CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: saifulms

Kisah Nabi Musa

[Copy link]
 Author| Post time 22-9-2005 01:55 AM | Show all posts
Nabi Musa as dengan Bani Israil




Tersingkaplah kejahatan dan kezaliman Fir'aun. Ombak lautan menggiring tubuhnya ke tepi. Kami tidak mengetahui tepi mana yang dimaksud, yang menggiring tubuh seseorang yang mengaku dirinya sebagai tuhan; seseorang yang tidak ada seorang pun yang berani menentangnya. Diduga kuat bahwa ombak menggiring jasadnya ke sebelah barat lalu orang-orang Mesir melihatnya dan mengetahui bahwa tuhan mereka yang mereka sembah, yang mereka taati adalah sekadar seseorang yang tidak mampu menjauhkan kematian dari lehernya.


Setelah itu, orang-orang Mesir mengetahui kebenaran secara sempurna. Al-Qur'an al-Karim tidak menceritakan kepada kita apa yang mereka perbuat setelah jatuhnya rezim Fir'aun dan setelah tentaranya tenggelam; Al-Qur'an tidak menceritakan kepada kita bagaimana reaksi mereka setelah Allah SWT menghancurkan apa yang diperbuat oleh Fir'aun dan kaumnya dan apa yang mereka bangun; Al-Qur'an tidak menyinggung semua itu; Al-Qur'an justru memfokuskan keadaan Musa dan Harun dan bagaimana peristiwa yang dialami Bani Israil bersama kedua nabi itu.


Fir'aun Mesir telah mati. Ia tenggelam di hadapan mata orang-orang Mesir dan Bani Israil. Meskipun ia telah mati, tetapi pengaruhnya tetap membekas pada jiwa orang-orang Mesir dan Bani Israil. Sungguh sangat sulit untuk menghilangkan pengaruh kehinaan yang sekian lama atau sekian tahun tertanam dalam jiwa dan kemudian jiwa itu menjadi mulia. Fir'aun telah menanamkan pada jiwa Bani Israil sesuatu yang akan kita ketahui dari ayat-ayat Al-Qur'an.


Fir'aun telah membiasakan mereka untuk mendapatkan kehinaan. Fir'aun telah menghancurkan jiwa mereka dari dalam. Fir'aun telah merusak suasana rohani mereka yang bersih. Fir'aun telah merusak fitrah mereka sehingga mereka menyiksa Musa dan menyakiti Musa dengan sikap penentangan dan kebodohan.


Mukjizat pembelahan lautan masih segar di pikiran mereka. Pasir-pasir laut yang basah masih membekas dan masih terdapat dalam sandal-sandal Bani Israil ketika mereka lewat di depan kaum yang menyembah berhala. Seharusnya mereka menampakkan kemarahan mereka atas kezaliman terhadap akal, dan mereka memuji kepada Allah SWT karena mereka mendapatkan petunjuk pada jalan keimanan dan kebenaran. Tetapi mereka justru menoleh kepada Musa dan meminta kepadanya agar menjadikan tuhan lain bagi mereka yang dapat mereka sembah seperti orang-orang itu. Mereka merasa cemburu ketika melihat orang-orang yang menyembah berhala itu dan mereka pun menginginkan hal yang sama. Mereka merasakan kerinduan kepada hari-hari syirik yang lalu yang mereka dapati di bawah naungan Fir'aun. Nabi Musa mengetahui betapa bodohnya mereka.


Allah SWT berfirman:

"Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai pada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: 'Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).' Musa menjawab: 'Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).' Sesungguhnya mereka itu akan dihancurhan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan. Musa menjawab: 'Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat. Dan (ingatlah hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, yaitu mereka merribunuh anak-anak lelakimu dan mem-biarhan hidup wanita-wanitamu. Dan pada yang demikian itu cobaan yang besar dari Tuhanmu. " (QS. al-A'raf: 138-141)


Musa berjalan bersama kaumnya di Saina', yaitu suatu gurun yang di dalamnya terdapat pohon yang dapat melindungi dari sengatan matahari dan di dalamnya terdapat makanan dan air. Kemudian rahmat Allah SWT turun kepada mereka di mana mereka mendapatkan al-Manna dan Salwa dan mereka dinaungi oleh awan. Al-Manna adalah makanan yang rasanya mendekati manis dan ia dihasilkan oleh sebagian pohon-pohon yang berbuah di mana angin membawa kepada mereka rasa demikian ini dari daun-daun pohon. Allah SWT juga mengirim kepada mereka as-Salwa, yaitu salah satu burung yang bernama as-Saman.


Ketika mereka merasakan kehausan yang sangat saat di Saina' tidak ada setetes air pun maka Nabi Musa memukulkan dengan tongkatnya kepada batu sehingga batu itu memancarkan dua belas mata air. Bani Israil terbagi menjadi dua belas cucu maka Allah SWT mengirim air tersebut kepada setiap kelompok. Meskipun mereka mendapatkan kemuliaan dan kehormatan yang sedemikian rupa, tetapi lagi-lagi jiwa mereka yang sakit tidak dapat menyedarkan mereka untuk mensyukuri nikmat-nikmat ini. Mereka justru mendebat Nabi Musa dan mengatakan bahwa mereka bosan dengan makanan ini dan mereka ingin memiliki bawang merah dan bawang putih serta kacang-kacangan. Semua makanan ini adalah makanan tradisional Mesir. Bani Israil meminta kepada Nabi mereka untuk berdoa kepada Allah SWT dan mengeluarkan dari bumi makanan-makanan ini. Nabi Musa melihat bahwa mereka menganiaya diri mereka sendiri, dan Nabi Musa menyedari betapa mereka merindukan kehinaan mereka saat mereka bersama Fir'aun. Mereka berani menolak makanan-makanan yang baik dan makanan-makanan yang mulia, dan sebagai gantinya, mereka malah menginginkan makanan-makanan yang rendah mutunya.


Allah SWT berfirman:

"Dan ingatlah ketika kamu berkata: 'Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu, mohon-kanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: 'Sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya.' Musa berkata: 'Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta.' Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikianlah itu (tetjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan rrwlampaui batas. " (QS. al-Baqarah: 61)
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 22-9-2005 01:57 AM | Show all posts
...

