JAKARTA: Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan Indonesia dan Korsel sudah meneken kesepakatan barter pembelian pesawat latih tempur T-50 milik Korsel dengan CN-235 milik PT Dirgantara untuk kepentingan pengadaan alutsista kedua negara.
"Yang meneken [nota kesepahaman] saya kok. Kalau jumlah barter pembeliannya akan dikaji secara teknis," katanya menanggapi bantahan pihak Korsel soal kesepakatan itu di Jakarta, hari ini.
Dia menambahkan bahwa rencana kontrak bisnis pesawat dengan pola barter itu telah dibahas di sela-sela pertemuan antar menhan se-Asean di Bali pada pekan ini.
Menurut dia, tim dari kedua negara akan menindaklanjuti untuk melakukan pembahasan secara teknis atas kapasitas pembelian yang akan dilakukan oleh masing-masing negara.
Sebelumnya, TNI Angkatan Udara menyatakan segera membeli satu skuadron pesawat T50 Golden Eagle dari Korea Selatan pada tahun depan, untuk meningkatkan kemampuan para penerbang matra udara.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan pengadaan pesawat tersebut merupakan salah satu program pengembangan kekuatan TNI Angkatan Udara hingga 2024 berdasarkan kekuatan dasar minimum (minimum essential force).
"Kebijakan dari Presiden [Susilo Bambang Yudhoyono] untuk mempercepat pemenuhan kebutu*an alutsista, khususnya untuk mengganti pesawat-pesawat berusia di atas 30 tahun," ujarnya belum lama ini.
Pesawat latih T50 Golden Eagle rencananya menggantikan Hawk 53 MK buatan Inggris yang segera dipensiunkan. Selain T50, TNI Angkatan Udara juga akan membeli pesawat Super Tucano untuk menggantikan OV-10 Bronco.
Menurut Imam, pengadaan pesawat tersebut sudah masuk dalam anggaran Kementerian Pertahanan.
"Proses pengadaan T50 sudah ditetapkan oleh Kemhan. Proses pengadaan sudah dimulai," tuturnya.
Untuk membeli satu skuadron T50, pemerintah harus menyiapkan biaya US$400 juta. Pesawat tersebut rencananya mulai dikirim ke Indonesia pada 2012.
"Normalnya sebenarnya 18 bulan, tapi kami minta perusahaannya untuk mempercepat," kata Imam.
Kasau menambahkan bahwa pesawat T50 cocok untuk latihan pilot pesawat Sukhoi dan memiliki kemampuan mirip F 16.
Militer Korea Selatan juga sudah membeli CN-235 buatan PT DI untuk kebutu*an operasional militer dengan jumlah pesanan pesawat buatan PT DI itu mencapai belasan unit.(er)
Tahun 2012 indonesia akan kedatangan 1 Skuadron T50 Golden Dan Pesawat SuperTucano,katanya Hangar SuperTukano sudah jadi diskuadron 31?
Menhan: Indonesia Tawarkan SS-2 Ke Laos Dan Kamboja
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah terus menawarkan persenjataan buatan dalam negeri ke negara-negara ASEAN. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan salah satu jenis senjata yang saat ini ditawarkan adalah SS2 atau Senapan Serbu 2 yang diproduksi oleh PT. Pindad. "Tapi belum ada keputusan jadi beli atau tidak," katanya di Jakarta, Minggu 22 Mei 2011.
Beberapa negara yang tertarik untuk membeli adalah Laos dan Kamboja. Selain itu pemerintah juga menawarkan senjata ini kepada Brunei Darussalam, meski negara di pulau Borneo itu belum menyampaikan minatnya. Jenis senjata lain yang ditawarkan adalah pelempar granat dengan fitur night vision.
Senjata SS2 mulai diproduksi oleh PT. Pindad pada 2006 menggantikan seri sebelumnya SS1. Senjata yang memiliki kaliber 5,56x45 milimeter ini memiliki panjang 930 milimeter dan panjang laras 460 milimeter. SS2 mampu menembakkan 700 butir peluru per menit dengan kecepatan 710 meter per detik. Salah satu pasukan TNI yang menggunakan senjata ini adalah Komando Pasukan Katak, Angkatan Laut.
PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Membuat BCM (Tanker 6300 DWT) dan LST 117 M
Data spesifikasi LST 117 meter Rancangan PAL
Panjang: 117 m
Lebar: 22 m
Kapasitas bahan bakar: 500 ton
Kapasitas air bersih: 600 ton
Kecepatan: maksimal 16 knot/operasional 14 knot
Daya mesin: 2x 2700 Kw
Penumpang: 782 orang, terdiri dari 124 awak kapal, 7 awak helikopter, serta 651 prajurit
Sebagai wujud optimalisasi sinergi BUMN Industri Strategis, PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) ikut aktif berperan serta dalam Pertahanan Negara salah satunya telah melakukan pembuatan, perawatan, perbaikan dan repowering kapal-kapal TNI AL serta pengembangan alutsista TNI AL. Dalam kaitan tersebut Mabes TNI AL melakukan kunjungan kerja ke Galangan PT. DKB. Wakil Kepala Staf Angkatan Laut ( Wakasal ) Laksamana Madya TNI Marsetio, M.M. beserta beberapa pejabat Mabes TNI AL meninjau salah satu unsur KRI yang sedang melaksanakan docking di Galangan I PT. DKB, pada Kamis 24 Maret 2011 sebagai wujud realisasi sinergi BUMN dengan TNI AL.
