CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

1234
Return to list New
Author: RainbowSix

What is knowledge?

[Copy link]
Post time 10-5-2006 10:53 AM | Show all posts
hamizao wrote:

At this point I am of the view that it 's subject is on a different plane compared to physics.......it is more ethereal rather than physical....more surreal rather than real , the soul  not  the body........


One this issue, I think, we are standing on a common ground.

On the ilmu rasa? No comment.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 10-5-2006 11:19 AM | Show all posts
I take that you are assuming 'reality' as something we can be perceived with our senses, a 'substance',  worldly and physical.


There is probably a confusion on my part . My apology, thamrong and thanks for pointing it out. :tq::tq:
I was infact thinking in terms of :

Real + Surreal = Total Reality

but got screwed up in the process....:malu::malu:

On the ilmu rasa? No comment.


I should add that some people have been reported to also "see" and therefore "experience" it. I'd rather not delve further into it and I shall take my rest on this issue.........

[ Last edited by  hamizao at 10-5-2006 05:12 PM ]
Reply

Use magic Report

Post time 10-5-2006 06:09 PM | Show all posts
By ai****eru:
I remembered when my class first introduced to him by my profesor, almost everbody in my ethics class including myself despised his idea of good and bad until my professor pointed out what he actually thinks. If you look at his writing positively, you will find some good points. Of course I do not buy all his arguments but there are few good things that I've learned from him.


You are one lucky chap .............I am just plodding on my own ....heheheh...

By thamrong:
It really means the death of our belief in God.


I think Nietzche's preoccupation could have been more into societal challenges kind of things. He saw a lot of sufferings and strivings and his foremost question was,...................... how best to live in a "godless and meaningless "world. Amongst his thoughts are the need for a value system that should change to meet new challenges and  analysis of morality.

He distinguished morality into (1) Master Morality and (2) Slaves Morality. Of course what is good and evil in one is the opposite in the other. He found that the slave morality was predominant in Christianity. Hence his onslaught on the Judeo-Christian religion.

On the value system, in order to meet new challenges new basis should be sought to support new values. In other words values including culture need not be preserved. He promoted supremacy of the man ( not any particular race. Feel free to correct me if you think otherwise) who is the best, healthiest and strongest in character.  This brought emphasis on toughness in the face of misery, a character often taken out of context and tyrants have drawn some inspiration from it but understood him only superficially. Well, fortunately for him, he did not live long enough to see the political development in his country.

I found out that he actually became a Swiss citizen and spent many years in Switzerland and Italy until his death(?)

[ Last edited by  hamizao at 10-5-2006 06:33 PM ]

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 11-5-2006 03:31 AM | Show all posts
If absolute truth is the existence of God, than the sanctity of human existence is govern by morality molded in religions. If religion is part of knowledge and educates humans than it would safe to say that practising one would allow a person to be moral under a certain set of morality.

Now, my question is what about people who are without religion but still exercise a set of behaviour that protects human sanctity. Can a person without religion be moral? For instance, a nurse in Africa who does  her/his chores purely for the sake humanity and does not hold to any particular belief.

Can we be moral without religion? Can a baby be brought to adulthood be moralwithout religion?

R6

[ Last edited by  RainbowSix at 11-5-2006 01:39 PM ]

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 11-5-2006 07:51 AM | Show all posts
Originally posted by RainbowSix at 11/5/06 03:31 AM
Can we be moral without religion? Can a baby be brought to adulthood be moral without religion?


Remind me of last week news abt a 15years boy having sex with ewe :hmm:
Reply

Use magic Report

Post time 11-5-2006 09:32 AM | Show all posts
Originally posted by RainbowSix at 11-5-2006 03:31 AM
If absolute truth is the existence of God, than the sanctity of human existence is govern by morality molded in religions. If religion is part knowledge edycates humans than it would safe to say th ...


This is no longer hypothesis. Natural law advocates morality, honor and good ethics. Case in point most pagan rulers and all ancient thinkers advocate morality and righteousness.

[ Last edited by  thamrong at 11-5-2006 09:37 AM ]
Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 11-5-2006 10:01 AM | Show all posts
Originally posted by yipun78 at 11-5-2006 07:51 AM


Remind me of last week news abt a 15years boy having sex with ewe :hmm:


It's felony punishable by death.
Reply

Use magic Report

Post time 11-5-2006 10:19 AM | Show all posts


hah! reading the posts reminds me back on my college times.....