Nabi Musa berjalan bersama kaumnya menuju Baitul Maqdis. Nabi Musa memerintahkan kaumnya untuk memasukinya dan memerangi siapa pun yang ada di dalamnya serta berusaha menguasai tempat itu. Demikianlah telah datang ujian terakhir kepada mereka setelah mereka menyaksikan mukjizat dan ayat-ayat Allah SWT serta hal-hal yang luar biasa. Telah datang saat ujian kepada mereka untuk berperang kerana mereka sebagai orang-orang mukmin?melawan kaum penyembah berhala. Namun kaum Nabi Musa menolak untuk memasuki tanah suci. Nabi Musa berusaha menyedarkan mereka dengan menceritakan bagaimana nikmat Allah SWT yang turun kepada mereka; bagaimana Allah SWT menjadikan di tengah-tengah mereka para nabi dan menjadikan mereka raja-raja yang mewarisi kerajaan Fir'aun; dan bagaimana mereka diberi suatu kekayaan dan anugerah yang tidak dapat didapatkan oleh seseorang pun di dalam dunia.


Kaum Nabi Musa takut kepada peperangan dan beralasan bahwa di dalamnya terdapat kaum yang perkasa dan mereka tidak akan masuk ke tanah suci sehingga orang-orang yang kuat itu keluar darinya. Kitab-kitab kuno mengatakan bahwa mereka keluar dalam jumlah enam ratus ribu. Nabi Musa tidak bisa mendapatkan seseorang pun di antara mereka yang siap melakukan peperangan kecuali dua orang. Kedua orang ini berusaha untuk menyedarkan kaum agar mereka memasuki tanah suci itu dan berperang. Mereka berdua berkata: "Sungguh hanya sekadar kalian memasuki pintu darinya maka kalian akan mendapatkan kemenangan." Tetapi Bani Israil menampakkan ketakutan dan tubuh mereka tampak gemetar.


Pada kali yang lainsesuai dengan tabiat mereka kerana merindukan menyembah berhala ketika melihat ada kaum yang menyembah berhala. Mereka telah rusak dan mereka telah kalah dari dalam diri mereka; mereka telah biasa mendapatkan kehinaan sehingga mereka tidak mampu berperang. Yang tersisa hanyalah, mereka mampu untuk bersikap tidak sopan pada Nabi Musa as dan kepada Tuhannya. Kaum Nabi Musa berkata kepadanya dalam kalimat yang terkenal:


"Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja." (QS. al-Maidah: 24)


Mereka mengucapkan kata-kata tersebut dengan lantang dan jelas serta tanpa rasa malu. Nabi Musa mengetahui bahwa kaumnya sangat jauh dari kebaikan. Fir'aun telah mati tetapi pengaruhnya tetap tertanam dalam jiwa mereka di mana untuk mengobatinya memerlukan waktu yang lama. Nabi Musa kembali kepada Tuhannya dan memberitahu-Nya bahwa ia tidak memiliki sesuatu pun kecuali dirinya dan saudaranya. Nabi Musa berdoa buruk kepada kaumnya agar Allah SWT memisahkan antara dirinya dan mereka. Allah SWT menurunkan keputusan-Nya kepada generasi ini yang telah rusak fitrahnya. Yaitu keputusan yang berupa:


mereka disesatkan selama empat puluh tahun sehingga generasi ini mati atau mereka mencapai usia senja dan kemudian akan lahir generasi yang baru; generasi yang belum rusak jiwanya dan mereka akan dapat berperang dan memperoleh kemenangan.


Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Hai kaumku, ingatlah nikmat Allak atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikannya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seseorang pun di antara umat-umat yang lain.' Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh) maka kamu menjadi orang-orang yang rnerugi. Mereka berkata: 'Hai Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar darinya, pasti kami akan memasukinya.' Berkatalah dua orang di antara orang-orangyang takut (kepada Allah) yangAllah telah memberi nikmat atas keduanya: 'Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaklah kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Hai Musa, kami sekali-kali tidak memasukinya selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.' Berkata Musa: 'Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu. 'Allah berfirman: '(Jika demikian), maha sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu." (QS. al-Maidah: 20-26)



Dimulailah hari-hari kesesatan. Mereka melewati tempat yang tertutup. Mereka memulai dari tempat yang mereka akhiri dan sebaliknya. Alhasil, mereka berjalan tanpa tujuan sepanjang siang-malam, pagi-sore. Mereka memasuki daratan di daerah Saina'. Nabi Musa kembali ke tempat yang beliau bertemu di dalamnya untuk pertama kalinya dengan kalimat-kalimat Allah SWT. Bani Israil turun dari at-Thur, dan Nabi Musa mendaki gunung sendirian. Di sana diturunkan Taurat dan Tuhannya berdialog dengannya. Sebelum Nabi Musa naik untuk bertemu dengan Tuhannya, ia menjadikan saudaranya, Harun, sebagai khalifahnya untuk kaumnya. Harun diangkatnya sebagai wakilnya yang bertanggung jawab untuk mengurus kaumnya. Dan Musa pun pergi menuju Tuhannya.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-9-2005 02:34 AM | Show all posts
Nabi Musa menerima Kitab Taurat




Kitab Keluaran 20 :

20:1 Lalu Allah mengucapkan segala firman ini:

20:2 "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.

20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.

20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.

20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,

20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.

20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.

20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:

20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,

20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

20:11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

20:12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

20:13 Jangan membunuh.

20:14 Jangan berzinah.

20:15 Jangan mencuri.

20:16 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.

20:17 Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

20:18 Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.

20:19 Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati."

20:20 Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa."

20:21 Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada.

20:22 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: Kamu sendiri telah menyaksikan, bahwa Aku berbicara dengan kamu dari langit.


Kitab Keluaran 21:

21:2 Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa.

21:15 Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati.

21:16 Siapa yang menculik seorang manusia, baik ia telah menjualnya, baik orang itu masih terdapat padanya, ia pasti dihukum mati.

21:17 Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati.

