|
Originally posted by kaki_ayam at 29-1-2009 10:46 AM
morning semua....
moeneng kayam |
|
|
|
|
|
|
|
Dulu engkau kenali
Tak pernah ku sedar
Dari mata yang memandang penuh pengertian
Tapi saat itu telah berubah
Di persimpang usia
Antara kita tak mampu lagi
Berselindung dengan alasan
Telah ku cantumkan
Semua impian bersama
Dalam jalinan yang kita bina berdua
Namun apakah erti bila
Keinginan terlanjur
Lalu menganggu kala dirimu
Selalu ada disisi
Duhai teman
Bisakah kau fahami sandiwara ini
Sejak bila berputiknya cinta kita
Menjadi rahsia yang tersimpan
Mewujudkan kenyataan
Ku tak sanggup kehilanganmu
Telah ku cantumkan
Semua impian bersama
Dari mata yg penuh pengertian
Namun apakah erti bila
Keinginan telah terlanjur
Lalu menganggu sanubariku
Ku cuba bayangkan waktu dulu
Gurau senda serta pujukan mu
Puisi indah menyatakan kata rinduku
Masa yang lalu meragui
Seluruh harapan muncul kini
Mengapa dan bertanya di mana kesudahan kita
Duhai teman
Bisakah kau fahami sandiwara ini
Sejak bila berputiknya cinta kita
Menjadi rahsia yang tersimpan
Mewujudkan kenyataan
Ku tak sanggup kehilanganmu |
|
|
|
|
|
|
|
Menetes titik air, jatuh
pada kulit tangan
sejenak terasa sepi dan dingin,
kemudian terpikir semua itu adalah embun malam ini.
Namun bisuku tetap
menjelang sebagai prasasti yang angkuh.
Dalam malam ini telah
menjelma sebagai api yang menyala
menjulang langit dengan jilatan amarah.
Embun malam membasahi kulit tanganku
hinggap sejenak memberikan rasa dingin,
kemudian jatuh ke tanah.
Setitik embun yang telah jatuh ke tanah
membawa setitik api dari
tubuh yang menanggung amarah.
Menyampaikan pada kelembutan tanah
untuk menumbuhkan sebagai sebuah maaf
di pagi yang akan segera tiba. |
|
|
|
|
|
|
|
Seandainya aku harus menyentuhmu
untuk menyakinkan kau berada disampingku
Lalu mengapa ketika aku merasakan kehadiranmu
Aku tetap saja tak bisa menyentuhmu
Seketika aku mendengar senandungmu
Kau nyanyikan lagu yang merdu
Yang kukira kau lantunkan untukku
Namun ketika kulihat peri-peri laut pun menari
sambil menyebarkan serbuk keperakan
berkilau diterpa sinar matahari
Aku tersadar, lagu itu adalah pujian yang biasa
Kau persembahkan pada dia
Hanya padanya kau persembahkan puisimu
Akhirnya aku menyerah untuk menyentuhmu
Dan aku menyerah untuk bisa menyentuhmu
Selamanya |
|
|
|
|
|
|
| |
Category: Cinta & Perhubungan
|