|
Kamu hadir sewaktu sebelah hati saya terbuai kata misteri
berselimut sinar kabut ungu kebiruan
kamu hadir menjadi angin malam menyapu kabut lesu
rembulan nampak kembar di mata saya
itukah dirimu?
Malam berembulan kembar
bertenggek di langit kelam menebar sinar
sedang kamu
menjadi rembulan yang menyusup dalam hati saya
hati saya terang walau tidak lagi berpintu
dengan berhati-hati
kamu bentangkan sutera kuning
menjadi pelindung keberadaan
kamu dan saya
saya masih kaku, nyatakah?
Senyummu menerangi
anggun jiwa kamu menyejukkan
saya masih sakit
engkau rakit luka menjadi tabib.
Saya haru
hati saya membiru.
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Monolog I
Bersendirian itu tidak selamanya nyaman. Percayalah. Kita tetap inginkan orang yang mengerti kita sebenar-benarnya, yang menyendengkan bahunya saat kita menangis, yang mengingatkan kita supaya mengingati Tuhan. Saat kita tertawa berupa galak. Terutama saat-saat ini, saya benar-benar merasa sendiri. Tidak ada teman untuk berbagi persoalan.
Saya menjadi begitu rindukan gunung. Merindukan kehangatan langit di antara beku hujan dan kabut di ketinggian ribuan kaki. Rindu hangatnya secangkir espresso kelat dan bicara santai di pinggir sungai kecil di lereng Gunung Semanggol. Merindukan teman-teman saya yang sekarang entah di mana. Merindukan percakapan dengan kamu. Merindukan kematian.
Euforia ini memang sejenak bagi kamu, sebab saya tidak seperti yang kamu inginkan. Mungkin kamu benar, jika saya seperti pertama kenal, semuanya akan lain. Tapi tidak ada kuasa pada saya untuk merubah itu.
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Saya naiki kereta waktu yang menjemput saya sore itu
saya dibawa mengelilingi malam di mana kegelapan bertakhta
menikmati indahnya kota dalam keheningan berhias pada bilah-bilah sinar
bulan sabit yang bergantung di langit ditaburi bintang
hati saya menari jiwa saya bernyanyi bak burung hantu di dahan kamboja
mata merapalkan bicara lesu
lalu mata saya menyebar mencari pemandangan kegelapan
sungguh indah malam berhias celahan sinar
menggambar seribu wajah di atas kanvas hitam
jiwa mata saya menerpa nama wajah-wajah malam
untuk diberikan pada jiwa sekarat di saat siang
Saya nyanyikan lagu cinta yang seram
menyakitkan dan menyedihkan
memeras air mata mengundang duka
diselimuti kehampaan berbantal kerinduan terlarang.
Saya menari tarian keperihan di hujung malam
meliukkan tubuh jiwa saya mengikuti irama kegetiran
bibir pori-pori saya menjerit bagai lolong anjing hutan
tubuh saya tercabik-cabik pedang pengkhianatan menggemaskan.
Kereta waktu terus berjalan semakin kencang
menggoncang-goncang jiwa yang tegang
menggetarkan hati yang memerih tersiram cuka kehidupan
hati saya getas kemudian pecah menjadi serpihan tak berserat sekarat
jantung saya terpental melayang disambar helang malam kelaparan
tubuh hati saya dicabik-cabik serigala hutan kesengsaraan.
Kereta waktu tidak pernah lagi mahu berhenti
walau relnya yang membujur membelah bumi. |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Dan hidup nyata terus berlanjutan
juga waktu tetap terus berputar
kadang ada keinginan hati untuk kembali ke belakang
sekadar untuk melakukan perjalanan ziarah
untuk mencari tanda-tanda sekiranya keindahan telah mati
dan mungkin telah terkubur entah di mana
tapi, yang saya dapati adalah sia-sia
tidak ada jejak lagi untuk dikenali
hanya harummu yang saya dapati
sama seperti harummu yang selalu ada di sini.
Mungkin keindahan memang tidak pernah mati
mungkin menjelma apa yang saat ini tidak saya mengerti.