Dalam kunjungan tersebut, Wakasal didampingi oleh Asisten Logistik Kasal (Aslog Kasal) Laksamana TNI Drs. Didik Suhari, Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Hari Bowo, M.Sc. Panglima Kolinlamil Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, MPA., MBA. dan Kadismatal Laksamana Pertama TNI Sugiyanto Suwardi. Rombongan Wakasal diterima langsung oleh pejabat di jajaran PT. DKB yaitu Ir. Nyoman Sudiana (Dir. PKB), Ir. Bambang Wibisono (GM Galangan I) dan beberapa pejabat di lingkungan PT. DKB. Galangan I.
Selama kunjungan tersebut Wakasal dan rombongan secara langsung meninjau fasilitas galangan serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PT. DKB Galangan I dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan, pemeliharaan dan perawatan kapal dan beliau menyatakan sangat puas dan yakin bahwa proyek BCM (Tanker 6300 DWT) dan LST 117 M dapat dibangun di Galangan I dimana DKB telah berhasil membangun dan melaksanakan repowering kapal-kapal milik TNI-AL. Selain itu meninjau pelaksanaan kegiatan doking salah satu alutsista dari Koarmabar yaitu KRI Teluk Celukan Bawang-532 yang sedang menjalani pelaksanaan repowering di PT. DKB. Galangan I dan merupakan kapal repowering milik TNI-AL yang ke 31.
Usai peninjauan rombongan Wakasal dan pejabat TNI AL lainnya menerima penjelasan tentang kemampuan dan kesiapan yang dimiliki PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Galangan I oleh Direktur Pembangunan Kapal Baru Ir. Nyoman Sudiana didampingi General Manager, Deputi General Manager, Manager Produksi dan pejabat Galangan I lainnya di kantor produksi PT. DKB Galangan I.
Sebelumnya pada tanggal 09 Maret 2011 Wakil Asisten Perencanaan dan Anggaran Kasal (Wa.Asrena Kasal) Laksamana Pertama TNI Agung Pramono beserta staf didampingi Direktur Pembangunan Kapal Baru Ir. Nyoman Sudiana melakukan kunjungan ke Kantor Pusat, Galangan II dan Galangan I. Di Galangan I kunjungan dilakukan pada proyek Bangunan Baru Tanker 6300 DWT.
Last Updated ( Tuesday, 10 May 2011 )
Helikopter serbu Bumblebee-001 dirancang PT. DI berdasarkan platform helikopter BO-105 Messershcmitt Bolkow Blohm (MBB). Helikopter BO-105 telah dihentikan produksinya, PT. DI menyerahkan produksi terakhir helikopter ke-122 ke TNI AD pada 19 Maret 2009. PT DI mendapatkan lisensi dari MBB pada 1976 hingga 2009.
Bumblebee-001 diawaki dua orang, kopilot/penembak dibagian depan sedangkan pilot dibagian belakang, dipersenjatai roket tanpa kendali FFAR 2,75 inch disimpan dalam 7 tabung peluncur, serta sepucuk senapan mesin kaliber 7,62 mm.
Dimensi helikopter
Panjang: 12,60 m
Tinggi: 3,37 m
Diameter rotor utama: 9,84 m
Diameter rotor tail: 1,90 m
Berat kosong: 1350 kg
RI Potensi Pemain Alutsista(Peralatan Tempur) Di ASEAN
JAKARTA– Industri pertahanan nasional bisa menjadi pemain penting dalam pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di tingkat ASEAN jika hasil pertemuan para menteri pertahanan kawasan ini diimplementasikan.
Komisaris Utama PT PAL Tedjo Edhie Purdjiatno mengatakan, industri strategis nasional yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia memiliki potensi yang cukup besar. ”Mereka mampu menghasilkan produkproduk seperti alutsista yang kini tidak hanya digunakan di dalam negeri, tapi sebagian juga menembus pasar internasional,” katanya di Jakarta, Jumat (19/5).
