|
Ilmu tasauf dan tarikat [+ gabungan thread mohdmus]
[Copy link]
|
|
Ziarah Kubur
“Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, namun kini berziarahlah kalian!. Dalam riwayat lain; ‘(Maka siapa yang ingin berziarah kekubur, hendaknya berziarah), karena sesungguhnya (ziarah kubur) itu mengingatkan kepada akhirat’. (HR.Muslim)
Juga ada hadits yang serupa diatas tapi berbeda sedikit versinya dari Buraidah ra. bahwa Nabi saw. bersabda:
“Dahulu saya melarang kalian menziarahi kubur, sekarang telah diizinkan dengan Muhammad untuk berziarah pada kubur ibunya, karena itu berziarah lah ke perkuburan sebab hal itu dapat mengingatkan pada akhirat”. (HR. Muslim (lht.shohih Muslim jilid 2 halaman 366 Kitab al-Jana’iz), Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, Ahmad).
Imam Syafi’i dalam kitabnya Al Umm meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulallah saw. bersabda:
“Saya pernah melarang kamu berziarah kubur, maka berziarahlah padanya dan jangan kamu mengatakan ucapan yang mungkar [Hajaran]”. (Tartib Musnad Imam Syafi’i, pembahasan tentang sholat, bab ke 23 ‘Sholat jenazah dan hukum-hukumnya’ hadits nr. 603 jilid 1 hal. 217)
Dari hadits-hadits diatas jelaslah bahwa Nabi saw. pernah melarang ziarah kubur namun lantas membolehkannya setelah turunnya pensyariatan (legalitas) ziarah kubur dari Allah swt Dzat Penentu hukum (Syari’ al-Muqaddas).
Larangan Rasulallah saw. pada permulaan itu, ialah karena masih dekatnya masa mereka dengan zaman jahiliyah, dan dalam suasana dimana mereka masih belum dapat menjauhi sepenuhnya ucapan-ucapan kotor dan keji. Tatkala mereka telah menganut Islam dan merasa tenteram dengannya serta mengetahui aturan-aturannya, di-izinkanlah mereka oleh syari’at buat menziarahinya. Dan anjuran sunnah untuk berziarah itu berlaku baik untuk lelaki maupun wanita. Karena dalam hadits ini tidak disebutkan kekhususan hanya untuk kaum pria saja.
Dalam kitab Makrifatul as-Sunan wal Atsar jilid 3 halaman 203 bab ziarah kubur disebutkan bahwa Imam Syafi’i telah mengatakan: “Ziarah kubur hukumnya tidak apa-apa (boleh). Namun sewaktu menziarahi kubur hendaknya tidak mengatakan hal-hal yang menyebabkan murka Allah”.
Al-Hakim an-Naisaburi dalam kitab Mustadrak Ala as-Shahihain jilid 1 halaman 377 menyatakan: “Ziarah kubur merupakan sunnah yang sangat di tekankan”. Hal yang sama juga dapat kita jumpai dalam kitab-kitab para ulama dan tokoh Ahlusunah seperti Ibnu Hazm dalam kitab al-Mahalli jilid 5 halaman 160; Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid 4 halaman 531; Abdurrahman al-Jaziri dalam kitab al-Fikh alal Madzahibil Arba’ah jilid 1 halaman 540 (dalam penutupan kajian ziarah kubur) dan banyak lagi ulama Ahlusunah lainnya. Atas dasar itulah Syeikh Manshur Ali Nashif dalam kitab at-Tajul Jami’ lil Ushul jilid 1 halaman 381 menyatakan: “Menurut mayoritas Ahlusunah dinyatakan bahwa ziarah kubur adalah sunnah”.
Disamping itu semua, masih ada lagi hadits Nabi saw. yang memerintahkan ziarah kubur tersebut tapi kami hanya ingin menambahkan dua hadits lagi dengan demikian lebih jelas buat pembaca bahwa ziarah kubur dan pemberian salam terhadap ahli kubur itu adalah sunnah Rasulallah saw.
Hadits dari Ibnu Abbas berkata: Ketika Rasulallah saw. melewati perkuburan di kota Madinah maka beliau menghadapkan wajahnya pada mereka seraya mengucapkan: ‘Semoga salam sejahtera senantiasa tercurah atas kalian wahai penghuni perkuburan ini, semoga Allah berkenan memberi ampun bagi kami dan bagi kalian. Kalian telah mendahului kami dan kami akan menyusul kalian’. (HR.Turmudzi)
Hadits dari Aisyah ra.berkata:
“Adalah Nabi saw. pada tiap malam gilirannya keluar pada tengah malam kekuburan Baqi’ lalu bersabda: ‘Selamat sejahtera padamu tempat kaum mukminin, dan nanti pada waktu yang telah ditentukan kamu akan menemui apa yang dijanjikan. Dan insya Allah kami akan menyusulmu dibelakang. Ya Allah berilah ampunan bagi penduduk Baqi’ yang berbahagia ini’”. (HR. Muslim) |
|
|
|
|
|
|
|
Pembacaan Al-Qur’an di kuburan untuk orang yang telah Mati
Hadits tentang wasiat Ibnu Umar ra yang tertulis dalam syarah Aqidah Thahawiyah hal. 458 :
“Dari Ibnu Umar ra : “Bahwasanya beliau berwasiat agar diatas kuburnya nanti sesudah pemakaman dibacakan awal-awal surat al-Baqarah dan akhirnya..”.
Hadits ini menjadi pegangan Muhammad bin Hasan dan Imam Ahmad bin Hanbal padahal Imam Ahmad ini sebelumnya termasuk orang yang mengingkari sampainya pahala amalan dari orang yang hidup pada orang yang telah mati. Namun setelah beliau mendengar dari orang-orang kepercayaan tentang wasiat Ibnu Umar ini beliaupun mencabut pengingkarannya itu (Mukhtasar Tazkirah Qurtubi hal. 25).
Ada hadits yang serupa dalam Sunan Baihaqi dengan isnad Hasan:
“Bahwasanya Ibnu Umar menyukai agar dibaca diatas pekuburan sesudah pemakaman awal surat Al-Baqarah dan akhirnya”.
Perbedaan dua hadits terakhir diatas ialah yang pertama adalah wasiat Ibnu Umar sedangkan yang kedua adalah pernyataan bahwa beliau menyukai hal tersebut.
Hadits dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulallah saw.bersabda:”Jika mati seorang dari kamu, maka janganlah kamu menahannya dan segeralah membawanya kekubur dan bacakanlah Fatihatul Kitab disamping kepalanya”. (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Abu Hurairah ra.meriwayatkan bahwasanya Nabi saw. bersabda:
“Barangsiapa yang berziarah di kuburan, kemudian ia membaca ‘Al-Fatihah’, ‘Qul Huwallahu Ahad’ dan ‘Alhaakumut takatsur’, lalu ia berdo’a Ya Allah, kuhadiahkan pahala pembacaan firman-Mu pada kaum Mu’minin dan Mu’minat penghuni kubur ini, maka mereka akan menjadi penolong baginya (pemberi syafa’at) pada hari kiamat”.
Hadits-hadits diatas atau hadits-hadits lainnya dijadikan dalil yang kuat oleh para ulama untuk menfatwakan sampainya pahala pembacaan Al-Qur’an bagi orang yang telah wafat. Apa mungkin para sahabat Nabi seperti Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah [ra] mengeluarkan kata-kata yang mengandung ilmu ghaib (yaitu mengenai imbalan pahala) tidak dari Rasulallah saw.? Mungkinkah para sahabat itu meriwayatkan sesuatu amalan yang berbau kesyirikan atau larangan dalam agama Islam? Mereka berdua adalah termasuk salah satu tokoh dari golongan Salaf Sholeh, mengapa golongan pengingkar ini menolaknya ?
Imam Nawawi dalam Syahrul Muhadzdzib mengatakan: ‘Disunnahkan bagi orang yang berziarah kekuburan membaca beberapa ayat Al-Qur’an dan berdo’a untuk penghuni kubur’.
Imam Nawawi menyimpulkan bahwa membaca Al-Qur’an bagi arwah orang-orang yang telah wafat dilakukan juga oleh kaum Salaf (terdahulu). Pada akhirnya Imam Nawawi mengutip penegasan Taqiyyuddin Abul Abbas Ahmad bin Taimiyah (Ibnu Taimiyyah) sebagai berikut:
“Barangsiapa berkeyakinan bahwa seorang hanya dapat memperoleh pahala dari amal perbuatannya sendiri, ia menyimpang dari ijma’ para ulama dan di lihat dari berbagai sudut pandang keyakinan demikian itu tidak dapat dibenarkan”.