1. absolute truth
2. can a person w/o religion be moral?

i like the latter argument [in the sense that it really intrigues me ]

sorry ff: ker?

p/s: Dare u to Blog???????? :cool:
                                       



                                       
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 11-5-2006 11:02 AM | Show all posts
By R6:
Can a person without religion be moral?

In every person there  exist a natural need to self preserve. For that matter even animals do have it too. Therefore, anyone can still have their own ideas  about good and bad, right and wrong behavior even at the most simplest level of social organization.

Hehe...just my 2 cents
Reply

Use magic Report

Post time 13-5-2006 07:33 AM | Show all posts
religion is a divine moral.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 16-5-2006 09:50 PM | Show all posts
well...my definition would be.....knowledge is a learning process which we acquire through education, life experiences and everything around us. It is a never ending progress. once gain...knowledge is a powerful weapon worth more  than anything else.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 18-5-2006 11:25 AM | Show all posts
Satu artikal dalam Bahasa Indonesia yang memberi pendekatan tentang 'Theory of Knowledge' Amat baik sekali....dan di sini di ceritakan sedikit sejarah timbul dua cabang epistemologi empiris dan rasionalis.

Falsafah Ilmu- Teori Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge atau ilmu )adalah bagian yang esensial- aksiden manusia, karena pengetahuan adalah buah dari "berpikir ". Berpikir ( atau natiqiyyah) adalah sebagai differentia ( atau fashl) yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya,yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan " barangkali " keunggulannya dari spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Lalu apa yang telah dan ingin diketahui oleh manusia ? Bagaimana manusia berpengetahuan ? Apa yang ia lakukan dan dengan apa agar memiliki pengetahuan ? Kemudian apakah yang ia ketahui itu benar ? Dan apa yang mejadi tolak ukur kebenaran ?

Pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana sekali karena pertanyaan-pertanyaan ini sudah terjawab dengan sendirinya ketika manusia sudah masuk ke alam realita. Namun ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia (world view), sehingga pada gilirannya muncul perbedaan ideologi. Dan itulah realita dari kehidupan manusia yang memiliki aneka ragam sudut pandang dan ideologi.

Atas dasar itu, manusia -paling tidak yang menganggap penting masalah-masalah diatas- perlu membahas ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini, ilmu tidak lagi menjadi satu aktivitas otak, yaitu menerima, merekam, dan mengolah apa yang ada dalam benak, tetapi ia menjadi objek.

Para pemikir menyebut ilmu tentang ilmu ini dengan epistemologi (teori pengetahuan atau nadzariyyah al ma'rifah).

Epistemologi menjadi sebuah kajian, sebenarnya, belum terlalu lama, yaitu sejak tiga abad yang lalu dan berkembang di dunia barat. Sementara di dunia Islam kajian tentang ini sebagai sebuah ilmu tersendiri belum populer. Belakangan beberapa pemikir dan filusuf Islam menuliskan buku tentang epistemologi secara khusus seperti, Mutahhari dengan bukunya "Syinakht", Muhammad Baqir Shadr dengan "Falsafatuna"-nya, Jawad Amuli dengan "Nadzariyyah al Ma'rifah"-nya dan Ja'far Subhani dengan "Nadzariyyah al Ma'rifah"-nya. Sebelumnya, pembahasan tentang epistemologi di bahas di sela-sela buku-buku filsafat klasik dan mantiq. Mereka -barat- sangat menaruh perhatian yang besar terhadap kajian ini, karena situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Dunia barat (baca: Eropa) mengalami ledakan kebebasan berekspresi dalam segala hal yang sangat besar dan hebat yang merubah cara berpikir mereka. Mereka telah bebas dari trauma intelektual. Adalah Renaissance yang paling berjasa bagi mereka dalam menutup abad kegelapan Eropa yang panjang dan membuka lembaran sejarah mereka yang baru. Supremasi dan dominasi gereja atas ilmu pengetahuan telah hancur. Sebagai akibat dari runtuhnya gereja yang memandang dunia dangan pandangan yang apriori atas nama Tuhan dan agama, mereka mencoba mencari alternatif lain dalam memandang dunia (baca: realita). Maka dari itu, bemunculan berbagai aliran pemikiran yang bergantian dan tidak sedikit yang kontradiktif. Namun secara garis besar aliran-aliran yang sempat muncul adalah ada dua, yakni aliran rasionalis dan empiris. Dan sebagian darinya telah lenyap. Dari kaum rasionalis muncul Descartes, Imanuel Kant, Hegel dan lain-lain. Dan dari kaum empiris adalah Auguste Comte dengan Positivismenya, Wiliam James dengan Pragmatismenya, Francis Bacon dengan Sensualismenya.