Beberapa industri strategis yang ada adalah PT PAL, PT Pindad, dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).Kemudian, Perum Dahana (industri bahan peledak), PT Krakatau Steel (industri baja pembuatan kapal), PT LEN (industri elektronik bidang pertahanan), dan PT Barata Indonesia (pembuat konstruksi baja). PT PAL yang bergerak di bidang maritim selama ini telah berhasil memproduksi beberapa jenis kapal patroli cepat (fast patrol boat/FPB) untuk Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Adapun PT Pindad menghasilkan berbagai jenis senjata api dan amunisinya. Bahkan, mereka juga mengekspor panser bernama Anoa. Sementara itu, produk-produk dirgantara dari PT DI antara lain beberapa jenis helikopter dan pesawat militer. Dia menyambut positif langkah pemerintah yang membangun kolaborasi dengan negaranegara ASEAN dalam pengadaan alutsista.Menurut dia, Indonesia berpeluang menjadi pemain dominan di kawasan ini.
Sebagaimana diketahui, pertemuan menteri pertahanan tingkat ASEAN telah menyepakati untuk berkolaborasi memperkuat industri pertahanan.Ke depan, negara negara kawasan ini sudah saatnya mandiri dari ketergantungan alutsista di luar ASEAN.Karena itu, mereka sepakat akan mengembangkan alutsista bersama dan saling melengkapi. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menambahkan, industri pertahanan Indonesia dimulai pada 1958, tetapi sempat kolaps pada 1998 karena krisis ekonomi.
”Baru pada 2010 lalu dimulai lagi untuk memenuhi kebutu*an alutsista hingga 2024,”katanya kemarin. Dia mengakui, revitalisasi bidang industri pertahanan masih mengalami beberapa masalah. Dari segi pengguna, persoalannya antara lain terkait harga produk yang dinilai mahal dan kualitas produk yang diragukan.”Jaminan purna jual juga menjadi masalah,” ungkapnya. Di sisi lain, produsen juga mengalami kendala, terutama permodalan.
Hal ini membuat industri pertahanan tidak berkembang baik. Purnomo menyebut, butu* dana yang cukup besar untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan BUMN itu. Sementara pemerintah sendiri juga dihadapkan pada persoalan menyangkut pembiayaan. Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Helmy Fauzi mengungkapkan dalam era globalisasi seperti sekarang ini,industri pertahanan akan semakin bagus jika punya jaringan yang kuat di kawasan.
Sebab, industri ini tidak bisa dikerjakan sendiri oleh suatu negara tertentu. Dia mencontohkan Belanda yang membuat kapal Sigma bekerja sama dengan Prancis (radar) dan Polandia (sistem amunisi). Dia menilai, Indonesia bisa meniru apa yang dilakukan Belanda. Sebab,industripertahanan sudah menyebar di kawasan ASEAN.
”Singapura mungkin unggul dalam hal sensor, radar, dan sebagainya,sedangkan kita punya konsep lain. Jadi selama ini menguntungkan dan memperkuat posisi politik ASEAN, saya pikir memang kita harus lebih menyinergikan industri pertahanan di lingkungan ASEAN,”ujarnya. ●fefy dwi haryanto
News Polisi:Robot Penjinak Bom Bisa Dibuat Dalam Negeri
22 Mei 2011, Batam (ANTARA News): Politeknik Negeri Batam, Provinsi Kepulauan Riau bekerja sama dengan Kepolisian daerah setempat mengembangkan robot penjinak bom.
"Politeknik bersama Kepolisian Daerah (Polda) sedang mencari material yang pas untuk robot yang kami kembangkan," kata Direktur Politeknik Negeri Batam Priyono Eko Sanyoto di Batam, Minggu.
Saat ini, tim robot Politeknik Batam sedang mengembangkan desain yang tepat untuk robot penjinak bom.
Pengembangan robot penjinak bom menggunakan material khusus agar tidak mudah meledak dan berbeda dengan robot-robot lain yang pernah dibuat mahasiswa Poltek Negeri Batam sebelumnya.
"Kami mengupayakan bahan yang sebaik mungkin, agar robot tidak hancur saat ada bom yang meledak," lanjutnya.
Priyono mengatakan harapan pengembangan robot cepat selesai untuk membantu polisi menanggulangi ancaman bom terutama di wilayah hukum Polda Kepulauan Riau.
Selain bekerja sama dengan Polda Kepri, Politeknik Negeri Batam juga terus berupaya mengembangkan robot-robot untuk keperluan industri.
Menurut Priyono, Batam adalah kota industri yang memanfaatkan teknologi tinggi.
Politeknik berharap, pengembangan robot yang dilakukan akan dilirik oleh perusahaan-perusahaan di Batam.
"Kami akan berupaya mengembangkan robot industri tepat guna," kata Priyono.
Politeknik Negeri Batam berulang kali mengukir prestasi pembuatan robot.
Politeknik Negeri Batam selalu menjadi juara umum Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) wilayah Sumatera dalam dua tahun terakhir.
"Untuk tingkat internasional kami pernah menjadi juara ketiga kontes robot cerdas di tahun 2007," kata Priyono.