21:23 Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa,

21:24 mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki,

21:25 lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.



Kitab Keluaran 23 :

23:1 "Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar.

23:2 Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum.

23:6 Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya.




Ulasan :

Di sini ada sedikit ulasan dariku. Di dalam Kitab Keluaran ini (perjanjian lama) telah di ceritakan secara terperinci segala perundangan yang telah di terima oleh Nabi Musa as secara langsung dari Allah SWT. Ini adalah perintah secara bertulis untuk Bani Israil saat itu dan merupakan yang pertama dalam sejarah penurunan kitab perundangan atau hukum dari Allah SWT yang dituliskan atas kepingan batu dan kayu. Di atas  telah aku  tuliskan sedikit dari isi Taurat yang telah di terima Nabi Musa as untuk tatapan bersama.   Wassalam.

[ Last edited by saifulms at 23-9-2005 02:37 AM ]
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-9-2005 02:48 AM | Show all posts
Nabi Musa menerima Kitab Taurat


Al A'raf :

[142] Dan kami telah janjikan masa kepada Nabi Musa (untuk memberikan Taurat) selama tiga puluh malam, serta Kami genapkan jumlahnya dengan sepuluh malam lagi, lalu sempurnalah waktu yang telah ditentukan oleh Tuhannya empat puluh malam dan berkatalah Nabi Musa kepada saudaranya Nabi Harun (semasa keluar menerima Taurat): Gantikanlah aku dalam (urusan memimpin) kaumku dan perbaikilah (keadaan mereka sepeninggalanku) dan janganlah engkau menurut jalan orang-orang yang melakukan kerosakan.


[143] Dan ketika Nabi Musa datang pada waktu yang Kami telah tentukan itu dan Tuhannya berkata-kata dengannya, maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata: Wahai Tuhanku! Perlihatkanlah kepadaku (ZatMu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihatMu. Allah berfirman: Engkau tidak sekali-kali akan sanggup melihatKu, tetapi pandanglah ke gunung itu, maka kalau dia tetap berada di tempatnya, nescaya engkau akan dapat melihatKu. Setelah Tuhannya "Tajalla" (menzahirkan kebesaranNya) kepada gunung itu, (maka) "TajalliNya" menjadikan gunung itu hancur lebur dan Nabi Musa pun jatuh pengsan. Setelah dia sedar semula, berkatalah dia: Maha Suci Engkau (wahai Tuhanku), aku bertaubat kepadaMu dan akulah orang yang awal pertama beriman (pada zamanku)

144] Allah berfirman: Wahai Musa! Sesungguhnya Aku memilihmu melebihi umat manusia (yang ada pada zamanmu), dengan membawa perutusanKu (Kitab Taurat) dan dengan KalamKu; oleh itu, terimalah apa yang Aku kurniakan kepadamu dan jadikanlah dirimu dari orang-orang yang bersyukur.

[145] Dan Kami telah menuliskan bagi Nabi Musa pada Luh-luh (Taurat) itu, dari pelbagai jenis nasihat pengajaran dan penjelasan bagi tiap-tiap sesuatu (dasar Syariat dan hukum-hukumnya). Oleh itu, terimalah dia (dan amalkanlah wahai Musa) dengan bersungguh-sungguh dan suruhlah kaummu berpegang (serta mengamalkan) yang sebaik-baiknya (iaitu suruhan-suruhannya). Aku akan perlihatkan kepada kamu akan negeri orang-orang yang fasik (derhaka).


Al An'am :

[151] Katakanlah: Marilah, supaya aku bacakan apa yang telah diharamkan oleh Tuhan kamu kepada kamu, iaitu janganlah kamu sekutukan dengan Allah sesuatupun dan hendaklah (kamu) membuat baik kepada ibu bapa dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu kerana kepapaan, (sebenarnya) Kamilah yang memberi rezeki kepada kamu dan kepada mereka dan janganlah kamu hampiri kejahatan-kejahatan (zina) yang terang daripadanya dan yang tersembunyi dan janganlah kamu membunuh jiwa yang telah diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan jalan yang hak (yang dibenarkan oleh Syarak). Dengan yang demikian itulah Allah perintahkan kamu, supaya kamu memahaminya.

[152] Dan janganlah kamu hampiri harta anak yatim melainkan dengan cara yang baik (untuk mengawal dan mengembangkannya), sehingga dia baligh (dewasa, serta layak mengurus hartanya dengan sendiri) dan sempurnakanlah segala sukatan dan timbangan dengan adil. Kami tidak memberatkan seseorang dengan kewajipan melainkan sekadar kesanggupannya dan apabila kamu mengatakan sesuatu (semasa membuat apa-apa keterangan) maka hendaklah kamu berlaku adil, sekalipun orang itu ada hubungan kerabat (dengan kamu) dan perjanjian (perintah-perintah) Allah hendaklah kamu sempurnakan. Dengan yang demikian itulah Allah perintahkan kamu, supaya kamu beringat (mematuhiNya).
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 23-9-2005 11:48 PM | Show all posts
Nabi Musa menerima Kitab Taurat






Allah SWT berfirman:

"Dan telah Kami jadikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnakanlah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: 'Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.'" (QS. al-A'raf: 142)


Orang-orang dahulu mengatakan bahwa Nabi Musa berpuasa selama tiga puluh hari sepanjang malam dan siang tanpa menyentuh makanan sedikit pun kemudian Nabi Musa tidak ingin untuk berdialog kepada Tuhannya sementara mulutnya dalam keadaan seperti mulut orang yang berpuasa. Lalu beliau memakan sedikit dari tanaman bumi dan beliau mengunyahnya.

Tuhan berkata kepadanya: "Mengapa engkau berbuka?" Musa menjawab: "Ya Tuhanku, aku tidak ingin berbicara denganmu kecuali mulutku dalam keadaan baik baunya." Allah SWT menjawab: "Tidakkah engkau mengetahui wahai Musa bahwa mulut orang yang berpuasa di sisi-Ku lebih baik daripada bau kasturi. Kembalilah engkau berpuasa selama sepuluh hari kemudian datanglah kepada-Ku." Nabi Musa as pun melaksanakan perintah-Nya.



