JawaPos.com - Delapan warga Brebes dikabarkan ditangkap pihak otoritas imigrasi di Malaysia. Mereka dianggap masuk ke negara tersebut secara ilegal. Pihak keluarga tidak terima dan mengadukan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang memberangkatkan mereka ke Polres Brebes, Senin (20/3).
Kedelapan korban dugaan tindakan human trafficking (perdagangan manusia) itu merupakan warga Desa Cenang, Kecamatan Songgom, Brebes. "Saya tahu pertama kali dari rekaman video tayangan berita TV Malaysia, jika anak saya dan teman-temannya ditangkap di Malaysia. Padahal saya dikasih tahu kerja di sana secara resmi," kata salah satu orang tua korban, Tokadi.
Dia menuturkan, anaknya yang bernama Ahmad Ghozali, 18, berangkat ke Malaysia pada 28 November 2016. Ahmad Gozali berangkat dengan tujuh temannya. Yakni Hendra Setiawan, 23; Hermansyah, 27; Apris Prasmono, 20; Torikun, 30; Jono, 30; Amar, 28; dan Sahroni, 25.
"
Berangkat ke Malaysia pada akhir November 2016 lalu, yang merekrut namanya Tarmudi, masih satu desa juga, sehingga saya dan yang lain juga percaya saja," kata dia.
Karena percaya dan kenal dengan Tarmudi, pihak keluarga saat itu bersedia memenuhi persyaratan. Termasuk membayar uang sebesar Rp 5 juta per orang. Namun, pihak keluarga sendiri sebetulnya sempat mencium kecurigaan ketika anak mereka diberangkatkan ke Malaysia melalui jalur laut di Batam.
"Waktu itu sempat kepikiran, kok ke Malaysia beda dengan yang saya tahu. Jadi dari Brebes ke Jakarta menggunakan bus. Lalu dari Jakarta menggunakan pesawat. Dari Jakarta turun di Batam. Nah yang membuat kami curiga itu dari Batam naiknya perahu. Kenapa tidak naik pesawat," ujar dia.
Selain itu, tanda-tanda mencurigakan lainnya adalah saat bekerja terkesan sembunyi-sembunyi. Misalnya, saat berangkat dari asrama menuju tempat kerja, selalu dikawal ketat oleh beberapa orang. "Begitu juga saat pulang," ujar dia. Dia mengungkapkan, anaknya bekerja di sebuah pabrik mesin di Johor, Malaysia.
Sunarto, 55, orang tua korban yang lain juga membenarkan cerita itu. Dia berharap, kasus tersebut bisa diusut tuntas. Dengan demikian, tidak ada korban lain berjatuhan. "Sudah belum digaji, tidak pernah komunikasi juga. Tahu-tahu saya dengar ke Malaysia diselundupkan jadi kena masalah di sana," kata dia. (ism/fat/yuz/JPG)