KEHEBATAN ENGGINER INDONESIA MEMBUAT BTR 40 YANG SUDAH RUSAK JADI BAGUS KEMBALI.
Konstruksi dasarnya bila dirancang bangun ulang dengan cara diretrofit cukup ideal untuk dioperasionalkan bagi Infantri mekanis.
Bengpuspalad pernah melaksanakan rancang bangun ulang & retrofit terhadap BTR 40 sebanyak 56 (lima puluh enam) unit yang saat ini aktif dioperasionalkan di Rahwan Aceh dan Maluku oleh satuan Kavaleri dan Infantri TNI AD dan POLRI.
Ada 2 tipe retrofit BTR-40
Perbedaan ada di kabin belakang bisa dibuka lebar atapnya, dan ada Turret untuk versi Kavaleri.Sisanya sama, itu modifikasi dari hull bekas BTR-40... ganti engine pake Isuzu
yang ini untuk mechanized Infantry... tahun 2004 dibuatnya
R-HAN 122 Memiliki Kecepatan 1,8 Mach Dan Akan Ditempatkan Di KRI
SUKSES besar uji coba peluncuran roket R-Han 122 dari Lapangan Tembak Dodik Latpur Rindam II/Sriwijaya KM 8 Kemelak Baturaja, Kabupaten OKU, menjadi titik awal kebangkitan industri pertahanan RI.
Indonesia Made Vehicular Combat Personnel Or Humvee By PT.Pindad
PT. Pindad Indonesia Made Vehicular Combat Personnel Or HUMVE
PT. Pindad Indonesia not only makes guns and ammunition, but PT. Pindad also been able to create a vehicular combat Anoa 6x6. Still there are several variants of combat vehicle personnel carrier made by PT. Pindad Indonesia. Since the beginning beridirnya PT.PINDAD has been designed to meet the needs of Army of the Republic of Indonesia as sisitem Defense Indonesian state.
Combat vehicles or in other American Soldiers called High Mobility Multipurpose Wheeled Vehicle or Humvee made by PT. Pindad Indonesia :
PT. Pindad Indonesia made Combat Vehicle or Panzer Taxxi VIP
PT. Pindad Indonesia made Combat Vehicle or Humvee Taxxi VIP-2
PT. Pindad Indonesia made APS-2 Panzer Combat Vehicle
Panen Raya Alutsista Tahun 2012
Menjadikan TNI Sebagai Pejantan Tangguh
Ada sebuah baliho yang dipasang pada sebuah uji tanding ketangguhan prajurit sebuah negara tetangga, bunyinya: Biarpun tak menang yang penting jaguh. Slogan ini boleh jadi mengisyarakan kualitas prajurit negara tersebut yang tahu diri dengan kemampuannya atau bisa juga mencerminkan sebagai pasukan seremonial belaka.
TNI sebagai pengawal republik tentu bukan sekelas itu. Dalam setiap uji tanding kemampuan dan kedayatahanan prajurit di rantau ini, TNI selalu tampil sebagai yang terbaik, juara pertama, juara umum, tak tergoyahkan selama bertahun-tahun. Ini adalah sebuah muara bintang dari pola pembinaan jasmani militer, ketangkasan, bela diri, terampil dalam penggunaan alutsista dan cerdas olah pikir.
Ketangguhan personal TNI secara de yure dan defacto diakui oleh para jiran. Dilihat dari uji tampil dan terampil sosok penampilan personil TNI jauh lebih garang ketimbang tentara Singapura atau Malaysia. Belum lagi bicara endurance. Buktinya dalam sebuah latihan bersama pasukan Marinir RI dengan pasukan marinir AS di Jawa Timur setahun lalu, pasukan marinir AS rontok dan menyerah dalam latihan survival di tengah hutan Banyuwangi.
Sudah tentu kualitas daya tahan dan keunggulan jasmani militer TNI akan semakin berbinar dengan bertambahnya beragam alutsista di gudang arsenalnya. Berita dan fakta sepanjang semester I tahun 2011 ini sudah terang benderang menyampaikan kegembiraan yang luar biasa bagi jajaran TNI bahwa sebentar lagi menghadapi panen raya alutsista, tepatnya mulai tahun depan. Meskipun begitu tahun ini dan tahun sebelumnya TNI juga sudah banyak mendapatkan alutsista baru, tetapi itu belum bisa disebut panen raya, ya panen kecil-kecilan lah.
Alutsista-alutsista yang bernilai strategis sudah, sedang dan akan memenuhi kesatrian-kesatrian TNI. Pesawat tempur Sukhoi sudah ada 10 biji, tahun ini kontraknya ditambah 6 lagi lengkap dengan ragam arsenalnya, kemudian tahun berikutnya ditambah lagi sampai mencapai 32 unit (2 Skuadron). Pesawat tempur F16 eksisting ada 10 biji, Desember tahun ini dipastikan bertambah 24 biji sehingga mencapai 34 unit (2 Skuadron). Tahun 2012 Super Tucano made in Brazil mulai berdatangan sebanyak 16 unit, tahun yang sama pesawat tempur latih T50 buatan Korsel sebanyak 16 unit juga masuk skuadron di Madiun. TNI AU juga naksir berat untuk mendapatkan 24 unit pesawat tempur Typhoon buatan Inggris, 16 unit Sukhoi SU35 dan 12 unit pesawat tempur stealth F35.