Juga keterangan singkat yang diungkapkan seorang ulama terkemuka di Indonesia Ustadz Quraish Shihab dalam bukunya Fatwa-fatwa Seputar ibadah dan Muamalah halaman 27 mengenai ‘berdo’a dan membacakan Al-Qur’an untuk orang mati’ adalah sebagai berikut:
“Berdo’a untuk kaum Muslimin yang hidup atau yang sudah wafat adalah anjuran agama. Membaca Al-Qur’an juga merupakan salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan. Hanya saja, terdapat perbedaan paham di kalangan para ulama masalah bermanfaat atau tidaknya bacaan itu bagi orang yang telah wafat. Memang, dalam kitab-kitab hadits, ditemukan yang menganjurkan pembacaan Al-Qur’an bagi orang yang akan atau telah wafat. Diantaranya, Abu Dawud meriwayatkan bahwa sahabat Nabi, Ma’qil bin Yasar, menyatakan bahwa Nabi saw. bersabda: ‘Bacalah surat Yaa Sin untuk orang-orang yang (akan atau sudah) mati (dari kaum Muslim)’.
Nilai keshahihan hadits diatas ini dan semacamnya masih ada yang memperselisihkannya. Sekalipun ada golongan yang mengatakan hadits-hadits tersebut lemah atau tidak ada sama sekali tidak ada halangan untuk membaca ayat Al-Qur’an bagi orang yang akan wafat atau telah wafat. Dikalangan para ulama hadits, dikenal qaedah yang menyatakan bahwa hadits-hadits yang tidak terlalu lemah dapat diamalkan khususnya dalam bidang fadhail (keutamaan).
Para Ulama juga menyatakan bahwa membaca Al-Qur’an pada dasarnya dibenarkan oleh agama dan mendapat pahala (kecuali orang yang sedang junub/haid). Diantara perselisihan ulama itu adalah ‘Apakah dapat diterima hadiah pahala bacaan tersebut oleh almarhum atau tidak! (Jadi bukan masalah pembacaannya)
Syekh Muhammad Al-Syarabashi dalam bukunya Yas’alunaka mengutip pendapat Al-Qarafi dalam kitab Al-Furuq bahwa kebaikan yang dilakukan seseorang untuk orang lain yang telah meninggal mencakupi tiga kategori:
1. Disepakati tidak bermanfaat: memberi pahala keimanan kepada orang yang telah wafat.
2. Disepakati bermanfaat: seperti sedekah yang pahalanya diberikan kepada orang telah wafat.
3. Diperselisihkan apakah bermanfaat atau tidak: seperti menghajikan, berpuasa dan membaca Al-Qur’an untuk orang yang telah meninggal.
Sementara madzhab Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal, berpendapat pahalanya dapat diterima oleh yang telah mati. Kemudian Imam Al-Qarafi yang bermadzhab Maliki ini menutup keterangannya bahwa persoalan ini (pahala untuk yang mati), walaupun diperselisihkan, tidak wajar untuk ditinggalkan dalam hal pengamalannya. Sebab, siapa tahu, hal itu benar-benar dapat diterima oleh orang yang telah mati, karena yang demikian itu berada diluar jangkauan pengetahuan kita.
Perbedaan pendapat terjadi bukan pada hukum boleh tidaknya membaca Al-Qur’an untuk orang yang akan atau telah mati, melainkan pada kenyataan sampai tidaknya pahala bacaan itu kepada si mayat!“ Demikianlah keterangan yang diungkapkan oleh Ustadz Quraish Shihab dalam bukunya ‘Fatwa-fatwa seputar ibadah dan muamalah’.
Untuk mempersingkat halaman, kami ingin mengutip sebagian saja nama ulama-ulama pakar dan kitab mereka yang mengakui sampainya hadiah pahala bacaan yang ditujukan untuk si mayat diantaranya sebagai berikut:
“Imam Ahmad bin Hanbal; ulama-ulama dalam madzhab Hanafi, Maliki dan madzhab Syafi’i; Muhammad bin Ahmad al-Marwazi dalam kitab Hujjatu Ahli Sunnah Wal-Jama’ah hal.15 ; Syaikh Ali bin Muhammad bin Abil Iz (Syarah Aqidah Thahawiyah hal. 457); Dr. Ahmad Syarbasi ( Yasaluunaka fid din wal-hayat 3/413 ); Ibnu Taimiyyah (Yasaluunaka fid din wal-hayat jilid 1/442 ) ; Ibnul Qayyim al-Jauziyyah (Yasaluunaka fid din wal-hayat jilid 1/442) juga Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ar-Ruh mengatakan bahwa “Al-Khallal dalam kitabnya Al-Jami’ “ sewaktu membahas ‘Bacaan disamping kubur’ ; Al-Allamah Muhammad al-Arobi (Majmu’ Tsholatsi Rosaail ) ; Imam Qurtubi ( Tazkirah Al-Qurtubi hal. 26 ) ; Imam Sya’bi mengatakan: ‘Orang-orang Anshor jika ada diantara mereka yang wafat, maka mereka berbondong-bondong kekuburnya sambil membaca Al-Qur’an disampingnya (kuburan nya)’. Ucapan Syekh Sya’bi ini dikutip oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ar-Ruh halaman 13; Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa.
Dan masih banyak lagi ulama-ulama berbeda madzhab yang membenarkan hadiah pahala bacaan ini. Jadi jelas bagi kita setelah membaca dan meneliti kutipan pada lembaran sebelum dan berikut ini banyak hadits Nabi saw. serta anjuran para sahabat dan ulama-ulama pakar tentang dibolehkannya serta sampainya pahala amalan orang yang masih hidup ditujukan kepada si mayyit. Disamping itu, semua madzhab sepakat bahwa pembacaan Al-Qur’an akan mendapat pahala bagi pembacanya bila dan dimana pun, yang mana pahala itu selalu diharapkan oleh setiap muslim.
Kita tidak boleh langsung menuduh semua amalan yang menurut pendapat sebagian ulama haditsnya terputus, lemah, palsu, atau tidak ada haditsnya dan sebagainya itu haram untuk diamalkannya. Kita harus meneliti lebih jauh lagi bagaimana pendapat ulama lainnya dan harus meneliti apakah amalan tersebut menyalahi atau keluar dari syariat yang telah digariskan Islam atau tidak?, bila tidak menyalahi syari’at Islam, boleh diamalkan ! Apalagi amalan-amalan yang masih mempunyai dalil maka tidak ada alasan orang untuk mengharamkan, mensesatkan atau membid’ahkan munkar amalan-amalan tersebut karena tidak sependapat dengan mereka, menghukum suatu amalan sebagai haram, harus mengemukakan dalil yang jelas dan shahih dari Rasulallah saw. |
|
|
|
|
|
|
|
Sanggahan Allah s.w.t kepada yang bertawassul secara sufi.
Maka sepatutnya mereka dibela oleh segala yang mereka sembah yang lain dari Allah sebagai penyembahan untuk mendekatkan diri (kepada Allah ...
Nazrulism Post at 11-3-2010 22:49
MAKSUD AJARAN SESAT
Ilmu dan amalan yang menyesatkan Akidah, Syariat dan Akhlak seseorang Islam melalui
lidah, anggota dan hatinya di semua tempat, waktu dan masa.
Asas Seseorang Menjadi Kufur Atau Murtad Dan Bidaah Dholalah Ialah ;
(1) Jahil Murakab
(2) Jahil Basit
(3) Rabtul A’di
o Iaitu bepegang teguh pada hukum adat dalam hidup dan kehidupan dengan
menolak Hukum Syarak(Taklif) dan Hukum Akal.
o Hukum Syarak(Taklif) itu ada 5, iaitu :
i. Wajib
ii. Haram
iii. Sunat
iv. Makruh
v. Harus
o Tiap-tiap Hukum Syarak(Taklif) itu ditentukan oleh 5 Hukum Wadhoi untuk
membolehkan seseorang itu berada padanya, iaitu ;
i. Syarat
ii. Sebab
iii. Mani’
iv. Sah
v. Batal
o Hukum Akal itu ada 3 ;
i. Wajib ii. Mustahil iii. Harus
(4) Taqlidul Rad’di
Ikut membabi buta tanpa merujuk kepada Hukum Syarak dan Hukum Akal serta kepada
ulama-ulama yang faham dan beramal dengan ilmunya.
(5) Tahsinul Aqli
Mengikut kebijaksanaan pemikiran, menolak hujah Al-Quran, Hadis, Ijmak Ulama dan
Qias dalam Aqidah, Syariat dan Akhlak.
(6) Hululliah
Mengiktikad zat Allah itu menjelma di dalam alam, menyerupai sesuatu daripada alam
zahir dan batinnya, umpamanya iktikad Yahudi iaitu zat Allah menjelma dalam alam
menyerupai nabi Allah Uzair a.s. dan iktikad Kristian yang zat Allah menjelma dalam
alam menyerupai Mariam dan Isa a.s.