Kami tidak mengetahui secara pasti, mengapa Nabi Musa berpuasa selama empat puluh malam, bukan tiga puluh hari. Yang kita ketahui bahwa Allah SWT menambah sepuluh hari yang lain. Setelah itu, turunlah Taurat; turunlah kepadanya sepuluh wasiat:



1.   Perintah untuk hanya menyembah kepada AJlah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.

2.   Larangan untuk bersumpah bohong atas nama Allah SWT.

3.   Menjaga kehormatan pada hari Sabtu. Dengan pengertian, memfokuskan hari Sabtu

sebagai hari ibadah.

4.   Perintah untuk menghormati ayah dan ibu.

5.   Menyadari bahwa Allah SWT yang dapat memberi dan membagi.

6.   Janganlah engkau membunuh.

7.   Janganlah engkau berzina.

8.   Janganlah engkau mencuri.

9.   Janganlah memberikan kesaksian yang palsu.

10. Jangan engkau merasa tertipu atau terpikat kepada rumah temanmu atau istrinya atau budaknya atau sapinya atau keledainya.



Para ulama salaf mengatakan bahwa kandungan sepuluh wasiat ini telah terdapat dalam dua ayat dalam Al-Qur'an, yaitu dalam firman-Nya:

"Katakanlah: 'Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua ibu dan bapakmu, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.' Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahaminya. Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakan takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan dengan kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil sekalipun dia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. " (QS. al-An'am: 151-152)

Allah SWT menceritakan kepada kita bagaimana keadaan Musa ketika ia pergi untuk menemui janji dengan Tuhannya. Musa ketika berpuasa selama empat puluh malam bermaksud untuk lebih mendekat kepada Tuhannya. Ketika Allah SWT berdialog dengannya, maka Musa merasakan cinta yang semakin bergelora kepada Tuhannya. Kami tidak mengetahui perasaan apa yang ada di hati Musa ketika ia meminta kepada Tuhannya agar dapat melihatnya. Seringkali cinta yang ada di dalam manusia mendorong dirinya untuk meminta sesuatu yang mustahil. Lalu bagaimana bayangan Anda terhadap cinta yang berhubungan dengan cinta kepada Allah SWT. Ia adalah hakikat cinta. Kedalaman perasaan Nabi Musa kepada Tuhannya dan kecintaannya kepada sang Pencipta, semua ini mendorongnya untuk meminta kepada Allah SWT agar dapat melihatnya.

Allah SWT berfirman:

"Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: 'Ya Tuhanhu, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.'" (QS. al-A'raf: 143)

Demikianlah dorongan cinta dari para pecinta sejati. Musa bertanya dan meminta kepada Tuhannya sesuatu yang menakjubkan tetapi Allah SWT menjawabnya:

"Tuhan berfirman: 'Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku." (QS. al-A'raf: 143)

Seandainya Allah SWT hanya mengatakan demikian maka ini pun sebagai bentuk keadilan dari-Nya, tetapi keadaan di sini adalah keadaan cinta Ilahi dari Musa. Dorongan cinta yang dibalas dengan dorongan cinta. Demikianlah Nabi Musa mendapatkan rahmat dari Tuhannya. Allah SWT memberitahunya bahwa ia tidak akan mampu melihat-Nya karena tak satu pun dari makhluk yang tidak dapat "menangkap cahaya" dari Allah SWT. Allah SWT memerintahkannya agar melihat gunung, dan jika gunung itu masih menetap di tempatnya maka ia akan dapat melihat Tuhannya.

Allah SWT berfirman:

"Tetapi lihatlah ke bukit itu, maka

jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.
(QS. al-A'raf: 143)



Tiada seorang pun yang dapat "menangkap" cahaya Allah SWT. Nabi Musa mengetahui hakikat ini dan menyaksikan sendiri.  Kami tidak mengetahui bagaimana keadaan yang dialami Nabi Musa ketika ia kehilangan kehidupannya atau kesadarannya.

"Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: 'Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.'" (QS. al-A'raf: 143)


Para mufasir klasik cukup serius meneliti dan memperbincangkan ayat-ayat ini. Misalnya, mereka bertanya-tanya: bagaimana Nabi Musa meminta kepada Allah SWT agar dapat melihat-Nya, padahal ia tahu bahwa itu adalah hal yang tidak mungkin atau mustahil. Mereka berselisih pendapat dalam hal itu dan saling berdebat. Mu'tazilah memiliki pendapat yang lain dan Ahlusunah pun memiliki pendapat yang lain lagi. Pokok pembicaraan semuanya berkisar pada: bagaimana seorang nabi tidak mengetahui padahal ia adalah makhluk Allah SWT yang paling dekat dengan-Nya?bahwa melihat Allah SWT adalah hal yang sangat mustahil?


Kami kira bahwa sikap Nabi Musa tersebut menggambarkan puncak cinta dan kedalaman dari hatinya, yang ini merupakan gambaran yang tinggi dari sejarah yang dilalui oleh Nabi Musa. Kita sekarang berada di hadapan puncak cinta kepada Allah SWT. Dan seorang pecinta tidak menginginkan selain melihat "wajah" kekasihnya. Menurut logik akal bahwa melihat Allah SWT adalah hal yang mustahil, tetapi cinta tidak pernah peduli dengan logik itu. Nabi Musa terdorong untuk mendapatkan pengalaman baru yaitu suatu pengalaman yang sepertinya ia sengaja melakukannya untuk mewakili kita semua. Nabi Musa nekat dan mendorong kita untuk meminta. Ia lebih dahulu meraskan keadaan tidak sedarkan diri dan ia telah membuktikan kepada kita dengan tubuhnya yang mulia dan rohnya yang suci bahwa tak seorang pun dapat "menangkap" cahaya Allah SWT. Nabi Musa dalam keadaan tak sedarkan diri lalu ketika bangun ia memuja-muja Allah SWT dan bertaubat serta meminta ampun kepadaNya:

"Dia berkata: 'Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau.'" (QS. al-A'raf: 143)

Mengapa Nabi Musa bertaubat? Orang-orang sufi berkata: Ia bertaubat dari dorongan cinta yang besar di mana ia meminta sesuatu yang mustahil, padahal ia menyedari itu adalah mustahil. Ini adalah tafsiran yang memuaskan yang disokong oleh maksud ayat-ayat tersebut. Perhatikanlah ayat-ayat (tanda-kebesaran) Allah SWT dan bagaimana Dia mengingatkan Musa terhadap apa-apa yang diterimanya dari berbagai macam nikmat. Allah SWT berkata kepada Musa:

"Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku. Sebab itu, berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): 'Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya.'" (QS. al-A'raf: 144-145)



Ahli tafsir memperhatikan firman Allah SWT kepada Musa: "Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku."