Berbeda dengan barat, di dunia Islam tidak terjadi ledakan seperti itu, karena dalam Islam agama dan ilmu pengetahuan berjalan seiring dan berdampingan, meskipun terdapat beberapa friksi antara agama dan ilmu, tetapi itu sangat sedikit dan terjadi karena interpretasi dari teks agama yang terlalu dini. Namun secara keseluruhan agama dan ilmu saling mendukung. Malah tidak sedikit dari ulama Islam, juga sebagai ilmuwan seperti : Ibnu Sina, al Farabi, Jabir bin al Hayyan, al Khawarizmi, Syekh al Thusi dan yang lainnya. Oleh karena itu, ledakan intelektual dalam Islam tidak terjadi. Perkembangan ilmu di dunia Islam relatif stabil dan tenang. Bersambung.....lagi:hmm::hmm:



?(Makalah Ust. Husein Al-Kaff dalam Kuliah  Filsafat Islam  di Yayasan Pendidikan Islam Al-Jawad)

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 18-5-2006 12:43 PM | Show all posts
Dengan ujudnya gerakan humanist pada abad ke-17 di Barat maka kajian ilmu pengatahuan (theory of knowledge) tidak lagi terbatas atau dikongkong oleh dogma-dogma theologi agama. Mereka bebas membahaskan ilmu tersebut dan hasilnya timbul dua kelompok  fahaman yang berbeza iaitu faham rasionalist dan empiris. Rasionalist mengutarakan konsep bahawa akal dan fikiran berserta dengan hujah-hujah(priori) boleh menghasilkan pengetahuan tulin. Empiris mengatakan pengatahuan hanya boleh di raih melalui pengalaman-penglaman dari deria(senses) sahaja.
RATIONALIS

Ren? Descartes (1596-1650)

Baruch Spinoza (1632-1677)
EMPIRIS

David Hume (1711-1776)

George Berkeley (1685-1753)

John Locke (1632-1704

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 18-5-2006 06:30 PM | Show all posts
Falsafah Ilmu- Teori Pengetahuan II

Mungkinkah Manusia itu Mempunyai Pengetahuan ?

Masalah epistemologis yang sejak dahulu dan juga sekarang menjadi bahan kajian adalah, apakah berpengetahuan itu mungkin ? Apakah dunia (baca: realita) bisa diketahui ? Sekilas masalah ini konyol dan menggelikan. Tetapi terdapat beberapa orang yang mengingkari pengetahuan atau meragukan pengetahuan. Misalnya, bapak kaum sophis, Georgias, pernah dikutip darinya sebuah ungkapan berikut, "Segala sesuatu tidak ada. Jika adapun, maka tidak dapat diketahui, atau jika dapat diketahui, maka tidak bisa diinformasikan."

Mereka mempunyai beberapa alasan yang cukup kuat ketika berpendapat bahwa pengetahuan sesuatu yang tidak ada atau tidak dapat dipercaya. Pyrrho salah seorang dari mereka menyebutkan bahwa manusia ketika ingin mengetahui sesuatu menggunakan dua alat yakni, indra dan akal. Indra yang merupakan alat pengetahuan yang paling dasar mempunyai banyak kesalahan, baik indra penglihat, pendengar, peraba, pencium dan perasa. Mereka mengatakan satu indra saja mempunyai kesalahan ratusan. Jika demikian adanya, maka bagaimana pengetahuan lewat indra dapat dipercaya ? Demikian pula halnya dengan akal. Manusia seringkali salah dalam berpikir. Bukti yang paling jelas bahwa di antara para filusuf sendiri terdapat perbedaan yang jelas tidak mungkin semua benar pasti ada yang salah. Maka akalpun tidak dapat dipercaya. Oleh karena alat pengetahuan hanya dua saja dan keduanya mungkin bersalah, maka pengetahuan tidak dapat dipercaya.