(7) Tanasikhul Arwah
Mengiktikad zat nabi-nabi, wali-wali dan malaikat menjelma masuk ke dalam diri
seseorang dan orang yang mendapat penjelmaan itu boleh menzahirkan beberapa
kelebihan yang menyalahi kebiasaan bagi membuktikan kebenarannya.
Peringatan :
Tidak ada nas, hujah Al-Quran, Hadis Ulama atau Qias, yang menyatakan roh nabi-nabi, waliwali
atau malaikat diizinkan Allah menjelma masuk ke dalam diri seseorang. Hanya yang ada
ialah roh jin yang mempernamakan dirinya sebagai roh nabi, wali atau malaikat kerana menipu
daya manusia untuk terjun dalam sesat Aqidah, Syariat dan Akhlak dalam Islam.
(8) Iktiqad Wahdatul Wujud
Mengiktikad zat Allah menjelma pada mana-mana tempat dalam diri dan bersatu
dengan roh, sehingga pada masa itu orang itu mengaku Tuhan. Meninggalkan segala
amalan syariat, menghalalkan yang haram dan terangkat segala taklif syarak pada
dirinya, umpamanya nikah batin, sembahyang dengan niat dan lain-lain.
(9) Menghuraikan Al-Quran, Hadis dan Kitab-kitab ulama dengan jahil kaedah Bahasa Arab
atau tidak memasuki mana-mana majlis pengajian atau tidak mengambil daripada
mereka yang mahir Bahasa Arab lagi alim serta beramal dengan ilmunya. |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by Nazrulism at 13-3-2010 01:09
Dah boleh ziarah pulak...isyh..isyh..itulah akibat kalu takdak guru dan main kopipes jer...
haramnya bermusafir utk menziarahi maqam/kubur untuk beribadat
Tp kenapa Tuan tak quote yg Salikin tulis pendapat Ibn Taimiyyah semasa di bukakan Allah pintu kebenaran buatnya tentang sufi dan tasawuf semasa di dalam penjara..terkejut kan?
Yg kata begitu.. tok sufi
err.. selikin cakap dengan aku ker
Bukan saja Ibn Taimiyyah malahan ramai lagi ulama besar yg pada awalnya mereka penentang tasawuf sufi tetapi apabila mereka mendalami tasawuf sufi, mereka menemukan sesuatu yg sangat bernilai di sisi Allah di dalamnya.
Mereka menemukan Tauhid yang sebenarnya .. tok-tok sufi jer yg kata tasawuf sufi sebagai alasan untuk membenarkan persangkaan tok sufi sendiri.
Ibn Taimiyyah maksudkan sekiranya dr segi syarak dan akal tidak menafikan mengatakan Allah itu bukan jisim maka jika kita menafikan, itu adalah perbuatan jahil atau sesat.
Lihat perkataan saudara sendiri..
Kesimpulannya, Ibn Taimiyyah tetap menegaskan yg Allah itu berjisim krn tidak ada ayat menafikan perkara tersebut di dlm Al-Quran, Hadis atau kata2 ulama..
Itu kesimpulan tuan.. bukan kesimpulan beliau, Allah bertangan (jisim?).. tidaklah sama dengan tangan makhluk (jisim). Begitu juga Zat Allah.. tidaklah sama seperti zat-zat yg ada pada makhluk.
Setinggi mana ilmu Tuan utk menentang semua ulama besar tu...cermin2 la diri, jangan kerana ego nak menang hujah, menjadikan kita semakin jauh dari kebenaran, dan paling teruk semakin jauh dr Allah, tenggelam dalam kejahilan kita sendiri.
Yang ditentang adalah perkara2 yg bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi s.a.w.
tuan dah cermin diri ker.. ah lupa pulak, puak2 sufi ini ada cerita tentang cermin
Hadis di atas cuma nak menentang hujah Ibn Taimiyyah melarang menziarahi kubur..bukan suruh Tuan solat, menangis meraung kat kubur.....Aaaaaalaa Kassimmmmmmm.....
haramnya bermusafir utk menziarahi maqam/kubur untuk beribadat seperti solatkan kubur, meratap dikubur, meraung dikubur dan minta berkat dari ahli kubur
kamu ni macam pompuan tua dalam cerita tu .. apa nama dia.. lupa pulak
Imam Shafi'i: "Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:
Imam Syafi'i juga berkata;
"seseorang yang merapati golongan sufi selama 40 hari akan kehilangan akal selama-lamanya"
Saya memang pakai pendapat Imam syafie dan Imam2 Sunni yg lain...
Pakai jer... tapi ikut tok sufi
Kalu kabo semua tok guru sufi wali Allah, xcukup la borang pendaftaran nanti...
Syyhhh...jangan bgtau orang, saya pun wali jugak..
owh.. yg dah isi borang daftar, dah ada sijil wali sufi.. ada ISO tak?
Psst;) ... sedara belum isi borang wali sufi ker.. daftar on-line kat cari.com pun boleh
Allah tu Maha Kaya, Maha Kreatif...jangan kan cerita kartun, cerita ulama 'cari.com' tapi masih tercari-cari tak jumpa2 kebenaran pun ada...
wali sufi cari.com bertuhankan pengarah cerita kartun.
Tuan percaya ka depa? Buat apa saya cerita kalu Tuan tak percaya depa, buat jadi fitnah jer..bukan fitnah krn ilmu yg salah tetapi krn xsampai kpd maksudnya...
Berikan tafsir penuh NurMuhammad dari kitab mereka.. atau sedara hanya tahu nama mereka sahaja.
Firman Allah:
Ertinya:" Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun."(Surah Az-Zumar :23)
Malangnya kaum sufi lebih suka merujuk 'Fushuh al Hikam' karangan Ibn Arabi yang berulang2 kebathilannya. , mendapatkan petunjuk dari bisikan yg dikatakan kasyaf dan laduni. |
|
|
|
|
|
|
|
Wahaby dan Puak2 Ibn Taimiyah Tanya :
Adakah Nabi saw merupakan nur atau manusia biasa seperti kita sepertimana yang dikhabarkan di dalam al Quran ?
Salikin Jawap :
Nabi saw merupakan nur, adalah sohih. Firman ALLAH swt :
Ertinya : Wahai Ahli Kitab! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul kami (Muhammad s.a.w) dengan menerangkan kepada kamu banyak dari (keterangan-keterangan dan hukum-hukum) yang telah kamu sembunyikan dari Kitab Suci dan Dia memaafkan kamu (dengan tidak mendedahkan) banyak perkara (yang kamu sembunyikan). Sesungguhnya telah datang kepada kamu cahaya kebenaran (Nabi Muhammad) dari Allah dan sebuah Kitab (Al-Quran) yang jelas nyata keterangannya. (Al Maidah ayat : 15)
ALLAH swt juga berfirman :
Ertinya : "Dan (Muhammad saw juga sebagai penyeru (umat manusia seluruhnya) kepada agama ALLAH swt dengan taufiq yang diberiNya ; dan sebagai lampu yang menerangi (Surah al Ahzaab ayat 46) (Bkn Tok Sufi Kata nih tp Firman Allah swt)
Baginda saw adalah nur dan penerang. Tidak mengapa jika kamu mengatakan bahawa Sayidina Muhammad saw adalah nur selama ALLAH swt telah menyifatkan Baginda saw sedemikian dan menamakannya Nur. Bahkan, telah thabit di dalam sunnah bahawa sahabat radiyaLlahu 'anahu menyatakan sesungguhnya wajah Baginda saw seumpama bulan purnama.
Ertinya : Sesungguhnya wajahnya (Nabi saw) seperti rembulan (Riwayat Nasa'i, As sunnan al Kubra, vol 5 hlmn 187, dan vol 6, hlm 155; Tobrani, Al Mu'jam Al Kabir, vol 10, hlm 147; dan al Hafiz Ibnu Hajar juga mengemukakan di dalam al Ishaabah, vol 6, hlm 180.
Baginda saw juga telah mengkhabarkan ketika mengandungkannya, bondanya melihat cahaya yang memancar sehingga menerangi istana-istana Busra di negara Syam. Para sahabat radiyaLlahu 'anhu tatkala masuk ke Madinah, semua benda menjadi bercahaya. Tatkala baginda saw wafat, semua benda menjadi gelap.
Begitu juga athar-athar dan hadith-hadith lain yang menerangkan bahawa Baginda saw adalah nur. Tidak sewajarnya kita menafikan bahawa nur tersebut adalah nur yang bersifat hissi (yang boleh dirasai oleh salah satu pancaindera). Kerana tidak ada di sana apa-apa yang menghalang untuk kita menyatakan bahawa sifat Baginda saw itu menerangi atau memiliki nur hissi sebagaimana ia juga tidak bertentangan dengan tabiat manusia yang telah dikhabarkan oleh al Quran.