Nah, kalau ini diurut-urut jumlahnya akan mencapai 180 unit alias sama dengan 10 skuadron. Ini belum ditambah dengan 50 unit pesawat tempur KFX hasil kerjasama teknologi Korsel dan Indonesia. Sementara 12 batalyon Paskhas TNI AU dilengkapi dengan rudal jarak pendek dan rudal jarak menengah surface to air untuk pertahanan pangkalan udara. Sangat wajar untuk melindungi alutsista strategis yang dimilikinya.
Matra laut sejak jaman Trikora dan Dwikora sampai saat ini merupakan angkatan laut terbesar di Asia Tenggara. Kekuatan AL kita secara kuantitas mengungguli Malaysia, Thailand dan Singapura. Posisi juara bertahan itu akan terus dipertahankan dengan menambah jumlah KRI sampai 300 unit. Maka proyek 100 KCR (Kapal Cepat Rudal) murni buatan dalam negeri sudah dan sedang digelar. Proyek kerjasama pembuatan PKR (Perusak Kawal Rudal) untuk membuat 10 PKR sedang berjalan, proyek kerjasama pengadaan kapal selam Juni 2011 ini sudah sign kontrak. TNI AL akan mendapatkan tambahan kapal selam sebanyak 5 unit dalam 2 kontrak pengadaan. Penerbal yang sudah dibagi menjadi 2 wing juga sedang mempersiapkan kedatangan 1 skuadron Heli AKS (anti kapal selam) dan 1 skuadron Heli AKP (anti kapal permukaan).
Sementara kontrak pengadaan 11 LST dengan PAL dan Koja Bahari sudah berjalan. Proyek Yakhont dan C802 yakni pemasangan rudal dan sistem integrasi tempur pada puluhan KRI sudah dan sedang berjalan. TNI AL juga mempersiapkan pembuatan 2 unit LHD yang dikerjakan PAL. Benar-benar sibuk si PAL dapat order seabreg. Belum pernah sepanjang sejarah perjalanan hidupnya PAL mendapat order sebanyak itu. Galangan kapal dalam negeri juga ikut menikmati pesta alutsista. Mulai dari Lundin Banyuwangi, Koja, sampai Batam dapat proyek milyaran buat KCR ,Trimaran dan LST.
Bisa dibayangkan kelak (tidak lama lagi kok) perairan Nusantara dikawal 300 an KRI, 14 kapal selam, 450 KAL dan ratusan kapal Bakorkamla (DKP, Polisi Air, Bea Cukai). Armada tempur dengan kekuatan 300 KRI ini dibagi menjadi 3 armada tempur, demikian juga pasukan Marinir yang saat ini berkekuatan 2 divisi ditambah menjadi 3 divisi sesuai dengan kekuatan armada TNI AL. Marinir sudah dilengkapi dengan tank amphibi BMP-3F, RM Grad, Rudal QW3, BTR-80, BTR-50, AMX, Howtizer dan Roket. Korps Marinir akan terus menambah kekuatan pukulnya dengan menambah tank amphibi BMP-3F dan BTR-90 sampai mencapai minimal 300 unit. Perlu dicatat, Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki kekuatan Marinir terkuat dan disegani.
Walau tidak “seheboh” dengan revolusi alutsista di matra laut dan udara, Angkatan Darat juga berbenah dengan sejumlah target. Diantaranya pembentukan Divisi Lintas Udara Kostrad, pembentukan puluhan batalyon baru baik satuan organik Kodam maupun satuan organik Kostrad. Pembentukan Kodam Tanjungpura Kalbar sudah jadi. Rematerialisasi alutsista Armed dengan menambah satuan roket dan rudal dalam jumlah besar. Repowering 300 tank AMX, penambahan 150 panser Anoa, penambahan 100 Tank IFV, pengadaan 80 Howitzer, pengadaan ratusan rudal anti tank, pengadaan 100 panser Canon.
Penerbad juga dimekarkan menjadi 5 skuadron dengan mendatangkan alutsista baru yaitu 8 Heli Mi35, 16 Heli Mi17 dan 40 Heli Bell 412EP. TNI AD juga sedang mempersiapkan metamorfosis puluhan batalyon infantri menjadi batalyon infantri mekanis dengan menambah alutsista tempur berupa panser dan tank IFV. Jika ada 10 batalyon yang dimetamorfosis maka diperlukan paling sedikit 600 panser dan atau tank IFV yang gress. Sementara itu proyek strategis yang paling sepi publisitas adalah proyek rudal Lapan-Pindad-China. Rudal surface to surface ini mampu menjangkau jarak tembak sampai 300 km. Bisa dibayangkan jika dari Sumatra, Batam dan Kalimantan disebar ratusan rudal jenis ini akan memberikan nilai detterens yang begitu kuat gaungnya bagi kedigdayaan alutsista TNI.