Pyrrho ketika berdalil bahwa pengetahuan tidak mungkin karena kasalahan-kesalahan yang indra dan akal, sebenarnya, ia telah mengetahui (baca: meyakini) bahwa pengetahuan tidak mungkin. Dan itu merupakan pengetahuan. Itu pertama. Kedua, ketika ia mengatakan bahwa indra dan akal seringkali bersalah, atau katakan, selalu bersalah, berarti ia mengetahui bahwa indra dan akal itu salah. Dan itu adalah pengetahuan juga.

Alasan yang dikemukakan oleh Pyrrho tidak sampai pada kesimpulan bahwa pengetahuan sesuatu yang tidak mungkin. Alasan itu hanya dapat membuktikan bahwa ada kesalahan dalam akal dan indra tetapi tidak semua pengetahuan lewat keduanya salah. Oleh karen itu mesti ada cara agar akal dan indra tidak bersalah.

Menurut Ibnu Sina, ada cara lain yang lebih efektif untuk menghadapi mereka, yaitu pukullah mereka. Kalau dia merasakan kesakitan berarti mereka mengetahui adanya sakit (akhir dawa' kay). Bersambung...lagi  
Reply

Use magic Report

Post time 18-5-2006 06:37 PM | Show all posts
" Cogito, Ergo Sum " Descartes. I think therefore I am

Rene Descartes termasuk pemikir yang beraliran rasionalis. Ia cukup berjasa dalam membangkitkan kembali rasionalisme di barat. Muhammad Baqir Shadr memasukkannya ke dalam kaum rasionalis. Ia termasuk pemikir yang pernah mengalami skeptisme akan pengetahuan dan realita, namun ia selamat dan bangkit menjadi seorang yang meyakini realita. Bangunan rasionalnya beranjak dari keraguan atas realita dan pengetahuan. Ia mencari dasar keyakinannya terhadap Tuhan, alam, jiwa dan kota Paris. Dia mendapatkan bahwa yang menjadi dasar atau alat keyakinan dan pengetahuannya adalah indra dan akal. Ternyata keduanya masih perlu didiskusikan, artinya keduanya tidak memberika hal yang pasti dan meyakinkan. Lantas dia berpikir bahwa segala sesuatu bisa diragukan, tetapi ia tidak bisa meragukan akan pikirannya. Dengan kata lain ia meyakini dan mengetahui bahwa dirinya ragu-ragu dan berpikir. Ungkapannya yang populer dan sekaligus fondasi keyakinan dan pengetahuannya adalah " Saya berpikir (baca : ragu-ragu), maka saya ada ".

Argumentasinya akan realita menggunakan silogisme kategoris bentuk pertama, namun tanpa menyebutkan premis mayor(major). Saya berpikir, setiap yang berpikir ada, maka saya ada.

Keraguan al Ghazzali.

Dari dunia Islam adalah Imam al Ghazzali yang pernah skeptis terhadap realita, namun iapun selamat dan menjadi pemikir besar dalam filsafat dan tashawwuf. Perkataannya yang populer adalah " Keraguan adalah kendaraan yang mengantarkan seseorang ke keyakinan ".

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 19-5-2006 02:02 PM | Show all posts
Originally posted by thamrong at 18-5-2006 06:30 PM
Falsafah Ilmu- Teori Pengetahuan II

Mungkinkah Manusia itu Mempunyai Pengetahuan ?
Masalah epistemologis yang sejak dahulu dan juga sekarang menjadi bahan kajian adalah, apakah berpengetahuan i ...


Wah...tak sabar menunggu sambungannya!

I also find Ibn Sina's distinction between existence and essence refreshing. He viewed that it is existence which gives reality to essence.

[ Last edited by  hamizao at 21-5-2006 12:02 AM ]
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 20-5-2006 12:06 AM | Show all posts
Originally posted by hamizao at 19-5-2006 02:02 PM


Wah...tak sabar menunggu sambungannya!

I also find Ibn Sina's distinction between existence and essence refreshing. He wiewed that it is existence which gives reality to essence.