Sesungguhnya yang dilarang ialah menafikan sifat kemanusiaan bagi diri Baginda sallaLlahu 'alaihi wasallam kerana ini bersalahan dengan apa yang disohihkan oleh al Quran. ALlah subahanahu wa ta'ala telah berfirman :
Ertinya : "Katakanlah (wahai manusia) : "Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu; diwahyukan kepadaku" (Surah al Fussilat ayat 6)
Yang paling selamat ialah dengan menetapkan apa yang telah ditetapkan oleh ALLAH swt bagi NabiNya saw Allah swt telah menetapkan bahawa Baginda saw adalah nur yang menerangi dan sentiasa berada dalam keadaan sedemikian dan Baginda saw juga adalah manusia seperti kita tanpa perlu sebarang tafsil dan tanzir.
Menetapkan diri Baginda saw mempunyai nur yang hissi juga tidak bertentangan dengan hakikat diri baginda saw yang merupakan manusia. Bulan tabiat semulajadinya terdiri daripada batu-batu pejal dan dalam masa yang sama ia adalah cahaya dan mempunyai cahaya hissi. Nabi saw lebih mulia daripada bulan dan lebih mulia daripada seluruh makhluk ciptaan Allah swt. Kami memohon kepada Allah swt agar menunjukkan kami jalan yang lurus, Ini adalah penerangan mengenai permasalan nur yang dinisbahkan kepada Nabi saw. Kami akhiri dengan doa kami, segala puji bagi Allah swt Tuhan sekalian alam.
Di antara hadith yang mensabitkan Nur Muhammad ini ialah hadith yang diriwayatkan oleh ali ibn al Husain daripadanya ayahandanya daripada nendanya, bahawa Nabi saw bersabda :
Ertinya : "Aku adalah cahaya di hadapan Tuhanku"
Hadith ini disebut oleh al Hafiz Abu Hasan Ali ibn Muhammad al Qattan di dalam Ahkamnya, Beliau merupakan di antara pengkritik hadith yagn mahsyur dan di antara ulama yang tegas dan memberikan perhatian serius terhadap periwayatan dan penjagaan sesuatu hadith.
Selain itu, Dr Sayyid Muhammad ibn Alawi al Maliki juga mengemukakan ayat di atas dan menyatakan kebanyakan ulama' menyatakan bahawa nur dalam ayat ialah Muhammad saw sebagaimana yang disebut di dalam Tafsir al Tabari, ibn hatim dan al Qurtubi, Qatadah juga berpendapat sedemikian.
Di antara dalilnya juga ialah hadith yang banyak menyebut tatkala Baginda saw dilahirkan, bondanya melihat cahaya dan keluar bersamanya cahaya yang menerangi istana-istana Syam. Ibnu Hajar berkata sedemikian dan mensohihkan hadith ini. Begitu juga Ibnu Hibban dan Al Hakim. |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by Nazrulism at 14-3-2010 00:36
CAHAYA (NUR) MUHAMMADI
Termasuk dalam madzhab wihdah al-wujud, ialah adanya keyakinan dikalangan orang-orang sufi tentang masalah Aqthab, Autad, Abdal, Aghwats, An-Najba (yakni beberapa istilah status, jabatan atau peringkat dikalangan sufi), bahwa ruh Allah berdiam pada diri mereka sehingga merekalah yang mengatur apa yang ada. Mereka menduduki kedudukan Allah dalam mencipta dan mengatur. Yang demikianpun termasuk keyakinan Syi'ah terhadap para imamnya. Seperti dikatakan Khumeini dalam kitabnya Al-Hukumah Al-Islamiyah hal.52 : "Sesungguhnya imam mempunyai kedudukan yang terpuji dan derajat yang tinggi, dan kekuasaan untuk mencipta serta tunduk di bawah kekuasaannya seluruh unsur dari semesta ini. Dan termasuk madzhab kami yang sangat penting pula, bahwa para imam kita mempunyai kedudukan yang tidak dapat diraih oleh para malaikat terdekatpun, dan tidak pula oleh nabi yang didekatkan. Dan berdasarkan riwayat-riwayat yang ada pada kita, dengan hadits-haditsnya, bahwa Rasul teragung Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para imam, mereka semua, sebelum adanya alam semesta ini berupa cahaya yang dijadikan Allah mengelilingi Ars-Nya. [Al-Hukumat Al-Islamiyah, Khumeini ]
Sesungguhnya orang-orang sufi, dimana beribu-ribu kaum muslimin dari segala penjuru dirangkul mereka, lalai ketika mengangkat orang-orang tersebut (para imamnya) ke derajat ketuhanan atau yang mendekati hal itu. Yaitu menjadikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkedudukan diantara mereka dalam mengatur semesta, baik masalah penciptaan dan pengaturan, mendatangkan manfaat dan memberikan madharat, qadha dan qadar .... Maka, mulailah mereka mengada-ngadakan perkataan terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melalui teori Al-Haqiqah Al-Muhammadiyah yang mengeluarkan Rasulullah dari alam manusia dan menjadikannya cahaya (nur). Dari cahaya Muhammad itulah seluruh mahluk diciptakan.
"Artinya : ... Sungguh besar perkataan yang keluar dari mulut mereka. Tiadalah yang mereka katakan itu kecuali dusta". [Al-Kahfi : 5]
Berikut ini sebagian dari perkataan mereka :
[1]. Muhammad Adalah Asal Semesta. "Sesungguhnnya akal yang pertama adalah dinasabkan kepada Muhamad. Karenanya Allah menciptakan Jibril di waktu terdahulu. Maka Muhammad adalah bapak bagi Jibril dan merupakan asal dari seluruh alam semesta".[Al-Insan Al-Kamil lil Jalil ]
[2]. Muhammad Di Atas 'Arsy. "Mahluk yang pertama adalah debu, dan mahluk yang pertama yang berwujud secara hakiki adalah Muhammad yang disifatkan istiwa' di atas 'Arsy Ar-Rahmani, yaitu 'Arsy ilahi. [Futuhat Al-Makkiyah ]
[3]. Cahaya Muhammad (Nur Muhammadi) Adalah Cahaya Allah.
[4]. Muhammad Adalah Penjaga Atas Semesta.
[5]. Semesta Diciptakan Karena Muhammad. Ibnu Nabatah Al-Mishri berkata : Kalau bukan karenanya, tidak adalah bumi dan tidak pula ufuk. Tidak pula waktu, tidak pula mahluk, tidak pula gunung.
[6]. Muhammad Mengetahui Yang Ghaib. Berikut ini dalil-dalil mereka yang mereka sembunyikan di balik punggung-punggunya :
Hadits pertama. "Artinya : Pertama kali yang diciptakan Allah adalah cahaya nabimu, wahai Jabir" [Hadits Palsu]
Hadits kedua. "Artinya : Aku sudah menjadi nabi sedangkan Adam masih berwujud antara air dan tanah". [Hadits Palsu. Lihat Syarah Jami'ash-Shagir III/91 dan Asna Al-Mathalib hal. 195]
Ini adalah perkataan yang sangat lemah dan matan-nya mungkar. Bukankah air adalah bagian dari tanah ? Adapun hadits shahih berlafadz : "Artinya : Aku sudah menjadi Nabi, sedangkan Adam adalah keadaan antara ruh dan jasad", tetapi ini pada ilmu Allah yang azali.