Jagvane / 23 Mei 2011 Analisisalutsista.blosgspot.com
LAPAN Sukses Uji Terbangkan Muatan Satelit LAPAN-ORARI
Tiga roket RX-200 berhasil diuji terbangkan oleh LAPAN, Minggu (20/06). Ketiga buah roket tersebut merupakan rangkaian uji coba muatan satelit LAPAN-ORARI.
Indonesia unveils the prototype of satellite launch vehicle in IDAM 2010
Indonesia's space agency, LAPAN, unveils its first prototype of satellite launch vehicle (SLV) or RPS (Roket Pembawa Satelit) in Indo-Defence, Indo Aerospace, and Indo Marine 2010 exhibition (IDAM 2010). The exhibition arranged by The ministry of defense is part of Indonesia's effort to explore outer space for the benefit of human kind, especially, Indonesians. The exhibition occurred in 10-13 November 2010 in JIEXPO Kemayoran, Jakarta.
Indonesia Kembangkan Roket Kendali 1.000 Km dan Balistik 400 Km
Pengembangan Roket Kendali Nasional Berpropelan Komposit Padat
Peneliti-peneliti di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah berhasil menciptakan 300 jenis roket, dan ini sangat penting bagi perkembangan teknologi di Indonesia.
Dalam proyek ini, tidak hanya melibatkan LAPAN saja, tapi juga lembaga lainnya seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia (DI), Lembaga Atom Nasional (LAN) sesuai bidang masing-masing.TOP SECRET
Peneliti-peneliti di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah berhasil menciptakan 300 jenis roket, dan ini sangat penting bagi perkembangan teknologi di Indonesia.
Kepala Tim Roket Kendali LAPAN Edi Sofian, Rabu (11/11) mengutarakan, keberhasilan para peneliti Indonesia menciptakan roket menjadi hal penting guna memajukan perkembangan teknologi di Indonesia untuk bersaing dengan negara lain.
Edi mengungkapkan selama 20 tahun lebih LAPAN mengabdi para peneliti telah berhasil menciptakan 300 roket dengan berbagai kategori dengan jenis roket berbeda yang cukup spektakuler.
"Dalam satu tahun para peneliti LAPAN menciptakan 15 roket yang kemudian dilakukan uji coba dan berhasil diorbitkan dengan sukses. Itu semua merupakan hasil karya anak bangsa," ungkap Edi.
Dari ratusan roket yang berhasil diciptakan selama ini lebih banyak dihasilkan roket cuaca dan orbiter serta satelit untuk membantu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau perkembangan cuara.
Termasuk membantu pertahanan keamanan negara Indonesia dan mengawasi daerah-daerah di kawasan nusantara yang membutu*kan pemantauan ketat serta pengawasan sipil.
"Pembuatan roket merupakan instruksi negara, kita menciptakannya dan PT Dirgantara Indonesia (DI) memproduksi dan memperbanyak roket," tandas Edi.
Kabag Humas LAPAN Eli Kuntjahowati menegaskan, pada dasarnya LAPAN tidak hanya menciptakan roket, terdapat beberapa hasil ciptaan LAPAN mengoptimalkan sistem propulsi roket peluncur satelit yang diproyeksikan untuk jangka panjang.
LAPAN juga merancang beberapa motor roket hibrid yang mengunakan kombinasi propelan padat dan cair. Bahkan beberapa analisis LAPAN sedang merancang roket modern yang siap bersaing dengan roket buatan luar negeri.
Lapan Uji Terbang Dua Roket Eksperimen
Rabu (29/12), Lapan berhasil meluncurkan dua roket eksperimen berdiameter 200 mm dan 100 mm di stasiun peluncuran roket Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Uji terbang bertujuan untuk penelitian roket ilmiah. Roket berdiameter 200 mm atau disebut RX-200 diluncurkan pertama, kemudian dilanjutkan dengan RKX-100 yang berdiameter 100 mm.
Peluncuran tersebut dihadiri oleh Kepala Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, Ir. Yus kadarusman Markis, Dip. Ing serta para pejabat di lingkungan Kedeputian Bidang Teknologi Dirgantara.
Indonesian Navy's KRI 593 Banda Aceh shows how it wins the "hearts and minds" of Sing
Indonesian Navy's KRI 593 Banda Aceh shows how it wins the "hearts and minds" of Singaporeans
Changi Naval Base, 19 May 2011: We arrived onboard the Indonesian warship unannounced, smack in the middle of their makan siang (lunch) and in a platoon-size group.