I am not going to  burden anyone  with the Indonesian language , therefore I am posting the last portion of the material,

Sumber Dana Alat Pengetahuan.

Setelah pengetahuan itu sesuatu yang mungkin dan realistis, masalah yang dibahas dalam lliteratur-literatur epistimologi Islam adalah masalah yang berkaitan dengan sumber dan alat pengetahuan. Sesuai dengan hukum kausaliltas bahwa setiap akibat pasti ada sebabnya, maka pengetahuan adalah sesuatu yang sifatnya aksidental -baik menurut teori recolection-nya Plato, teori Aristoteles yang rasionalis-paripatetik, teori iluminasi-nya Suhrawardi, dan filsafat-materialisnya kaum empiris- dan pasti mempunyai sebab atau sumber. Tentu yang dianggap sebagai sumber pengetahuan itu beragam dan berbeda sebagaimana beragam dan berbedanya aliran pemikiran manusia. Selain pengetahuan itu mempunyai sumber, juga seseorang ketika hendak mengadakan kontak dengan sumber-sumber itu, maka dia menggunakan alat.

Para filusuf Islam menyebutkan beberapa sumber dan sekaligus alat pengetahuan, yaitu :

1.Alam tabi'at atau alam fisik
2.Alam Akal
3.Analogi ( Tamtsil)
4.Hati dan Ilham

1. Alam tabi'at atau alam fisik

Manusia sebagai wujud yang materi, maka selama di alam materi ini ia tidak akan lepas dari hubungannya dengan materi secara interaktif, dan hubungannya dengan materi menuntutnya untuk menggunakan alat yang sifatnya materi pula, yakni indra (al hiss), karena sesuatu yang materi tidak bisa dirubah menjadi yang tidak materi (inmateri). Contoh yang paling konkrit dari hubungan dengan materi dengan cara yang sifatnya materi pula adalah aktivitas keseharian manusia di dunia ini, sepert makan, minum, hubungan suami istri dan lain sebagianya. Dengan demikian, alam tabi'at yang materi merupakan sumber pengetahuan yang "barangkali" paling awal dan indra merupakan alat untuk berpengetahuan yang sumbernya tabi'at.

Tanpa indra manusia tidak dapat mengetahui alam tabi'at. Disebutkan bahwa, barang siapa tidak mempunyai satu indra maka ia tidak akan mengetahui sejumlah pengetahuan. Dalam filsafat Aristoteles klasik pengetahuan lewat indra termasuk dari enam pengetahuan yang aksioamatis (badihiyyat). Meski indra berperan sangat signifikan dalam berpengetahuan, namun indra hanya sebagai syarat yang lazim bukan syarat yang cukup. Peranan indra hanya memotret realita materi yang sifatnya parsial saja, dan untuk meng-generalisasi-kannya dibutu*kan akal. Malah dalam kajian filsafat Islam yang paling akhir, pengetahuan yang diperoleh melalui indra sebenarnya bukanlah lewat indra. Mereka mengatakan bahwa obyek pengetahuan (al ma'lum) ada dua macam, yaitu, (1) obyek pengetahuan yang substansial dan (2) obyek pengetahuan yang aksidental. Yang diketahui secara substansial oleh manusia adalah obyek yang ada dalam benak, sedang realita di luar diketahui olehnya hanya bersifat aksidental. Menurut pandangan ini, indra hanya merespon saja dari realita luar ke relita dalam.

Pandangan Sensualisme (al-hissiyyin).

Kaum sensualisme, khususnya John Locke, menganggap bahwa pengetahuan yang sah dan benar hanya lewat indra saja. Mereka mengatakan bahwa otak manusia ketika lahir dalam keadaan kosong dari segala bentuk pengetahuan, kemudian melalui indra realita-realita di luar tertanam dalam benak. Peranan akal hanya dua saja yaitu, menyusun dan memilah, dan meng-generalisasi. Jadi yang paling berperan adalah indra. Pengetahuan yang murni lewat akal tanpa indra tidak ada. Konskuensi dari pandangan ini adalah bahwa realita yang bukan materi atau yang tidak dapat bersentuhan dengan indra, maka tidak dapat diketahui, sehingga pada gilirannya mereka mengingkari hal-hal yang metafisik seperti Tuhan.