Hadits ketiga. "Artinya : Kalau tidak karena engkau, maka bintang-bintang itu tidak diciptakan". [Shan'ani berkata bahwa hadits ini Palsu dan disepakati Imam Syaukani dalam kitab Fawaid Al-Majmu'ah hl. 116]
Padahal sesungguhnya Allah telah menutup berbagai jalan menuju perbuatan yang melebih-lebihkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Katakanlah, sesungguhnya aku ini adalah manusia seperti kamu semua. Hanyasanya diwahyukan kepadaku (wahyu). Sesungguhnya sesembahanmu adalah sesembahan yang Esa. Maka barangsiapa yang mengharapkan bertemu dengan Rabbnya, hendaklah ia beramal dengan amalan yang shalih dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya". [Al-kahfi : 110]
Dan berfirman Subhanahu Wa Ta'ala . "Artinya : Katakanlah, Maha Suci Rabbku. Bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul ?". [Al-Isra : 93]
Dan berfirman Subhanahu Wa Ta'ala . "Artinya : Katakanlah, tidaklah aku mengatakan kepada kalian semua bahwa aku mempunyai perbendahaaran Allah, tidak pula aku mengetahui yang ghaib, tidak juga aku katakan bahwasanya aku ini malaikat. Tidaklah aku mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah, apakah sama orang yang melihat dengan orang yang buta ? Apakah kalian semua tidak berpikir ?". [Al-An'am : 50]
Telah bersabda pula beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam . "Artinya : Janganlah kalian semua melebih-lebihkan aku seperti orang-orang Nashrani melebih-lebihkan Isa anak Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba, maka katakanlah hamba Allah dan utusan-Nya". [Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dan telah bersabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam . "Artinya : Sesungguhnya aku ini adalah manusia yang dapat marah pula". [Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dan riwayat lainnya yang sangat banyak. Inilah sifat-sifat kemanusiaan yang di sandang Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sejak lahirnya hingga bertemu dengan Rabbnya. Beliaulah yang mengajak manusia untuk mencontohnya dan menempuh jejak-jejaknya. Kalau bukan dari alam kita, tidaklah kita diperintahkan untuk mengikuti beliau dan menjalani sunah-sunahnya. Siapakah yang lebih benar perkataannya dari Allah, sedangkan Dia telah menyetujui hakikat ini melalui lafadz-lafadz Qur'ani yang pasti dan terinci :
"Artinya : Mereka berkata, kenapa tidak diturunkan kepada kita malaikat ? kalau diturunkan kepada mereka malaikat, maka pasti telah diselesaikan perkaranya (dengan dibinasakan mereka semua) kemudian mereka tidak diberi tangguh. Dan kalau seandainya Kami turunkan malaikat, pasti akan Kami jadikan dia seorang manusia, Kami-pun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaimana mereka kini ragu". [Al-An'am : 8-9]
Dan ketahuilah, semoga Allah menambahkan ilmu kepadamu, semesta ini adalah mahluk yang diciptakan dengan tujuan tertentu. Yaitu beribadah kepada Allah. Seperti dinyatakan dalam firman-Nya.
"Artinya : Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku". [Adz-Dzariyat : 56] |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by fathan at 14-3-2010 15:35
pendapat Ibn Taimiyah ttg haramnya bermusafir utk menziarahi maqamRasulullah saw dan kami mengingkarinya. Inilah seburuk2 masalah ygdinuqilkan daripada Ibn Taimiyah.”
Nazrulism Post at 10-3-2010 20:09 [/quote
ada hadis mengatakan xdak menjadi kesalahan utk menziarahi maqam rasul,jadi ngape mike nyokong benor pendapat ibn tamiyah?mike ni fanatik wahabike?ulph's...terlazer sikit....
Anak Imam Ahmad, Abdullah berkata: "Aku bertanya pada ayahku tentang orang yang menyentuh dan mencium minbar Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam untuk memperoleh barokah, atau menyentuh makam Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Ia (Imam Ahmad) menjawab: "Tidak ada yang salah dengan itu." "'Abdullah juga bertanya kepada Imam Ahmad tentang orang yang menyentuh mimbar Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dan menciumnya untuk barokah, dan melakukan hal yang sama dengan makam Nabi dengan niat untuk membuatnya dekat ke Allah. Ia (Imam Ahmad) menjawab "Tidak ada yang salah dengan itu." Ini diriwayatkan oleh 'Abdullah ibn Ahmad ibn Hambal dalam bukunya yang berjudul al-'Ilal fi ma'rifat al-rijal (2:492).
Telah pula disebut suatu riwayat pada zaman 'Umar ketika musim kering, Bilal ibn Harits datang ke makam Nabi dan berkata. "Wahai utusan Allah, mintalah pada Allah untuk menurunkan hujan demi ummatmu." Dan telah disebutkan pula sebelum ini bahwa 'Aisyah memerintahkan agar atap di atas makam Nabi dibuka saat musim kering, hingga turun hujan.
'Umar mengirim pesan ke 'Aisyah, "Apakah engkau mengizinkanku untuk dikubur dengan dua sahabatku (Nabi saw dan Abu Bakr)?" Aisyah menjawab, "Ya, demi Allah," walaupun adalah kebiasaanya jika seorang laki-laki dari kalangan sahabat datang meminta sesuatu padanya akan dia tolak.
[Hadits riwayat Bukhari].
Demikian, telah kita lihat praktik tabarruk para sahabat dengan maqam Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Dan telah pula diceritakan secara singkat bagaimana para Sultan Ottoman menjunjung tinggi kehormatan Makam Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Sayang sekali, hal-hal sunnah seperti ini saat ini justru dilarang oleh penguasa dua tanah haram di zaman ini. Seorang teman saya yang mencoba menyentuh pagar makam Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, alih-alih dihargai sebagai praktik tabarruk, malah justru langsung dikeroyok dan dibelasah oleh para petugas dari kementerian agama yang menganut fahaman reformasi yang baru muncul beberapa ratus tahun terakhir ini, semata karena perbuatan teman saya tersebut dianggap mereka sebagai syrik.
Bagaimanakah ummat ini akan bangkit jika untuk menghormati Nabi-nya sendiri saja di makam beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam, menjadi hal yang dilarang?
Semoga Allah Ta’ala segera mengubah kondisi ini, dan kita diberikan kembali kesempatan untuk menyatakan cinta dan penghormatan kita pada Nabi kita yang mulia, Sayyidina Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam. Insya Allah.
inikan nak menziarah maqam Rasul yg dicintai' dicas haram le plak sape yg ziarah...memang le haram sape yg menyokong pendapat ibn taimiyah tu...ulp's terlazer lagi...sory |
|
|
|
|
|
|
|
Moh kita tengok karangan Tuan Guru Haji Wan Mohd. Shaghir berhubung Nur Muhammad. Teman rekomenkan agar cari buku “Penutup Perdebatan Islam Alaf Kedua di Dunia Melayu” dan telaahlah dengan teliti. Tuan Guru bukan sahaja cerita pasal Nur Muhammad tetapi juga tentang Martabat Tujuh yang telah ditafsirkan secara songsang oleh geng wahaby dan seangkatan dgnnya. Tuan Guru Haji Daud Bukit Abal pun ada risalah yang membahaskan pegangan atau tafsiran Nur Muhammad yang songsang yang difahami oleh segelintir golongan sesat. Tetapi ini tidak bererti Allahyarham Tuan Guru tersebut menolak konsep Nur Muhammad menurut tafsiran para ulama yang terkemuka. Contohnya mudah sahaja, jika kita tolak tafsiran atau pemahaman rigid puak Wahhabi terhadap Islam atau pemahaman puak Syiah mengenai Islam, bukan ertinya kita menolak Islam, kerana Islam itu bukan semata-mata apa yang ditafsirkan oleh geng anak Pak Wahhab tersebut atau geng Khomeini.
Berhubung Nur Muhammad, Tuan Guru Haji Wan Shaghir membahas dengan panjang lebar, kome carilah bukunya. Antara tulisannya pada halaman 45 – 46 :-
*….Beberapa orang ulama dunia Islam yang terkenal di antara mereka ada mencatat sanad yang di dalamnya terdapat nama Syeikh Ibnu Hajar al-’Asqalani. Sanad yang tersebut sampai kepada ‘Abdur Razzaq. Ada sanad ‘am mengenai beberapa bidang keilmuan, dan ada pula sanad khash tentang hadis, termasuk hadis Nur Muhammad. Di antara mereka yang mempunyai sanad kepada Syeikh Ibnu Hajar al-’Asqalani (wafat 852H/1448M) ialah: Syeikh Hasan al-Masyath, Saiyid ‘Ali al-Maliki, Syeikh Muhammad Mahfuzh bin ‘Abdullah at-Tarmasi (1285H/1868M – 1385H/1965M), Syeikh Muhammad Mukhtar bin ‘Atharid Bogor (1278H/1861M – 1374H/1954M), Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani (1272H/1856M – 1325H/1908M), Saiyid Bakri bin Muhammad Zainal ‘Abidin Syatha, Saiyid Ahmad bin Zaini Dahlan…..dan lain-lain.
* Setelah melalui beberapa nama bertemu pada Syeikh ‘Abdullah asy-Syarqawi (1150H/1737M – 1227H/1821M), ia terima dari Syeikh Muhammad bin Salim al-Hifnawi/Hifni (Syaikhul Azhar 1173H/1715M – 1181H/1767M), ia terima dari ‘Abdul ‘Aziz az-Ziyadi, ia terima dari Syeikh Muhammad al-Babili, ia terima dari Syeikh Najamuddin Muhammad al-’Aithi, ia terima dari Qadhi Zakaria al-Anshari, ia terima dari Syeikh Ibnu Hajar al-’Asqalani (773H/1371M – 852H/1448M), ia terima dari Syeikh Abil Faraj ‘Abdur Rahman al-Ghazzi, ia terima dari Abin Nun Yunus bin Ibrahim ad-Dabbus, ia terima dari Abi Hasan ‘Ali, ia terima dari Muhammad bin Nashir as-Salami, ia terima dari ‘Abdul Wahhab bin Muhammad bin Mandah, ia terima dari Abil Fadhal Muhammad al-Kaukabi, ia terima dari Abil Qasim ath-Thabrani, ia terima dari Ya’qub Ishaq bin Ibrahim al-Mirwazi al-Hanzhali, ia terima dari ‘Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi dengan sanad sehingga sampai kepada Jabir bin ‘Abdullah.