Duty personnel aboard KRI 593 Banda Aceh did a headcount and herded the Singaporean NS men to the quarter deck. An officer soon appeared and took charge of the situation immediately.
IFF: TNI Captain Marvil (facing camera, centre) and duty personnel aboard KRI 593 Banda Aceh establish the identities of the small group of 20 Singaporean NSmen who boarded the Indonesian LPD unannounced at lunch time. CPT Marvil, Gunnery Officer aboard Banda Aceh, led the military enthusiasts on a ship tour. Much to the surprise of the NSmen, he later apologised for the awkward questions when we boarded. He was an exemplary host and a model example of naval diplomacy personified as he left his Singaporean visitors - many of whom had never come face-to-face with the TNI before - with a positive impression of the TNI's professionalism and mission readiness.
After some initial probing ("Where is your RSN liaison?"), TNI gunnery officer Captain Marvil realised we were just warship nuts and brought us on a somewhat comprehensive tour of the brand new LPD.
He gave a running commentary in good English of the LCM and two pilot boats in the LPD's tank deck, led the group to the tank deck where he fielded questions from NSmen from Singapore Armed Forces (SAF) Armour units, then up to the galley (yes, the crew were still having lunch), meeting room, wardroom and the bridge.
The KRI Banda Aceh was berthed at Changi Naval Base this past week as part of the Indonesian military's contribution to the IMDEX 2011 naval show (18 to 20 May 2011).
By the end of the visit to Banda Aceh, we had a better idea of the LPD's role in protecting the Indonesian archipelago and in anti-piracy sweeps in the Indian Ocean when paired with a Sigma-class corvette.
The LPD's crew had justifiable reason to be proud of their warship. It was kept spick and span, the hangar deck was hand-polished for an evening reception for the Singaporean Navy and build quality was commendable*. The ship also cherished its pioneer batch and had a plaque engraved with the names of all TNI personnel involved with the ship's construction and ICIT.(*Having been aboard many men-of-war, you soon get to know what a poorly-built ship looks like.)
The officer's apology at the end of the trip was as unexpected as it was sincere. CPT Marvil was sorry for the initial hesitation in welcoming the group and wanted to make amends.
And the Singaporean NSmens' unscripted and near simultaneous responses said it all. His apology triggered a chorus of assurance from his visitors that no apology was necessary. Score one point for the TNI.
Indonesian Air Force Through PT.DI Producing Various Types of Helicopter and Aircraft Types
The foundations of the Indonesian defence industry were actually established during the colonial period. In 1920 the German company Fritz Werner established the Pindad factory to manufacture small arms and ammunition in the then Netherlands East Indies (NEI). PT Pindad is still manufacturing small arms and ammunition for the Indonesian Armed Forces (TNI), as well as armoured vehicles and other systems.
Apart from that, after the independence struggle Indonesian was able to take control of a number of other
facilities that would prove useful in a defence industry context. For example, the naval dockyard at Surabaya
and aircraft repair facilities. The basis of an indigenous Indonesian defence industry had actually been laid during the anti-colonial struggle, when in 1946, six gliders were constructed from locally available materials to help train pilots for the TNI-AU.
Following independence Indonesia decided to establish an aviation industry, an effort led by Nurtanio Pringgoadisuryo, who also acted as the designer and test pilot. A number of light aircraft were designed and
built, many based on foreign designs, and then in 1964 licence production of the PZL-104 Wilga aircraft commenced, with 39 aircraft being built through 1975. Nurtanio was killed during a test flight in 1966, but his
legacy was the basis for an Indonesian aerospace industry.
Then came what we might call the ‘Habibie period’ for the Indonesian defence industry. B.J. Habibie was a
highly qualified aerospace engineer and on his return to Indonesia became a technology advisor to the Indonesian government. In 1976 he was responsible for the formation of the aerospace company PT Nurtanio that eventually became IPTN (today it is known as PT Dirgantara Indonesia). Eventually Habibie created what became known as the ‘strategic industries’ by bringing the management of IPTN, the PT PAL shipyard and Pindad amongst others under one roof.
Products that have been produced by PT.DI Indonesia in making aircraft :
1. Armored combat vehicles and weapons and ammunition
DMV-30A
DMV-30T2 untuk (PASKHAS-PASUKAN KHUSUS ANGKATAN UDARA)
2. Create various types of missiles and rockets for aircraft and warships, including missile Submarine Torpedo
Example : FFAR AirFrce
3. Various types of military and civilian versions Helicopter
Example NAS-332 Helicopter
4. Various Aircraft type CN-235 military and civilian versions of both
The Jakarta Post reported (4/17/2011) that state ship builder PT PAL is bidding for a contract from the Defense Ministry to construct submarines worth between USD 350 and USD 400 million each in 2010.
Mr Harsusanto president director of PT PAL said that "The Defense Ministry plans to buy submarines. We expect to win the contract so that we can build the submarines in our plant."