Kemudian dilakukanlah perbandingan antara Nabi Musa dan nabi-nabi yang lain. Dikatakan bahwa pemilihan ini dikhususkan hanya kepadanya dan di zamannya saja, dan tidak berlaku di zaman sebelumnya karena ada Nabi Ibrahim di zaman itu, sedangkan Nabi Ibrahim lebih baik dari Nabi Musa. Begitu juga pemilihan ini tidak berlaku pada zaman setelahnya karena ada Nabi Muhammad bin Abdullah saaw dan ia lebih baik dari mereka berdua.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 27-9-2005 02:27 AM | Show all posts
Bani Israil menyembah Anak Lembu



Kitab Keluaran 32 :

32:1 Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia."

32:2 Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku."

32:3 Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun.

32:4 Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!"

32:5 Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!"

32:6 Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.

32:7 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya.

32:8 Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir."

32:9 Lagi firman TUHAN kepada Musa: "Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk.

32:10 Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar."

32:11 Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: "Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat?

32:12 Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu.

32:13 Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya."

32:14 Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.

32:15 Setelah itu berpalinglah Musa, lalu turun dari gunung dengan kedua loh hukum Allah dalam tangannya, loh-loh yang bertulis pada kedua sisinya; bertulis sebelah-menyebelah.

32:16 Kedua loh itu ialah pekerjaan Allah dan tulisan itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu.

32:17 Ketika Yosua mendengar suara bangsa itu bersorak, berkatalah ia kepada Musa: "Ada bunyi sorak peperangan kedengaran di perkemahan."

32:18 Tetapi jawab Musa: "Bukan bunyi nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian kekalahan--bunyi orang menyanyi berbalas-balasan, itulah yang kudengar."

32:19 Dan ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu.

32:20 Sesudah itu diambilnyalah anak lembu yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan digilingnya sampai halus, kemudian ditaburkannya ke atas air dan disuruhnya diminum oleh orang Israel.

32:21 Lalu berkatalah Musa kepada Harun: "Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka?"

32:22 Tetapi jawab Harun: "Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata.

32:23 Mereka berkata kepadaku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.

32:24 Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini."

32:25 Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang--sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka--

32:26 maka berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan itu serta berkata: "Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani Lewi.

32:27 Berkatalah ia kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya dan berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya."

32:28 Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan Musa dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu.

32:29 Kemudian berkatalah Musa: "Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan saudaranya--yakni supaya kamu diberi berkat pada hari ini."

32:30 Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap TUHAN, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu."

32:31 Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: "Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka.

32:32 Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu--dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis."

32:33 Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: "Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.

32:34 Tetapi pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku di depanmu, tetapi pada hari pembalasan-Ku itu Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka."

32:35 Demikianlah TUHAN menulahi bangsa itu, karena mereka telah menyuruh membuat anak lembu buatan Harun itu.
Reply

Use magic Report

Follow Us
 Author| Post time 27-9-2005 02:58 AM | Show all posts
Bani Israil menyembah Anak Lembu





Thaha :

85  Allah berfirman: "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri."

86  Kemudian Musa kembali kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu melanggar perjanjian dengan aku?"

87 Mereka berkata: "Kami sesekali tidak melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya."

88 Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi Musa telah lupa."

89  Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahawa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan?

90 Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku."

91 Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami."

92  Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat telah tersesat,

93  {sehingga} kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai perintahku?"

94 Harun menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang jangutku dan jangan pula kepalaku; sesungguhnya aku khuatir bahawa kamu akan berkata {kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu tidak memelihara amanatku."

95  Berkatalah Musa: "Apakah yang mendorongmu {berbuat demikian} hai Samiri?"

96  Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka aku ambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku."

97  berkata Musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagi kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat menyatakan : Janganlah menyentuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu hukuman {di akhirat} yang kami sesekali tidak dapat menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang berserakan}

98  Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu."




Al A'raaf :

[149] Dan setelah mereka menyesal (akan apa yang mereka lakukan) dan mengetahui bahawa mereka telah sesat, berkatalah mereka: Sesungguhnya jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan mengampunkan kami, nescaya menjadilah kami dari orang-orang yang rugi.

[150] Dan apabila Nabi Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan dukacita, berkatalah dia: Amatlah buruknya apa yang telah kamu lakukan sepeninggalanku; mengapa kamu terburu-buru (tidak menunggu) perintah Tuhan kamu? Dan dia meletakkan Luh-luh (yang mengandungi tulisan Taurat) itu serta dia memegang (rambut) kepala saudaranya (Nabi Harun) sambil menariknya kepadanya. Nabi Harun berkata: Wahai anak ibuku! Sesungguhnya kaum (Bani Israil) memandangku lemah dan nyaris-nyaris mereka membunuhku (ketika aku melarang mereka); oleh itu, janganlah engkau menjadikan musuh bergembira melihat (tempelakmu) terhadapku dan janganlah engkau jadikan daku termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim.

[151] Nabi Musa berdoa dengan berkata: Wahai Tuhanku, ampunkanlah bagiku dan bagi saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmatMu, kerana Engkaulah sahaja Yang Maha Mengasihani dari segala yang lain mengasihani.

[152] Sesungguhnya orang-orang yang menyembah (patung) anak lembu itu, akan ditimpa kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan dunia dan demikianlah kami membalas orang-orang yang mengada-adakan perkara yang tidak benar.