Jika keindahan itu adalah lukisan awan
pasti saya temukan jejaknya dalam hujan
jika keindahan itu adalah api
pasti saya temukan jejaknya pada bara
jika keindahan itu adalah sinar
pasti saya temukan jejaknya pada bayangan
atau mungkin saya yang telah salah menafsirkan keindahan itu?
hingga saya tidak mampu menemukan jejak keindahan
mungkin keindahanmu telah sampai di suatu tempat
menantikan saya datang untuk membuka pintunya
sementara saya masih di sini berkubang dalam kopi kenangan
mungkin memang hanya huluran tanganmu yang dapat mengentaskan saya
tapi jika kamu memang sudah teramat jauh.
Tidak mengapa
saya terima saja semuanya.
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Saya melihat hujan sore yang sudah lama saya rindukan
sambil menikmati secangkir espresso kelat
buat menemani sedih saya. |
|
|
|
|
|
|
|
Teriknya hari menjelang sore
seperti kepedihan ini
yang tidak kunjung pergi
|
|
|
|
|
|
|
|
Saya ingin kamu terima saya apa adanya
tanpa curiga
tanpa prasangka.
Saya ingin kamu terima saya apa adanya
tanpa sesal
tanpa hiba
tanpa lara
tanpa nestapa.
|
|
|
|
|
|
|
|
Sepi ini telah membongkar kenangan saya tentang ribuan haru
pada setiap debu yang diayunkan angin siang
di setiap lembaran langit
di setiap gumpalan awan merah kala matahari mencium cakerawala
dan pada setiap helai angin malam
saya terkapar sunyi di bawah kubah langit, berhari-hari.
Sungguh,
sunyi itu membuat kalbu saya kelu
kelu yang melahirkan derai air mata.
Tubuh saya terlipat menunduk di sebuah kamar bercat warna pucat
dan jendela yang tidak menawarkan apa-apa
bulan sabit seolah celurit liar
membelah naluri pujangga yang merintih.
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Senja tadi tidak semerah baju yang kamu pakai
duduk berdampingan dengan dia
maka mata saya juga merah
hidung saya juga merah
hati saya juga merah
tidak semestinya saya marah
maka cuma lalu lalang mengacaukan arah mata angin
berharap kamu tersesat untuk pulang.
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by bintang at 24-2-2011 20:45
Nyahlah dirimu bersama angin
meluncur di atas debu di naungan sang waktu
hingga tidak saya temukan lagi jejak-jejak langkah kamu di atas salju hati saya
kamu bekukan hati saya dengan hujan salju yang kamu undang dari kutub utara
bergemuruh riuh bagai longsornya salju dari gunung Alp menimbun hati saya, terkubur beku.
Pergilah bersama angin
bawa aroma kamboja jauh dari penciuman saya
yang telah membuat hati dan jiwa saya kepedihan sakit bagai dalam cacahan belati
kamu cabik-cabik hati saya hingga luntur segala rasa kasih saya.
Pergilah kamu dari malam saya ke dunia siang kamu agar kita takkan pernah lagi bertemu
kamu telah bakar hati dan jiwa saya dalam duniamu, hingga legam menjadi arang dan abu
setelah itu kamu tiupkan angin terkencang, hingga lebar hati dan jiwa saya.
Adakah kamu tahu, hati saya hanyalah secuil daging basah bukanlah baja
yang bila sebatang duri saja menancap dan tercabut, maka akan terluka berdarah-darah
hingga hanyalah air mata menjadi kata-kata lara
dan sakit hati tak terperi saat kamu berkata;
"ini adalah sandiwara dunia yang akan segera berlalu dan terlupa"
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Sesungguhnya saya cuba mengekang perasaan dengan mengharapkan tiada pertemuan
seperti saat terakhir dan saya katakan
jangan temui saya lagi
tetapi bukankah perasaan tidak boleh dibohongi?
Sepi ini tetap menginginkan dirimu di sini
barangkali saya harus jujur dan mengatakan;
bolehkan saya memandang matamu?
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Malam menyimpuh
galau rindu menggejolak gemuruh
merejam hati dan jiwa
dalam gulita yang memenjara
gambaran diri dan wajahmu
redam kecamuk rindu sementara
yang bersesak dalam dinding, atap dan lantai kamar ini.