Mr Harsusanto said that the ministry might hold a tender for procurement of the submarines later this year. He acknowledged that PT PAL lacked experience in constructing a submarine.
He added that "Some modules might be constructed overseas and we will ask foreign technicians involved in the project to transfer the technology to PAL."
He added that the company had worked with Demen Schelde Netherlands Shipyard (DSNS) in building a destroyer escort warship ordered by the Defense Ministry in August.
Mr Harsusanto said that the USD 220 million warship is 104 meters in length and runs on four engines. It is equipped with censor devices and armed with missiles. He added that "We expect to deliver the ship in August 2014."
PAL, which has the largest shipyard located in East Java, also offers some repair and maintenance services.
INSPIRE (Indonesian Nano-Satellite Platform Initiative for Research and Education)
Kemampuan mahasiswa Indonesia di luar negeri ternyata cukup membanggakan nama Tanah Air. Dwi Hartanto, mahasiswa master di Universitas Teknologi Delft (TU Delft), Belanda, rencananya akan meluncurkan nanosatelit yang dinamakan Delfi-n3Xt pada pertengahan tahun 2010.
Sebelumnya, nanosatelit Delfi-C3 juga berhasil diluncurkan pada tahun 2008. Nanosatelit ini diklaim sebagai satelit pertama buatan mahasiswa di Belanda yang berhasil mengorbit bumi.
Rahmadi, Wakil Sekjen PPI Belanda, menyampaikan informasi tersebut kepada Persda network melalui surat elektronik seusai Kolokium PPI Delft (KOPI Delft) yang rutin diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Delft, Belanda, pekan lalu. "Dwi memaparkan riset pembuatan nanosatelit, mulai dari desain, fitur-fitur yang disyaratkan, serta misi peluncurannya," ujar Rahmadi.
Menurutnya, keberhasilan salah satu mahasiswa asal Indonesia seperti Dwi patut diapresisasi. Pasalnya, dunia riset memang semestinya terbangun oleh tiga pilar besar, yaitu institusi pendidikan, pemerintah, dan industri.
Pada kesempatan itu pula, kolega Dwi, Aryo Primagati, yang saat ini bekerja sebagai insinyur telekomunikasi pada ISIS (Innovative Solutions In Space), sebuah perusahaan kecil yang didirikan alumni TU Delft yang pernah terlibat pada proyek nanosatelit Delfi-C3, mengatakan bahwa riset pembuatan nanosatelit sangat cocok dijadikan proyek penelitian dalam skala universitas. Selain desain yang lebih sederhana pada ukuran yang lebih kecil, dana yang dibutu*kan juga jauh lebih kecil dibandingkan satelit konvensional.
Sekadar perbandingan, Aryo mengatakan bahwa untuk membangun dan meluncurkan sebuah satelit normal diperlukan biaya jutaan euro (puluhan hingga ratusan miliar rupiah) dengan waktu pengembangan 5-10 tahun. Adapun untuk nanosatelit, seperti Delfi C3 atau Delfi-n3Xt, hanya diperlukan waktu satu sampai dua tahun pengembangan dengan biaya sekitar 100 sampai 200.000 euro (sekitar Rp 1,5 sampai Rp 3 miliar).
Pada akhir sesi presentasi KOPI Delft kali ini, Dedy Wicaksono, peneliti pasca-doktoral di TU Delft, memaparkan visi dan ambisi mereka bersama untuk menggagas sebuah proyek nanosatelit untuk mahasiswa Indonesia yang diberi nama INSPIRE (Indonesian Nano-Satellite Platform Initiative for Research and Education).
Mengingat, sebenarnya Indonesia telah merintis dunia riset antariksa sejak dekade 1960-an. Ide yang dibawa oleh Dedy bersama koleganya adalah membuat suatu konsorsium yang terdiri dari berbagai universitas di Indonesia, lembaga-lembaga penelitian pemerintah, dan tentunya rekanan dari dunia industri sebagai sponsor pendanaan.
Senada dengan Dedy, Aryo pun menilai misi peluncuran INSPIRE 1 hendaknya tidak terlalu mensyaratkan misi yang terlampau sulit. Pada kenyataannya, selain sebagai satelit komunikasi radio amatir, misi Delfi-C3 yang utama adalah sebagai technology demonstration and development. Mengenai masalah pendanaan, kiranya perlu dicari solusi yang terbaik. Salah satu yang sudah direncanakan adalah mengajukan proposal proyek INSPIRE ke berbagai pihak terkait di Tanah Air.
Acara Kolokium PPI Delft atau sering disingkat KOPI Delft ini adalah acara rutin dwi mingguan yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Delft, Belanda.
GOOD JOB.SELAMAT BERKARYA DAN BERBAKTI KEMBALI PADA BANGSA DAN NEGERA KITA.MAJU TERUS INOVASINYA