2. Alam Akal

Kaum Rasionalis, selain alam tabi'at atau alam fisika, meyakini bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang kedua dan sekaligus juga sebagai alat pengetahuan. Mereka menganggap akal-lah yang sebenarnya menjadi alat pengetahuan sedangkan indra hanya pembantu saja. Indra hanya merekam atau memotret realita yanng berkaitan dengannya, namun yang menyimpan dan mengolah adalah akal. Karena kata mereka, indra saja tanpa akal tidak ada artinya. Tetapi tanpa indra pangetahuan akal hanya tidak sempurna, bukan tidak ada.

Aktivitas-aktiviras Akal

Menarik kesimpulan. Yang dimaksud dengan menarik kesimpulan adalah mengambil sebuah hukum atas sebuah kasus tertentu dari hukum yang general. Aktivitas ini dalam istilah logika disebut silogisme kategoris demonstratif.
Mengetahui konsep-konsep yang general. Ada dua teori yang menjelaskan aktivitas akal ini, pertama, teori yang mengatakan bahwa akal terlebih dahulu menghilangkan ciri-ciri yang khas dari beberapa person dan membiarkan titik-titik kesamaan mereka. Teori ini disebut dengan teori tajrid dan intiza'. Kedua, teori yang mangatakan bahwa pengetahuan akal tentang konsep yang general melalui tiga tahapan, yaitu persentuhan indra dengan materi, perekaman benak, dan generalisasi.
Pengelompokan Wujud. Akal mempunyai kemampuan mengelompokkan segala yang ada di alam realita ke beberapa kelompok, misalnya realita-realita yang dikelompokkan ke dalam substansi, dan ke dalam aksdensi (yang sembilan macam).
Pemilahan dan Penguraian.
Penggabungan dan Penyusunan.
Kreativitas.
3. Analogi (Tamtsil)

Termasuk alat pengetahuan manusia adalah analogi yang dalam terminologi fiqih disebut qiyas. Analogi ialah menetapkan hukum (baca; predikat) atas sesuatu dengan hukum yang telah ada pada sesuatu yang lain karena adanya kesamaan antara dua sesuatu itu.

Analogi tersusun dari beberapa unsur; (1) asal, yaitu kasus parsial yang telah diketahui hukumnya. (2) cabang, yaitu kasus parsial yang hendak diketahui hukumnya, (3) titik kesamaan antara asal dan cabang dan (4) hukum yang sudah ditetapkan atas asal.

Analogi dibagi dua;

Analogi interpretatif : Ketika sebuah kasus yang sudah jelas hukumnya, namun tidak diketahui illatnya atau sebab penetapannya.
Analogi Yang Dijelaskan illatnya : Kasus yang sudah jelas hukum dan illatnya.

4. Hati dan Ilham

Kaum empiris yang memandang bahwa ada sama dengan materi sehingga sesuatu yang inmateri adalah tidak ada, maka pengetahuan tentang in materi tidak mungkin ada. Sebaliknya kaum Ilahi ( theosopi) yang meyakini bahwa ada lebih luas dari sekedar materi, mereka mayakini keberadaan hal-hal yang inmateri. Pengetahuan tentangnya tidak mungkin lewat indra tetapi lewat akal atau hati.

Tentu yang dimaksud dengan pengetahuan lewat hati disini adalah penngetahuan tentang realita inmateri eksternal, kalau yang internal seperti rasa sakit, sedih, senang, lapar, haus dan hal-hal yang iintuitif lainnya diyakini keberadaannya oleh semua orang tanpa kecuali.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 19-11-2007 02:01 AM | Show all posts
Daripada keadaan yg tak tahu menjadi tahu.
Reply

Use magic Report

Post time 18-1-2008 06:51 PM | Show all posts
What is knowledge?

Loosely define I would say knowledge is something in your head that acquaintance with facts, truths, or principles, as from study or investigation.

What is rationality?

I would say rationality is choosing preferable outcomes more than undesirable outcomes.

Is there such thing as knowledge?

Yup.

Is rationality the ultimate source of knowledge?

I can't say specifically that rationality is the ultimate source but  I'd say that valid knowledge can be reached only by rational method.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

26-4-2024 12:34 PM GMT+8 , Processed in 0.236224 second(s), 53 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list