INDONESIA - defence and military issues (PART IV-R.P.9]

rifa

Pindad seriously tests and learns ACV for TNI-AD future light tank


ACV in Pindad factory




ACV is tested at Jatiluhur (west java)

Tank Pindad Kerjasama dengan Turki

Beberapa waktu lalu tersiar kabar adanya kerjasama antara Turki dan Indonesia dalam hal produksi Tank. Menurut kabar beredar kerja sama tersebut masih dalam tahap busines to busines alias antara FNSS dan Pindad, dan belum ke tahap antar negara.

Redaksi ARC sendiri pernah memergoki adanya APC jenis ACV-300 buatan Turki saat kunjungan ke Pindad beberapa waktu lalu. Menurut staff Pindad, Tank tersebut sengaja dikirim agar bisa dipelajari oleh Pindad. Mungkin inilah awal dari kerja sama tersebut.

Dari ACV 300 tersebut, para ahli Pindad mempelajari sistem olah gerak dan suspensi Tank Nasional buatan Pindad nantinya. Untuk itu, sejumlah uji coba terhadap ACV 300 juga pernah dilakukan. Diantaranya, pengujian di waduk Jatilhur pada awal tahun 2011 lalu.

Di PT.Pindad tersebut, tim ARC juga memergoki sebuah bentuk Tank yang hampir rampung dibuat. Wujud body atau Hull Tank tersebut boleh dibilang mirip dengan BTR-50, dengan konstruksi melandai. Tentu saja bodi Tank itu belum dilengkapi dengan turet. Menurut info dan data yang diperoleh, Tank Pindad nantinya memiliki bobot kosong 10 ton dan berat penuh sekitar 13 ton (versi APC). Sementara Tank itu memiliki panjang 5,6 meter dan Tinggi 1,9 meter. Wujud dan bobot Tank telah disesuaikan agar mampu dimuat ke dalam pesawat Hercules untuk penggelaran cepat. Dalam spek teknis yang diperoleh juga disebutkan, Tank Pindad memiliki kecepatan sekitar 70 km/jam dan jarak tempuh 400 kilometer. Selain itu, posisi mesin nantinya akan ditempatkan dibagian depan untuk menambah proteksi terhadap awak. Konsep ini mengacu pada Tank Merkava buatan Israel.

Meski demikian, kelihatannya untuk desain sementara ini, Pindad akan membuat versi APC-nya terlebih dahulu. Untuk versi ini, Tank mampu memuat 10 personel. Sementara pada versi bersenjata berat-nya, Pindad berencana memasang meriam kaliber 105mm. Semoga saja, Tank Nasional produksi Pindad ini segera terwujud, demi kemandirian bangsa. (end)

superis

Step by Step!! uh baby....
NKOTB mode: ON

wongedandotcom2

TNI receives UN medal for peacekeeping mission in Congo
The Jakarta Post, Jakarta | Tue, 06/07/2011 11:19 AM


The Indonesian Military (TNI)'s Kizi Taskforce assigned to the Congo has received a UN medal for the success of its six-month participation in the UN peacekeeping mission in the country (Monusco).

Monusco Commander Lt. Gen. Chender Prakhas presented the medal to the commander of the Indonesian taskforce, Lt. Col. Czi Widiyanto, at Bumi Cenderawasih Camp in Dungu, Congo, on Monday.

Prakhas said the Indonesian contingent had shown “extraordinary” achievements during their assignment, taskforce spokesman Second Lt. Imam Mahmud writes in a press statement sent to Antara on Tuesday.

The Indonesian troop had not only helped build the 147 kilometer-long Dungu-Faradje road, “but also built a bridge of hearts between the Congo people and the UN troops, especially the Monusco.”

http://www.thejakartapost.com/news/2011/06/07/tni-receives-un-medal-peacekeeping-mission-congo.html

windof

acv 300 juga ada dibikin di malaysia, kerjasama turki dengan negara2 sealirannya mmg sukses sekali...

JavaMilitia

gede-bab

Reply 560# rifa

Tapi sayang setelah stelah susah payah, serangan TNI, penawanan timor timur dan pelbagai pelanggaran HAM oleh Jakarta...akhirnya dengan referandum TNI mundur dari Dili dan Timor Timur pun merdeka dengan nama negara baru Timur Leste.....