Selain menjawab tuduhan puak-puak menentang kewujudan Nur Muhammad, Tuan Guru turut menyenaraikan beberapa nama ulama terkemuka yang membicarakan Nur Muhammad dalam karangan-karangan mereka, antaranya:-
1. Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilani, Sulthanul Awliya`;
2. Syeikh ‘Abdullah ‘Arif;
3. Imam as-Sayuthi;
4. Imam al-Qasthalani;
5. Imam al-Zarqani;
6. Sayyidisy Syaikh Ja’far al-Barzanji;
7. Syaikh Yusuf an-Nabhani;
8. Syaikh Nawawi al-Bantani;
9. Syaikh Nuruddin ar-Raniri;
10. Syaikh ‘Abdur Rauf al-Fansuri / Singkel;
11. Syaikh ‘Abdus Shomad al-Falimbani;
12. Syaikh Muhammad Nafis al-Banjari;
13. Syaikh Daud al-Fathani;
14. Tuan Guru Haji Ahmad bin Haji Yusuf bin ‘Abdul Halim Kelantan;
15. ‘Allamah Abu ‘Abdullah asy-Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilisy;
16. ‘Allamah Syaikh Muhammad Bashri al-Manzalawi;
17. Sayyid Utsman bin ‘Abdullah BinYahya;
18. Syaikh Muhammad bin Ismail Daudi al-Fathani;
19. Syaikh Zainal ‘Abidin al-Fathani, Tuan Minal;
20. Syaikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani;
21. Syaikh Utsman bin Syihabuddin al-Funtiani;
22. Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Ali Kudus;
Bagi menutup tulisannya, Tuan Guru menyebut:-
* Perlulah diperhatikan bahawa dari keterangan di atas terdapat tiga buah hadis dari tiga orang sahabat Nabi Muhammad s.a.w. Mereka ialah: Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib k.w.w.r.a. (wafat 40H/661M), ‘Abdullah bin ‘Abbas r.a. (wafat 68H/687M) dan Jabir bin ‘Abdullah r.a. (wafat 78H/697M). Ada lagi beberapa hadis mengenai Nur Muhammad atau yang sama maksud dengannya, yang berasal dari sahabat yang lain, di antaranya, yang berasal dari: Salman al-Farsi r.a., Abu Zar al-Ghifari r.a., dll, termasuk juga Abu Hurairah r.a.
* Oleh itu teori para pengkritik hadis Nur Muhammad atau hadis yang sama maksud dengannya, dengan tuduhan melulu dan berbagai-bagai adalah teori yang bersifat khayal.
* Di antara mereka ada yang mengkhayal bahawa hadis Nur Muhammad adalah doktrin Syi`ah, golongan ini mungkin lebih banyak mempelajari Mazhab Syi`ah atau hidup dilingkungan mazhab itu ketimbang belajar secara mendalam Islam cara tradisional.
* Yang lain mengkhayal pula, bahawa hadis Nur Muhammad adalah doktrin berasal ajaran Greek ajaran Platonisme, sama dengan yang di atas golongan ini mungkin lebih banyak mempelajari ajaran Greek-Platonisme atau hidup dilingkungan itu ketimbang belajar secara mendalam Islam cara tradisional.
* Di antara mereka ada menganggap bahawa hadis Nur Muhammad atau hadis yang sama maksud dengannya, adalah hadis maudhu`(hadis palsu). Penilaian mereka juga tidak sepakat atau tidak sependapat kerana selain yang berpendapat hadis maudhu`, dari golongan mereka pula ada yang berpendapat hadis dhaif, dan lain-lain. Sudah maklum bahawa pengertian atau takrif hadis maudhu` dengan hadis dhaif adalah tidak sama. Sesuatu penilaian yang bersifat teori maka bukanlah merupakan hujah atau hukum qath`ie, apatah lagi jika masih terdapat pertentangan atau kontroversi antara yang satu dengan yang lainnya.
Oleh itu segala fitnah daripada puak2 yang jahil murakab dan basit nih hanyalah untuk mengelirukan masyarakat Islam dewasa ini. Sesungguhnya Puak-puak sesat dan songsang ini tidak mengkaji atau menpunyai ilmu tentang NurMuhammad melainkan mrk ini hanya pandai memfitnah Ulama-ulama ASWJ shj
Allahumma sholli wa sallim ‘ala Nuril Anwar. |
|
|
|
|
|
|
|
1106# Nazrulism
haramnya bermusafir utk menziarahi maqam/kubur untuk beribadat
Ziarah Makam Suci Nabi saw. Dalam Hadits
Tidak sedikit hadits shahih telah diriwayatkan para muhaddis kita yang menganjurkan umat Islam agar berziarah ke pusara suci Rasulullah saw. Di bawah ini kami akan mencoba menyajikan beberapa darinya:
- Nabi saw. bersabda: ”Barang siapa menziarai kuburku maka tetap baginya syafa’atku." [Hadis ini telah dirwayatkan oleh Ad Dârulquthni dalam Sunan-nya dari sahabat Ibnu Umar ra.,Al Baihaqi dan Ibnu ‘Asâkir dalam Târîkh-nya. Hadis ini telah dikutib dalam kitab al Fiqhu ‘Alâ al Madzâhib al Arba’ah,1/59, dan atas dasar hadis ini para ulama empat mazhab berfatwa. (Baca Wafâ’ al Wafâ’)]
- Nabi saw. bersabda: "Barang siapa menunaikan ibadah haji lelu tidak menziarahiku maka ia benar-benar telah bersikap tidak akrab denganku" [Wafâ’ al Wafâ’,4/1342]
- Nabi saw. bersabda : "Barang siapa menziarahiku dan tidak mendorongnya selain berziarah kepadaku maka aku akan menjadi peemberi syafa’at baginya kelak di hari kiamat". [Untuk mengetahui lebih lanjut sanad hadis ini baca Syifâ’ as Siqâm; Taqiyuddin as Subki:3-11 dan Wafâ’ al Wafâ’,4/1340.]
Hadis yg merah tu cuba Tuan faham betui2 sebab Tuan ada masalah pemahaman..ayat 'tidak mendorongnya selain berziarah kepadaku' tu jelas mengatakan memang Nabi suruh berniat dari awal untuk menziarahi makam Baginda.
Yg kata begitu.. tok sufi
err.. selikin cakap dengan aku ker
memang la tok sufi, sebab ulama besar tu semua tok sufi..
Salikin tak cakap ngan Tuan, dia cakap kat 'jin tanah' dalam perut Tuan...
Mereka menemukan Tauhid yang sebenarnya .. tok-tok sufi jer yg kata tasawuf sufi sebagai alasan untuk membenarkan persangkaan tok sufi sendiri.
Cari la maklumat yg kata depa dapat tauhid sebenar bukan tasawuf sufi..mampu ka?
Ibn Taimiyyah maksudkan sekiranya dr segi syarak dan akal tidak menafikan mengatakan Allah itu bukan jisim maka jika kita menafikan, itu adalah perbuatan jahil atau sesat.
Lihat perkataan saudara sendiri..
takdak masalah ngan perkataan saya...
Itu kesimpulan tuan.. bukan kesimpulan beliau, Allah bertangan (jisim?).. tidaklah sama dengan tangan makhluk (jisim). Begitu juga Zat Allah.. tidaklah sama seperti zat-zat yg ada pada makhluk.
Kalau aku salah , seluruh ulama sunni salah...takkan kot...Tuan yg tak faham bahasa..
Yang ditentang adalah perkara2 yg bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi s.a.w.
tuan dah cermin diri ker.. ah lupa pulak, puak2 sufi ini ada cerita tentang cermin
Imam Malik (94-179 H./716-795 CE)
Imam Malik (r): "man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa wa man tafaqaha wa lam yatsawwaf faqad fasadat, wa man tafaqaha wa tassawafa faqad tahaqqaq. (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasauf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasauf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasauf dan fikh dia meraih kebenaran)." (dalam buku 'Ali al-Adawi dari keterangan Imam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195
Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 CE)
Dalam suratnya al-Maqasid: "Ciri jalan sufi ada 5:
1. menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri
2. mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata
3. menghindari ketergantungan kepada orang lain
4. bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit
5. selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, p. 20]
Nak ikut nafsu Tuan atau pendapat ulama?
haramnya bermusafir utk menziarahi maqam/kubur untuk beribadat seperti solatkan kubur, meratap dikubur, meraung dikubur dan minta berkat dari ahli kubur
kamu ni macam pompuan tua dalam cerita tu .. apa nama dia.. lupa pulak
Pasai hadis tu dah terang kat ataih..
