itu jangan dinilai dari jika terjadi sesuatu baru dirasakan benefitnya. Jangan berfikir seperti itu. Sama dengan jika rumah kita kemalingan baru kemudian jendelanya diberi teralis dan pintunya diberi palang pintu. Itu artinya kita sudah rugi dua kali, ya kemalingannya ya ongkos bikin teralisnya. Sudah guondokk karena hartanya kemalingan, tambah maning buat teralis, wis ya loro tenan. Oleh sebab itu ongkos mengamankan teritori NKRI ini jangan dilihat dalam konteks insidentil belaka melainkan harus dilihat dalam horizon perspektif dan kewibawaan.
Ongkos itu memang mahal karena rumah kita ini sangat besar, kaya sumber daya alam, strategis, cantik menarik menawan hati, kata sebuah lagu. Dan kita harus memulainya dari sekarang, tidak bisa tidak, termasuk merubah paradigma doktrin perang TNI. Perubahan doktrin itu seirama dengan reformasi belanja berbagai alutsista untuk membentuk kekuatan pukul yang menggentarkan diniscayakan akan memberikan kewibawaan kedaulatan NKRI. Nilai kewibawaan itu bisa dilihat dari keseganan jiran untuk melecehkan atau mengganggu teritori Indonesia. Kewibawaan kedaulatan itu adalah ongkos yang paling murah dalam definisi menjaga keutuhan wilayah Republik Indonesia. Coba renungkan dalam-dalam.
TEMPO Interaktif, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara berencana merekrut penerbang militer dari siswa non-Akademi Angkatan Udara. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Bambang Samoedro mengatakan langkah ini dilakukan karena lulusan Akademi Angkatan Udara yang bisa diseleksi menjadi penerbang sangat terbatas. "Tahun ini TNI Angkatan Udara berencana mengambil lulusan PSDP," katanya kepada Tempo, Senin 18 Juli 2011.
Bambang mengatakan, seiring dengan rencana pembangunan kekuatan TNI Angkatan Udara, maka kebutu*an akan penerbang-penerbang militer semakin bertambah. Namun, tidak semua perwira lulusan AAU otomatis menjadi penerbang.
Setiap tahun TNI AU mendidik calon-calon penerbang militer yang berasal dari lulusan-lulusan AAU yang lolos seleksi calon penerbang. Selain lulusan AAU, juga ada calon penerbang yang direkrut dari lulusan sekolah menengah yang disebut Perwira Siswa Dinas Pendek (PSDP). Lulusan AAU akan menjadi penerbang untuk TNI AU, sedangkan lulusan PSDP bertugas di TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Darat, dan Kepolisian.
Penerbang yang berasal dari AAU akan dilatih kembali menjadi penerbang tempur, penerbang transport, atau penerbang helikopter. Adapun lulusan PSDP hanya diarahkan untuk menjadi penerbang transport dan heli. Menurut Bambang, tahun ini lima orang penerbang dari PSDP akan direkrut untuk bertugas di TNI AU.
Lulusan AAU yang lolos seleksi calon penerbang memang tidak banyak. Bambang mengatakan setiap tahun hanya 20-30 orang perwira AAU yang menjadi calon penerbang. Total rata-rata hanya 50 calon penerbang yang dididik di Komando Pendidikan TNI Angkatan Udara di Lanud Adisutjipto.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan pemerintah berencana terus melengkapi skuadron yang saat ini sudah ada di TNI AU. Saat ini TNI AU sudah memiliki beberapa skuadron tempur seperti Sukhoi, F-16, Tiger, F-5, Tiger, Hawk, serta yang akan datang T-50 dan Super Tucano. "Kami juga akan membangun skuadron transport," katanya.
Menteri mengatakan kebutu*an untuk membangun skuadron transport atau angkut semakin tinggi karena banyaknya bencana alam yang akhir-akhir ini terjadi. Ancaman yang muncul juga tidak lagi dalam bentuk tradisional seperti perang, tetapi ancaman teror, asimetris, dan lainnya. "Dan itu diperlukan pesawat angkut seperti Hercules, pengganti F27, helikopter serbu dan lain sebagainya," katanya.
Panglima TNI: Paradigma Memenangkan Perang Adalah Yang Cepat Mengalahkan Yang Kecil
AKADEMI ANGKATAN LAUT (18/7),- Paradigma lama Dwi Fungsi TNI sebagai kekuatan Hankam dan kekuatan sosial politik, berubah menjadi Dwi Misi TNI yaitu, kekuatan TNI untuk melaksanakan tugas-tugas operasi militer perang dan operasi militer selain perang. Selain itu, paradigma untuk memenangkan perang adalah bukan lagi yang besar mengalahkan yang kecil, tetapi yang cepat mengalahkan yang kecil.
Hal tersebut disampaikan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, SE, dalam amanat tertulisnya yang dibacakan oleh Sekretaris Lembaga Akademi Angkatan Laut (AAL) Kolonel Laut (S) Ir. Rusmali Anggawiria pada Upacara Bendera 17-an di lapangan Banda AAL, Bumimoro, Surabaya, Senin (18/7).
Lebih lanjut Panglima TNI mengemukakan tentang penggunaan Hard Power atau kekuatan militer dalam aspek tertentu yang dulu kerap digunakan oleh Negara-negara besar untuk mengintimidasi Negara pesaing atau Negara-negara kecil dan miskin, kini sudah tidak lagi popular dan dinilai tidak efisien. Namun demikian muncul lagi cara baru yang jauh lebih efisien dengan kerusakan yang lebih dahsyat, yaitu menggunakan Soft Power, yang digunakan dalam bentuk peperangan seperti Culture Warfare, Economic Warfare, Financial Warfare dan Information Warfare. Bahkan perkembangan terakhir adalah penggunaan Smart Power untuk memenangkan perang.
Seiring dengan pergeseran paradigma tersebut terjadi pula pergeseran dan perubahan paradigma keamanan global, keamanan regional, serta keamanan nasional, yang sebelumnya merupakan keamanan wilayah (Territorial Security) menjadi keamanan manusia (Human Security). Sehingga pola penanganannya berubah dari kerjasama keamanan (Security Cooperative) dan keamanan bersama (Collective Security) menjadi keamanan komprehensif (Security Comprehensive). Demikian juga dengan paradigma Operasi Militer, yang telah berubah menjadi Operasi Militer Perang dan Operasi Militer Selain Perang, serta Operasi Militer Mandiri menjadi operasi militer yang dilaksanakan secara gabungan Trimatra dengan sistem senjata terpadu, baik Sistem Senjata Teknologi (Sistek) maupun Sistem Senjata Sosial (Sissos).