Malaysia turut nyumbang selaku pengaman pasukan PBB disono...

JavaMilitia

JavaMilitia

superis

Reply 566# gede-bab

Ada beberapa kesalahan dimasa lalu. Australia memberi dukungan kepada RI untuk masuk timor-timur tahun 75. lalu berbalik tahun 99.

dan memberi pelajaran pada Indonesia bahwa tidak ada teman/musuh yang abadi. maka Indonesia harus bisa mandiri dalam segala hal termasuk militer.

Hal2 buruk di masa lalu adalah pelajaran yang sangat berharga. sekarang dan di masa depan Indonesia sudh berbeda. 

BTW, I'm so happy with our steps. we are moving and growing. We are on TRACK.. c u on next decade..

JavaMilitia

rifa

Reply 566# gede-bab

referendum terjadi karena timor leste didukung oleh NATO dan PBB.dan pemerintah RI tidak mau rugi banyak dana juga,salah satu lepasnya timor2 karena timor2 bukan termasuk dalam sejarah penjajahan indonesia,seperti ACEH dan PAPUA.jadi diplomatik lemah,berbeda dengan ACEH dan PAPUA.

indonesia menginvasi timor2 karena permintaan US,agar pemberontak hilang karena portugis sudah tidak mampu tangani lagi,setelah 24 tahun bergabung dengan indonesia,US melihat kemajuan pembangunan timor2,maka US membuat kekacauan lagi.makanya indonesia,membumi hanguskan timor2 tahun 99,nanti seijin indonesia PBB turun ke timor2,Australia yang paling banyak korban.Pasukan PBB tingal tunggu bersih,pertempuran sebenarnya sudah usai saat PBB masuk ke timor lorosae.

Tapi intelijen militer indonesia,bisa merekrut orang penting di pemerintahan australia,artinya intelijen indonesia,bisa masuk kekalangan  barat,bukan hanya CIA,yang bisa merekrut anggota dari luar negeranya.

JavaMilitia

JavaMilitia

JavaMilitia

JavaMilitia

JavaMilitia

JavaMilitia

JavaMilitia

^^
bro.. tu ada kopassus di russia ngapain? di kazan? mo beli apa?
superis Post at 7-6-2011 13:26

   Sedang belanja

superis

Pesawat N 219 Kebanjiran Peminat




TEMPO Interaktif, Jakarta - Pesawat terbang komuter N-219 banyak diminati sejumlah pemerintah daerah. Padahal pesawat jenis ini baru memasuki tahap pembuatan prototipe. "Mereka tertarik membeli untuk transportasi penghubung antarkabupaten kota," kata Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi di Jakarta, Rabu, 8 Juni 2011.

Sedikitnya ada 40 pemerintah daerah tingkat kabupaten dan kota yang berminat membeli N-219. Minat para calon pembeli terungkap dari hasil muhibah bisnis Kementerian Perindustrian di sejumlah daerah. "Mereka bisa membeli pesawat itu sendiri atau dengan menggandeng maskapai lokal untuk penerbangan terjadwal ataupun carter," kata Budi.

Sekitar 300 insinyur diterjunkan untuk mengembangkan N-219. Pesawat ini memakai dua mesin, yang masing-masing berkekuatan 8.50 HP. Komponen lokal mencapai 70 persen. Sisanya berupa mesin dan sistem avionik dipasok dari impor. Saat ini PT Dirgantara Indonesia berhasil membuat 3 jenis pesawat: NC-212, CN-235, dan N-250.

Pesawat yang dirancang PT Dirgantara Indonesia itu memiliki kapasitas 19 kursi. Pengadaan N-219 sudah mendesak karena pesawat di kelas itu banyak yang berusia 20 tahun sehingga perlu segera diganti. Nantinya pesawat perintis berusia uzur dapat diganti dengan N-219. Pengembangan N-219 menjadi bagian dari program restrukturisasi PT Dirgantara.

Menurut Budi, Kementerian Perindustrian masih mempersiapkan detail teknis dan desain prototipenya. Pembuatan prototipe pesawat membutu*kan dana sekitar Rp 300 miliar. Tahun ini Kementerian Perindustrian sudah mengajukan anggaran untuk 2012 bagi pengembangan N-219 sebesar Rp 59 miliar. Ditargetkan prototipe pesawat N-219 mampu terbang pada 2014.