Nama pompuan tua tu Nazrulism....Aalaaaa Kaasssimmmmmm...
Imam Syafi'i juga berkata;
"seseorang yang merapati golongan sufi selama 40 hari akan kehilangan akal selama-lamanya"
Ambik dr kitab wahbi ka syiah?
Pakai jer... tapi ikut tok sufi
Ikut tapi tak pakai buat apa...sekurang-kurangnya saya ada guru utk rujukan...
owh.. yg dah isi borang daftar, dah ada sijil wali sufi.. ada ISO tak?
Ada ISO, Allah dan Rasul yg audit....
Psst ... sedara belum isi borang wali sufi ker.. daftar on-line kat cari.com pun boleh
Tanya diri sendiri ka?
ali sufi cari.com bertuhankan pengarah cerita kartun.
Maka kenal lah dulu Tuhan yg Tuan sembah..sebab Tuan tengah mengata Dia..Dia lah Pengarah saya..
FIRMAN Allah bermaksud: "Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya); tidak mengantuk dan tidak tidur. KeupayaanNya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izinNya. Allah mengetahui apa yang di hadapan dan di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui apa pun daripada ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara kedua-duanya dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar" (al-Baqarah: 255).
Malangnya kaum sufi lebih suka merujuk 'Fushuh al Hikam' karangan Ibn Arabi yang berulang2 kebathilannya. , mendapatkan petunjuk dari bisikan yg dikatakan kasyaf dan laduni.
Masa zaman dulu, cuma ada radio jd kasyaf dan laduni tu boleh dengar jer..sekarang dah ada DVD, Blueray, MP4..kasyaf dan laduni dah boleh keluar gambo wei...gambo dlm ladang kelapa sawit pun ada!! |
|
|
|
|
|
|
|
Tasawwuf dan Kedudukannya Di Nusantara
OLEH
USTAZ ‘UTHMAN EL-MUHAMMADY
Insha’ Allah apa yang dibicarakan oleh penulis dalam kertas yang sederhana ini ialah kedudukan tasawwuf di Alam Melayu sebagai aspek batin dari Agama Islam dilihat secara ringkas dari segi sejarah, ajaran-ajarannya, amalan-amalannya, serta juga kepentingannya dilihat dari hidup Islamiah termasuk kepentingannya dalam menghadapi cabaran-cabaran hidup masakini. Termasuk ke dalamnya juga ialah pembicaraan tentang perkara-perkara yang perlu diberi penyelesaian sewajarnya oleh semua pihak yang berwenang sebenarnya supaya aspek kabatinan yang sahih dari Islam Sunni ini terkawal dan berjalan dengan baik memberi panduan kepada manusia dalam menuju kehidupan yang diredhai dalam hidup individu dan kolektif, hidup di dunia dan akhirat, hidup kebendaan dan kerohanian.
Penulis tidak mendakwa apa-apa yang asli dalam pembentangannya ini, bahkan beliau bergantung kepada mereka yang ahli di dalamnya yang menjalankan penyelidikan dan pembentangan tentang bidang ini dengan baiknya dalam bidang mereka masing-masing, samaada bidang sejarah atau amalan dan juga ajarannya.
Sejarah:
Tentang sejarah perkembangan tasawwuf, rasanya tidak perlu kita berpanjang kalam tentangnya.mencukupi kalau disebutkan bahawa tasawwuf merupakan ilmu dan amalan yang berpunca daripada Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang diakui oleh para ulama Islam yang membicarakannya. Antaranya boleh dibuktikan dari kata-kata para ulama Islam seperti berikut:
Dalam fatwa al-Imam al-Hafiz as-Sayyid Muhammad Siddiq al-Ghumari rh bila ditanya tentang tasawwuf, jawabnya:
اما اول من اسس الطريقة , فالتعلم ان الطريقة اسسها الوحى السماوى فى جملة ما اسس من الدين المحمدى , اذ هي بلا شك مقام الا حسان الذى هو احد
اركان الدين الثلاثة التى جعلها النبى صلى الله عليه وسلم بعد ما بينها واحدا
واحدا دينا بقوله :”هذا جبريل عليه السلام اتاكم يعلمكم دينكم”(1)
Ertinya:
Maka tentang perkara awal asas tariqah atau tasawwuf maka ketahuilah bahawa tariqah itu asasnya ialah wahyu samawi dalam jumlah apa yang diasaskan dari ajaran agama Nabi Muhammad, kerana tidak ada syak lagi bahawa maqam al-ihsan itu adalah satu daripada rukun-rukun agama yang tiga yang ditetapkan oleh Nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam selepas daripada ia menerangkannya satu demi satu sebagai agama yang satu dengan berdasarkan kata-katanya: “Ini Jibril ‘alaihis-salam datang kepada kamu dan mengajarkan agama kamu”.(3) Ianya terdiri daripada Islam, Iman, dan Ihsan. |
|
|
|
|
|
|
|
kalu yg didalam kubor tu bangun dan duduk ateh kubor lepeh tu die baca doa& talkin,... tu ye bidaah..org tempat teman cakap(bedaah).bukan je bedaah....org yg datang ziarah pun lari xcukup tanah tengok ahli kubor bangun baca doa
Tahupun.. habistu kenapa orang sufi mintak rekomen dan berkat dari orang yang dah mati ? |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by fathan at 15-3-2010 12:27
Post Last Edit by Nazrulism at 15-3-2010 10:43
Memang lawokkkkkkkk mutinik baru ni...
yeke!lawok...?teman tak gelak pung?
Inikah cara agama sufi mendapat "barokahhhh"
Mujurlah All ...
Nazrulism Post at 15-3-2010 10:35
ate macam mane plak puak wahabi mendapat barokah?dengan mengkafirkan ulama2sufi?
ketahui lah yop!sesunguhnye mike ni yang memang lawak teman sebenornye kesian kat mike ni...sebab mike ni dah teruk benor kene virus bute perut.kalu memang mike ni puak wahabike?atau syiah ke ataupun puak talam bermuke2, bkan le teman nak ngate..tapi teman tengok mike ni kejap sokong wahabi,kejap syiah...yg mane sebenornye pahaman mike ni?kesian benor teman nengoknye':cry:.cube le bace kat artikel bawah ni..yg mane sebenornye mike ni,
Diceritakan bahawa tokey Wahhabi bernama Abdullah bin Hasan cucu kepada Muhammad Bin Abdul Wahhab banyak menyuarakan aqidah sesatnya di Makkah sejak sebelum 70 tahun lalu dengan mengatakan dalam keadaan dia turun dari tangga, katanya :
“ Allahu Yanzil Kanuzuli Haza ” kata-kata kufur yang bermaksud : “ Allah turun seprtimana aku turun ini ”.
Kenyataan tersebut telah didengar oleh ramai para ulama termasuk Syeikh Ali Bin Abdul Rahman As-Somaly yang tinggal dan mengajar di Makkah.
Maka tidak harus bagi kita umat islam senyap membisu tidak mengawasi orang islam dari ajaran sesat Wahhabi ini. Adakah mengingkari kemungkaran dianggap memecahbelahkan umat islam? Tidak sama sekali!. Mengkafirkan orang yang amat jelas kekafirannya bukanlah memecahbelahkan saf orang islam, bahkan ianya merupakan penjelasan kebenaran kerana bagaimana kita orang islam berkesedudukan dengan ajaran sesat Wahhabi yang mengkafirkan kita umat islam dan menghalalkan darah seluruh umat islam?!.
PRINSIP WAHHABI
Golongan Wahhabi menganggap sesiapa yang tidak menuruti aqidah mereka yang menjisimkan Allah dan menyamakan Allah dengan makhlukNya maka orang itu dikira kafir dan halal darahnya. Lihat sahaja prinsip utama Wahhabi tesebut seperti yang tertera dalam kitab utama mereka mengatakan :
“ Bunuhlah ahli sufi yang soleh sebelum kamu membunuh yahudi dan majusi ”.
Diantara Wahhabi yang menjelaskan prinsip utama wahhabi adalah “Sesiapa yang tidak mengatakan Allah Duduk dan tidak menuruti aqidah mereka yang menjisimkan Allah dan menyamakan Allah dengan makhlukNya maka orang itu dikira kafir dan halal darahnya ” yang menyatakan prinsip Wahhabi adalah sedemikian seorang ulama Wahhabi bernama Ali bin Muhammad bin Sinan seorang pengajar salah sebuah universiti di Madinah dan pengarang kitab Almajmuk Almufid Min Aqidah At-tauhid.