[153] Dan orang-orang yang melakukan kejahatan kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan beriman, (maka) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

[154] Dan apabila kemarahan Nabi Musa itu reda, dia pun mengambil Luh-luh Taurat itu yang dalam naskhahnya terkandung petunjuk dan rahmat, bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh takut kepada Tuhan mereka (daripada melanggar perintahNya).

[155] Dan Nabi Musa memilih tujuh puluh orang lelaki dari kaumnya (untuk di bawa bersama ke Gunung Tursina) pada waktu yang telah kami tentukan. Maka ketika mereka digegar oleh gempa, Nabi Musa merayu dengan berkata: Wahai Tuhanku! Jika Engkau kehendaki, Engkau boleh binasakan mereka bersama-sama denganku sebelum ini. Adakah Engkau hendak membinasakan kami disebabkan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang bodoh di antara kami? (Apa yang mereka telah lakukan) itu hanyalah cubaanMu. Dengan cubaan itu Engkau sesatkan sesiapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada sesiapa yang Engkau kehendaki. Engkau jualah Pelindung kami; oleh itu ampunkanlah kami dan berilah rahmat kepada kami, kerana Engkau jualah sebaik-baik Pemberi ampun.



Al-Baqarah:

54 Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.'"

[ Last edited by saifulms at 27-9-2005 03:04 AM ]
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 3-1-2006 10:42 PM | Show all posts
Assalamu'alaikum buat saudara2ku yang di ingati,

emm... lama dah terhenti cerita nii... nak kena sambung nii... :hmm:

Insyaallah akan disambung nanti.




wassalam.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 5-1-2006 10:32 PM | Show all posts
Bani Israel Menyembah patung Anak Lembu






"Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa? Berkata Musa: 'Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku). Allah berfirman: 'Maka sesungguhnya, Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. " (QS. Thaha: 83-86)



Musa turun dari gunung dan membawa papan Taurat. Rasa-rasanya hatinya mendidih dan jengkel. Kita dapat membayangkan bagaimana emosi yang membakar Nabi Musa saat ia mengayunkan langkahnya menuju kaumnya. Betapa tidak, belum lama Nabi Musa meninggalkan kaumnya dan menemui Tuhannya, mereka mendapatkan fitnah melalui Samiri. Fitnah ini adalah, bahwa Bani Israil?ketika keluar dari Mesi membawa banyak dari harta perhiasan orang-orang Mesir dan emas-emas mereka. Mereka mengambilnya untuk mereka manfaatkan dalam pesta perayaan mereka. Kemudian mereka selamat karena mukjizat pembelahaan lautan di mana lautan menenggelamkan Fir'aun dan tentaranya sehingga harta mereka yang berupa emas dimiliki oleh Bani Israil.

Harun mengetahui bahwa emas tersebut bukan milik mereka lalu Harun memintanya dari mereka dan menimbunnya di tanah. Bani Israil tidak memerlukannya karena saat ini mereka sedang tersesat. Mereka berjalan di tengah-tengah gurun sehingga tidak bermanfaat bagi mereka emas-emas itu. Harun, saudara kandung Musa, menggali tanah dan meletakkan emas-emas itu lalu menimbunkan di atasnya tanah. Samiri melihat apa yang dilakukan oleh Harun. Setelah itu, dia mengeluarkannya dan membuat sebuah patung sapi yang menyerupai sapi Ibis sesembahan orang-orang Mesir. Samiri adalah seorang pemahat yang mahir. Dia mampu membuat anak sapi yang menarik di mana ketika dia meletakkannya di arah angin maka akan masuk darinya udara dari celah bagian belakangnya lalu keluar dari hidungnya. Samiri membuat suara yang menyerupai suara sapi yang sebenamya.


Konon, rahasia kehebatan sapi ini adalah karena Samiri telah mengambil segenggam tanah yang dilalui Jibril ketika ia turun ke bumi dalam peristiwa mukjizat pembelahan laut. Yakni Samiri melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh kaum Nabi Musa. Kemudian dia mengambil segenggam tanah dari bekas yang dilalui seorang utusan (Jibril) dan meletakkannya bersama emas. Samiri membuat darinya anak sapi. Jibril as tidak berjalan di atas sesuatu kecuali sesuatu itu menjadi hidup. Ketika Samiri menambahkan tanah itu ke emas lalu membuat darinya anak sapi maka anak sapi itu dapat bersuara seperti anak sapi yang sebenarnya. Demikianlah kisah Samiri. Kita mengetahui sekarang bahwa jika tanah ditambahkan ke emas dan melebur maka tanah itu akan terpisah dari emas dan akan meninggalkan bekas (lubang) di tempat terpisahnya itu. Diduga kuat bahwa Samiri menggunakan tanah itu seperti tanah yang lain dalam usaha untuk mengeringkan bagian dalam dari anak sapi di mana patung itu berubah menjadi patung yang mempunyai suara.

Setelah itu, Samiri keluar menemui Bani Israil dengan membawa apa yang dibuatnya. Mereka bertanya kepadanya: "Apa ini, hai Samiri?" Ia menjawab: "Ini adalah tuhan kalian dan tuhan Musa." Mereka berkata: "Bukankah Musa sedang menemui Tuhannya?" Samiri menjawab: "Musa telah lupa ia pergi untuk menemui tuhannya di sana, padahal sebenarnya tuhannya ada di sini." Akhirnya, Bani Israil menyembah anak sapi ini.


Barangkali pembaca akan merasa heran terhadap fitnah ini. Bagaimana akal kaum itu dapat tunduk sampai pada keadaan seperti ini? Bukankah mereka telah menyaksikan mukjizat yang besar? Bagaimana mereka dengan mudah menyembah berhala? Kebingungan tersebut segera hilang ketika kita lihat keadaan kejiwaan kaum yang menyembah anak sapi itu. Mereka telah terdidik di Mesir pada saat mereka menyembah berhala dan sangat mengkultuskan anak sapi Ibis. Mereka terdidik di bawah kehinaan dan perbudakan sehingga jiwa mereka menjadi ternoda dan fitrah mereka menjadi tercemar. Mereka menyaksikan mukjizat-mukjizat dari Allah SWT tetapi mukjizat itu berbenturan dengan jiwa-jiwa yang putus asa. Mukjizat ini tidak mampu memuaskan mereka untuk mempercayai kebenaran. Mereka masih saja dihinggapi keinginan untuk menyembah berhala. Mereka adalah para penyembah berhala seperti tokoh-tokoh Mesir yang dahulu. Oleh karena itu, mereka menyembah anak sapi. Sikap mereka ini tidak terlalu mengejutkan kita. Sebab, setelah mereka menyaksikan mukjizat pembelahan lautan, mereka melihat suatu kaum yang menyembah berhala, lalu mereka minta kepada Nabi Musa agar menjadikan tuhan bagi mereka seperti kaum yang menyembah berhala itu.