Pengamat penerbangan Ruth Hana Simatupang mengatakan tipe N-219 sangat cocok untuk daerah dengan lapangan udara terbatas. Daerah semacam ini membutu*kan transportasi udara sebagai penghubung wilayah, terutama di Indonesia bagian timur. Menurut Hanna, Indonesia mampu memproduksi pesawat sendiri. "Tapi hasilnya tetap perlu dikaji kelayakannya," katanya.

Dengan memproduksi sendiri, kata Hanna, biaya pengadaan pesawat tersebut bakal jauh lebih murah ketimbang membelinya dari negara lain. "Jelas lebih murah membikin sendiri daripada membeli. Apalagi kita memang sudah mampu memproduksinya," katanya.

wongedandotcom2

US Marines, Sailors complete training with Indonesian Korps Marinir
6/8/2011  By Cpl. Aaron Hostutler  , Marine Forces Pacific


In Indonesia, the service members from both nations will train together on martial arts, military operations on urban terrain, jungle warfare, combat marksmanship and combat lifesaving. (U.S. Marine Corps Photo by Cpl. Aaron Hostutler), Cpl. Aaron Hostutler, 5/27/2011 6:14 AM

ANTRA LINA TRAINING AREA, Indonesia  — Marines and Sailors of Landing Force Company concluded training with Indonesian Marines from 6th Infantry Battalion 2nd Brigade, Korps Marinir at Antra Lina training area, Indonesia June 1.

The Landing Force Company, comprised mostly from 2nd Battalion, 23rd Marine Regiment and 4th Assault Amphibian Battalion, 4th Marine Division, trained with the partner nation in military operations on urban terrain, jungle warfare, combat lifesaving, combat marksmanship and martial arts.

The Marines and Sailors are participating in Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2011, an annual series of bilateral exercises held between the U.S. and Southeast Asian nations.

The training completed in Indonesia set out with the goals of enhancing regional cooperation, promoting mutual trust and understanding and increasing operational readiness throughout the participating nations. With this training came benefits.

“I enjoyed the sniper training,” said Indonesian Marine Major Mannir Danuri, the training leader for the exercise. “Sniper training is very important and we learned not only shooting, but also tactics.”

Recently Marines have operated in urban terrain and the Indonesians are experts in jungle warfare; both nations brought expertise to the training from which each other could benefit.

“One thing we brought to the table was our combat marksmanship program,” said Sgt. Kairo A. Ortez, the platoon sergeant for 2nd Platoon, Landing Force Company. “We showed them how to shoot and move and change magazines on the move. The Marines were really happy to teach that because the Indonesians seemed to learn a lot from those exercises.”

One thing the Indonesians found particularly interesting was the combat glide and the speed reloads.

“I was very interested in how the Marines are able to shoot while they move,” said Indonesian Marine Capt. Rian Malfi, a company commander with Jaguar Company, 6th Infantry Battalion, 2nd Brigade, Korps Marinir. “That is something I really enjoyed seeing.”

While many U.S. Marines have experienced some form of jungle warfare training, the Indonesians brought something new for the Landing Force Marines to learn.

“I really enjoyed the jungle survival training,” Ortez said. “They taught us which plants to eat for nutrition as well as to cure some illnesses. One thing I thought was interesting was how they taught us to cook rice in three different ways: cooking it in bamboo, a coconut and even burying it in a sock and starting a fire over it. All the things they taught us made me feel like I could be in a jungle environment and survive without panicking.”

After the training was complete, both nations walked away knowing they had learned something from their counterparts.

“I believe that exchanging these tactics between us and the U.S. Marine Corps has made us both better,” said Malfi. “I only wish we had more time to train with the U.S.”

While both countries gained tactical experience from the exercise, they also formed a relationship with each other with a common bond of serving their countries.

“The U.S. Marines and the Indonesians, have a very good relationship,” said Malfi. “We are both training hard to serve our countries.”

http://www.marines.mil/unit/marforpac/Pages/USMarines,SailorscompletetrainingwithIndonesianKorpsMarinir.aspx