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Saya naiki kereta waktu yang menjemput saya sore itu
saya dibawa mengelilingi malam di mana kegelapan bertakhta
menikmati indahnya kota dalam keheningan berhias pada bilah-bilah sinar
bulan sabit yang bergantung di langit ditaburi bintang
hati saya menari jiwa saya bernyanyi bak burung hantu di dahan kemboja
mata merapalkan sang mantera
lalu mata saya menyebar mencari pemandangan kegelapan
sungguh indah malam berhias celahan sinar
menggambar seribu wajah di atas kanvas hitam
jiwa mata saya menerka nama wajah-wajah malam
untuk diberikan pada jiwa sekarat di saat siang
Saya nyanyikan lagu cinta yang seram
menyakitkan dan menyedihkan
memeras air mata mengundang duka
diselimuti kehampaan berbantal kerinduan terlarang.
Saya menari tarian keperihan di hujung malam
meliukkan tubuh jiwa saya mengikuti irama kegetiran
bibir pori-pori saya menjerit bagai lolong anjing hutan
tubuh saya tercabik-cabik pedang pengkhianatan menggemaskan.
Kereta waktu terus berjalan semakin kencang
menggoncang-goncang jiwa yang tegang
menggetarkan hati yang memerih tersiram cuka kehidupan
hati saya getas kemudian pecah menjadi serpihan tak berserat sekarat
jantung saya terpental melayang disambar helang malam kelaparan
tubuh hati saya dicabik-cabik serigala hutan kesengsaraan.
Kereta waktu tidak pernah lagi mahu berhenti
walau relnya yang membujur membelah bumi menangis
kerana kereta waktu tidak membutu*kan lagi relnya.
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Teman...
Pernahkah kamu jatuh cinta pada helaan nafas seseorang?
atau bagaimana sudut matanya berkerut ketika dia tersenyum?
yang menemanimu tidur adalah gambaran wajahnya,
dan yang membangunkanmu adalah kerinduan akan kehadirannya?
|
|
|
|
|
|
|
|
Pada malam yang gelita
pada penjar lampu jalanan
saya nelangsa di balik jendela kaca besar ini
menyimpan rindu padamu.
|
|
|
|
|
|
|
|
Saya melihat hujan sore yang sudah lama saya rindukan
sambil menikmati secangkir espresso kelat
bu ...
bintang Post at 17-2-2011 18:47
dalam kesibukan kerja yang menanti
ku berhenti sejenak menikmati secawan espresso
siapakan yang menghidangkannya.... |
|
|
|
|
|
|
|
Pada malam yang gelita
pada penjar lampu jalanan
saya nelangsa di balik jendela kaca besar in ...
bintang Post at 27-2-2011 23:22
disetiap saat yang berlalu
hari hari yang ku tempohi
senyuman dan ingatan tidak pernah padam...... |
|
|
|
|
|
|
|
dalam kesibukan kerja yang menanti
ku berhenti sejenak menikmati secawan espresso
siapakan yan ...
iDputera Post at 28-2-2011 01:43
Saat menikmati secangkir espresso
ingin saya bangunkan kembali mimpi
untuk menghabiskan sisa waktu saya hanya denganmu
tapi saya tidak berani berharap
kerana luka yang terlanjur dalam.
Siapakah yang akan sering menghidang espresso buatmu lagi? |
|
|
|
|
|
|
|
disetiap saat yang berlalu
hari hari yang ku tempohi
senyuman dan ingatan tidak pernah padam.. ...
iDputera Post at 28-2-2011 01:45
Akankah kamu masih
dengan cintamu yang sama
seperti yang kamu bawa bertahun lalu
ataukah
kamu berikan cintamu itu pada hati yang lain? |
|
|
|
|
|
|
|
Tiba-tiba saya rindukan kesunyian
Kamar saya menjadi dingin dan mati
saya mendengar ketukan perlahan
dan ini entah berapa kesekian kalinya.
Tapi
sekarang saya tidak ingin beranjak
meski saya tahu kamu yang ada di balik pintu
langkah saya jadi berat
hati saya penat.
Berulang saya membuka
berulang saya kecewa
saya temui cuma jejak samar
saya kais tapi malah makin kasar
Kali ini
saya ingin akrab pada sunyi. |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
| |
Category: Belia & Informasi
|