ULAMA MAZHAB HAMBALI MENJELASKAN PERIHAL WAHHABI
Mufti Mekah bernama Muhammad Bin Abdullah Bin Hamid Al-Hambali An-Najdi menyatakan didalam kitabnya berjudul As-Suhubul Wabilah ‘Ala Dhoroih Al-Hanabilah,
Dalam kitab tersebut Mufti Mekkah tersebut menjelaskan latar belakang 800 orang para fuqoho’ dari mazhab Hambali. Diantara yang diceritakan oleh Mufti mengenai seorang alim mazhab Hambali bernama Abdul Wahhab Bin Sulaiman yang merupakan bapa kepada seorang pengasas ajaran sesat Wahhabi bernama Muhammad Bin Abdul Wahhab.
Mufti menceritakan bahawa bapa Muhammad Bin Abdul Wahhab tidak meredhoi anaknya itu kerana pengasas Wahhabi itu mengkafirkan sesiapa sahaja yang tidak sependapat dengannya bahkan pengasas Wahhabi tersebut menghalal pembunuhan umat islam yang tidak mengikutnya. Sila lihat pada kita tersebut dimukasurat 276 cetakan pertama di Riyadh.
WAHHABI MEMBUNUH 3000 UMAT ISLAM DI JORDAN
Telah berlaku satu peristiwa yang amat menyayathati umat islam pada 1920an iaitu pembunuhan Wahhabi terhadap umat islam di Timur Jordan. Disitu Wahhabi telah membunuh bukan 3 orang tetapi 3000 orang islam yang tidak mengikut mereka dengan menyembelih umat islam seperti kambing dalam pada penyembelihan itu Wahhabi mengatakan: “Ayuh kita bunuh kafir ini kerana tak ikut kita!”.
Kisah pembunuhan Wahhabi terhadap 3000 umat islam di Timur Jordan ini tertera dikebanyakan perpustakaan di Jordan.
WAHHABI : MUJASSIMAH
(Mujassimah Adalah Golongan Kafir Disisi Seluruh Ulama Islam)
Wahhabi adalah kaum Mujassimah yang menjisimkan Allah. Mujassimah adalah kafir kerana Imam Syafie rodhiyallahu ‘anhu menyatakan :
“ Al-Mujassim Kafir ” kata-kata Imam Syafie itu bermaksud : “ Mujassim (Yang mengatakan Allah itu jisim seperti Wahhabi) adalah kafir ”.
Kenyataan Imam Syafie yang mengkafirkan Mujassimah tersebut diriwayatkan oleh Imam Suyuti dalam kitabnya Al-Asbah Wa An-Nazoir mukasurat 488 cetakan Darul Kutub Ilmiah.
Mari kita lihat kenyataan Imam Ahmad Bin Hambal dan para ulama mazhab Hambali yang mempersetujui kenyataan Imam Ahmad mengatakan :
“ Man Qola Allahu Jismun Faqod Kafar Wakaza Man Qola Allahu Jismun La Kal Ajsam ” kenyataan Imam Ahmad bermaksud : “ Sesiapa yang mengatakan Allah berjisim maka dia telah kafir, begitu juga kafirlah yang mengatakan Allah itu berjisim tapi tak serupa dengan jisim-jisim ”.Lihat Sohibul Khisol diantara ulama mazhab Hambali yang masyhur.
Seorang ulama mazhab Hambali terkenal bernama Muhammad Bin Badruddin Bin Balban Ad-Dimasyqi Al-Hambali dalam kitabnya berjudul Muktasor Al-Ifadat mukasurat 490 menyatakan :
“ Allah tidak menyerupai sesuatu dan sesuatupun tidak menyerupai Allah, sesiapa menyamakan Allah dengan sesuatu maka dia KAFIR seperti mereka yang menyatakan Allah itu berjisim, begitu jugak kafir yang menyatakan Allah itu berjisim tapi tak seperti jisim-jisim ”.
Begitu juga Imam Malik dan Imam Abu Hanifah jelas mengkafirkan golongan Mujassimah.
Mari kita lihat apa yang telah dinukilkan oleh Ibnu Hajar Al-Haitamidalam kitabnya berjudul Al-Minhaj Al-Qowim Syarh Muqaddimah Al-Hadhromiyah :
“ Ketahuilah bahawa Al-Qorrofi dan selainnya telah menukilkan dari Imam Syafie, Imam Malik, Imam Ahmad dan Imam Abu Hanifah rodhiyallahu ‘anhum bahawa mereka semua mengkafirkan mujassimah ”.
WAHHABI MENYEMBAH JISIM YANG BERBETIS
Wahhabi adalah golongan yang amat malang. Ulama islam mengharap sangat sekiranya golongan Wahhabi ini diberikan pemahaman ayat Allah “Laisa Kamithilihi Syai” dalam surah As-Syura ayat 11 yang bermaksud “ Tiada sesuatupu menyerupaiNya”.
Puluhan ulama Wahhabi menyebarkan perkara kufur dengan mengatakan :
“ Allah meletakkan kakiNya yang berbetis kedalam api neraka kemudian mengatakan ada lagi ke? ”.
Lihatlah betapa sesatnya mereka!
WAHHABI MENGATAKAN : NABI MUHAMMAD ADALAH PATUNG BERHALA
Tidak cukup bagi Wahhabi mengkafirkan umat islam dan menghalalkan darah orang islam yang tidak mengikut mereka. Wahhabi sejak 8 tahun dimusim haji menyatakan prinsip mereka adalah ¾ orang islam sekarang adalah kafir dan halal darah mereka.Wahhabi juga mengatakan :
“ Kami menjual tasbih ( yang dianggap bid’ah sesat oleh Wahhabi) hanya kepada orang musyrik di tanah haram ini ”.
Seorang ulama Wahhabi bernama Abu Bakar Al-Jajairy menyatakan dalam Masjid Nabawi di Madinah pada tahun 1993M dengan katanya :
“Aku bersumpah bahawa islam tidak akan bangkit selagi patung berhala ini (sonam) tidak dikeluarkan dari masjid ini”
sambil tangannya mengarah kepada maqam Nabi Muhammad.ape le teruk sangat sesat lerak puak wahabi ni.
Apakah dosa Nabi Muhammad kepada ulama Wahhabi ini sehingga Wahhabi menamakan Nabi Muhammad itu sebagai berhala?!.
Lu pikirle sendiri
Sesetengah orang menganggap bahawa perbuatan menjelaskan kesesatan dan kekafiran Wahhabi ini adalah suatu yang memecahbelah saf umat islam.
Saudara islam sekalian, ketahuilah! Sekiranya anda memahami betapa bahaya lagi sesatnya ajaran Wahhabi ini maka anda akan lebih sensitif kerana kejahatan dan kesesatan Wahhabi ini amat bahaya.
Kepada yang mengatakan :bagaimana kita menyesatkan orng yang mengucap dua kalimah syahadah?!
Ketahuilah! Walaupun seseorang itu mengucap dua kalimah syahadah tapi aqidahnya masih kafir lagi sesat dan dia tidak mengenal Tuhannya dengan mengatakan :
“Allah itu berjisim” maka dia bukan islam.
Imam Abu Hasan Al-Asya’ry menyatakan dalam kitabnya berjudul An-Nawadir :
“ Al-Mujassim Jahil Birobbihi Fahuwa Kafirun Birobbihi”
kenyataan Imam Abu Hasan Al-Asy’ary tersebut bermaksud :
“ Mujassim ( yang mengatakan Allah itu berjisim) adalah jahil mengenai Tuhannya, maka dia dikira kafir dengan Tuhannya ”.
Ibn Al-Mu’allim Al-Qurasyi (wafat 725) dalam kitab Najmul Muhtadi menukilkan dari Al-Qodi Husain bahawa Imam Syafie menyatakan :
“ Sesiapa beranggapan Allah duduk diatas arasy maka dia KAFIR ”.
Mari kita lihat pandangan ulama Hanafi. Syeikh Kamal Bin Al-Humam Al-Hanafi menyatakan dalam kitab mazhab Hanafi berjudul Fathul Qadir juzuk 1 mukasurat 403 pada Bab Al-Imamah :
“ Sesiapa yang mengatakan Allah itu jisim ataupun Allah itu jisim tapi tak serupa dengan jisim-jisim maka dia telah KAFIR ( ini kerana jisim bukanlah sifat Allah )”.
Maka Wahhabi adalah Mujassimah yang beranggapan bahawa Allah itu jisim duduk diatas arasy.
Tidak harus bagi kita senyap dari mempertahankan aqidah islam dan menjelaskan kesesatan ajaran sesat!.
Kepada mereka yg merasa diri tu Wahhabi tapi tak iqtiqod dengan aqidah2 kufur maka tak usah menyebok mempertahankan aqidah sesat Wahhabi.sedor le yop!mike dah jauh sangat tu. |
|
|
|
|
|
|
| |
|