Jadi, masalahnya adalah masalah klasik. Pada hakikatnya, hasrat untuk menyembah berhala berarti menyembah berhala itu sendiri. Apa yang dilakukan Samiri adalah, ia memanfaatkan kerinduan kaum untuk menyembah berhala. Kemudian Samiri memilih agar anak sapi yang diciptakannya berbentuk emas karena ia mengetahui bahwa umumnya Bani Israil lemah (mudah terpedaya) pada emas. Akhirnya, fitnah yang ditimbulkan oleh Samiri tersebar di sana sini. Harun sangat terpukul ketika mengetahui Bani Israil menyembah anak sapi dari emas. Mereka terbagi menjadi dua kelompok: minoritas dari mereka beriman dan mengetahui bahwa ini adalah tipu daya dan kebohongan semata, sedangkan mayoritas mereka mengingkari Harun dan tetap melampiaskan kerinduan mereka untuk menyembah berhala. Harun berdiri di tengah-tengah kaumnya dan mulai menasihati mereka. Ia berkata kepada mereka: "Sesungguhnya kalian tertipu dengannya. Ini adalah fitnah (godaan). Samiri telah memanfaatkan kebodohan kalian dengan menciptakan anak sapi itu. Lembu itu bukan tuhan kalian dan bukan juga tuhan Musa:

"Sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah Aku dan taatilah perintahku." (QS. Thaha: 90)



Para penyembah anak sapi menolak nasihat Harun. Kelompok orang-orang yang bodoh itu tidak mau lagi menerima nasihat. Harun kembali memperingatkan mereka dan menceritakan kembali kepada mereka bagaimana mukjizat-mukjizat Allah SWT dapat menyelamatkan mereka, dan bagaimana Allah SWT memuliakan dan menjaga mereka. Tetapi mereka menutup telinga dan menolak segala nasihatnya. Mereka justru melemahkan posisi Harun dan nyaris saja membunuhnya. Adalah jelas bahwa Harun lebih lemah daripada Musa, sehingga para kaum tidak takut lagi. Harun kuatir jika ia menggunakan kekuatan dan menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah, maka akan terjadi fitnah di tengah-tengah kaum dan akan tercipta perang saudara. Akhirnya, Harun memilih untuk menunda hal itu sampai kedatangan Musa. Harun mengetahui bahwa Musa seorang yang kuat yang mampu mengatasi fitnah ini tanpa harus menumpahkan darah.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 5-1-2006 10:50 PM | Show all posts
Bani Israel Menyembah patung anak Lembu




Al-Qurthubi dalam tafsirnya pada juz kesebelas menyebutkan fitnah yang timbulkan oleh Samiri. Qurthubi berkata: "Imam Abu Bakar at-Thurthusi ditanya: "Apa yang dikatakan oleh pemimpin kita al-Faqih tentang kelompok lelaki yang memperbanyak zikrullah dan menyebut Muhammad saaw. Sebagian mereka menari-nari sehingga pengsan. Mereka menghadirkan sesuatu dan memakannya. Apakah hadir bersama mereka boleh atau tidak? Berilah kami fatwa, mudah-mudahan engkau diberi pahala." Qurthubi menjawab pertanyaan ini dengan menukil penjelasan gurunya:

"Mazhab sufi (yang beliau maksudkan adalah orang-orang yang menari-nari yang dipraktekkan oleh sebagian aliran sufi untuk mengekspresikan zikir) berdasarkan kebodohan dan kesesatan serta sesuatu yang sia-sia. Islam hanya berdasarkan Kitab Allah SWT dan sunah Rasul-Nya. Praktek tari-tarian seperti itu adalah sesuatu yang pertama kali diciptakan oleh pengikut-pengikut Samiri ketika mereka menjadikan anak sapi sebagai tuhan mereka. Mereka menari-nari di sekitarnya dan berkumpul di situ. Itu adalah agama kekufuran dan penyembahan terhadap anak sapi."

Nabi saaw duduk bersama sahabatnya dan seakan-akan di atas kepala mereka terdapat burung, karena sangat hormatnya mereka terhadap beliau. Hendaklah penguasa dan wakilnya mencegah orang-orang itu untuk hadir di mesjid dan selainnya. Dan tidak diperkenankan bagi seorang pun yang beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian untuk hadir bersama orang-orang itu atau membantu kebatilan mereka. Ini adalah pendapat mazhab Malik, Abu Hanifah, Syafi'e, Ahmad bin Hambal, dan lain-lain dari para imam kaum Muslim.

Demikianlah pernyataan al-Qurthubi berkaitan dengan masalah tersebut. Anda dapat membayangkan sejauhmana kecermelangan pikirannya dan sejauhmana ketakwaannya. Selanjutnya, kita kembali kepada kisah Nabi Musa. Nabi Musa turun dari gunung untuk kembali rnenemui kaumnya. Kemudian ia mendengar teriakan kaum saat mereka menari-nari di sekitar anak sapi. Kaum itu berhenti ketika melihat Nabi Musa muncul di depan mereka. Dan tiba-tiba keheningan menyelimuti mereka. Nabi Musa berteriak dan berkata:

"Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati, berkatalah dia: 'Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku!'" (QS. al-A'raf: 150)


Musa berjalan menuju ke Harun, lalu ia meletakkan papan Taurat dengan tangannya di atas tanah. Tampaknya api kemarahan telah membakamya. Musa memegang Harun dari rambut kepalanya sampai janggutnya sambil berkata:

"Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" (QS. Thaha: 92-93)


Musa bertanya, "Apakah Harun tidak menaati perintahnya, bagaimana ia mendiamkan fitnah ini; bagaimana ia tetap bersama mereka dan tidak meninggalkan mereka serta berlepas diri dari perbuatan mereka; bagaimana ia tetap diam dan tidak berusaha melawan mereka, bukankah orang yang diam atau membiarkan suatu kesalahan itu bertanda bahwa ia merestuinya atau bagian dari kesalahan itu?" Keheningan semakin meningkat ketika gelora api kemarahan Musa semakin membara. Harun bericara kepada Musa dan meminta kepadanya untuk melepaskan kepalanya dan jenggotnya karena mereka berdua berasal dari ibu yang satu. Harun mengingatkan Musa akan kedekatan hubungannya melalui ibu, bukan melalui ayah agar hal itu lebih dapat membuat Musa merasa kasihan kepadanya:

"Harun menjawab: 'Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang jenggotku danjangan (pula) kepalaku.'" (QS. Thaha: 94)


Harun memberi pengertian kepada Musa bahwa ia sama sekali tidak bermaskud menentang perintahnya, dan ia pun tidak menunjukkan sikap merestui penyembahan anak sapi, tetapi ia kuatir jika ia meninggalkan mereka dan pergi lalu Musa bertanya kepadanya, mengapa ia tidak tetap tinggal bersama mereka? Mengapa seorangyang bertanggungjawab kepada merekajustru meninggalkan mereka? Di samping itu, ia juga khawatir jika ia memerangi mereka dengan kekerasan maka terjadi peperangan di antara mereka. Lalu Musa akan bertanya kepadanya, mengapa ia membikin perpecahan di antara mereka dan mengapa ia tidak menunggu kembalinya Musa:

"Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku). 'Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku.'" (QS. Thaha: 94)


Harun berusaha memahamkan saudaranya, Musa, dengan penuh kelembutan bahwa kaumnya merendahkannya dan mereka nyaris membunuhnya ketika ia melawan mereka. Ia memohon kepada Musa agar melepaskan tangannya dari kepalanya dan jenggotnya. Harun memberitahu Musa bahwa ia bukan termasuk orang jahat sepeti mereka ketika ia bersikap diam terhadap kelaliman mereka:

"Harun berkata: 'Hai anak ibuku, sesungguhnya haum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadihan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukan aku ke dalam golongan orang-orang yang lalim.'" (QS. al-A'raf: 150)



Musa menyadari bahwa ia mezalimi Harun dengan kemarahannya di mana kemarahan itu berkobar kerana kecemburuannya terhadap agama Allah SWT dan semata-mata karena kecintaannya kepada kebenaran. pun mengetahui bahwa Harun telah menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya dalam keadaan seperti ini. Kemudian Musa menarik tangannya dari kepala dan jenggot saudaranya dan ia meminta ampun kepada Allah SWT bagi dirinya dan bagi saudaranya. Musa menoleh kepada kaumnya dan bertanya dengan suara yang penuh gelora dan menunjukkan sikap marah:

"Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?" (QS. Thaha: 86)


Musa tampak marah dan mengejek mereka dan menunjukkan betapa bodohnya apa yang mereka lakukan. Dengan kemarahan yang luar biasa, Musa kembali berkata:

"Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya) kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan." (QS. al-A'raf: 152)
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 5-1-2006 10:55 PM | Show all posts
Bani Israel Menyembah patung Anak Lembu




Hampir saja gunung berguncang mendengar suara kemarahan Musa, dan Bani Israil menyadari kesalahan mereka. Kebohongan mereka dan penyimpangan mereka atas kebenaran yang dibawa oleh Musa tampak jelas. Mereka justru menjauhkan segala karunia yang Allah SWT berikan kepada mereka dan memilih untuk menyembah berhala ketika Musa meninggalkan mereka selama empat puluh hari. Mereka kembali menyembah anak sapi yang terbuat dari emas. Bukankah Allah SWT telah berjanji kepada mereka agar mereka memegang agama tauhid di bumi?

Musa menoleh kepada Samiri setelah ia berbicara secara singkat kepada Harun. Harun telah membuktikan bahwa sebagai penanggung jawab kaumnya saat Musa meninggalkan mereka ia telah menjalankan tugas dengan baik. Bani Israil tampak tertunduk lesu di depan Musa. Maka orang yang paling bertanggung jawab adalah orang yang menyebarkan fitnah, yaitu Samiri. Musa berkata kepada Samiri dalam keadaan api kemarahannya belum juga padam:

"Berkata Musa: 'Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?" (QS. Thaha: 95)


Musa bertanya kepadanya tentang kisahnya dan ia ingin mengetahui langsung darinya apa yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. Samiri menjawab:

"Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya." (QS. Thaha: 96)


Aku melihat Jibril saat ia menunggangi kudanya, dan setiap kali ia meletakkan kakinya di atas sesuatu maka terjadilah kehidupan padanya:

"Maka aku mengambil segenggam dari jejak rasul." (QS. Thaha: 96)


Aku mengambil segenggam tanah yang dilewati oleh Jibril lalu aku meletakkannya di atas emas:

"Lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku." (QS. Thaha: 96)


Demikianlah apa yang aku lakukan. Musa tidak mempersoalkannya; Musa tidak mempersoalkan pengakuan Samiri tetapi ia justru mempersoalkan mengapa Samiri
menentang kebenaran. Adalah hal yang tidak penting bagi Samiri untuk melihat Jibril lalu ia mengambil bekas tanahnya; adalah hal yang tidak penting bahwa anak sapi itu tercipta dari tanah yang dilalui dari kuda Jibril. Yang penting adalah, bahwa Samiri telah melakukan kejahatan dan menyebarkan fitnah di tengah-tengah kaum Nabi Musa. Dengan ciptaannya itu, ia mendorong kaum Nabi Musa untuk merasa kagum dengan para tokoh-tokoh Mesir dan ia meniru para tokoh itu dalam menyembah berhala. Ini adalah kejahatan yang dengannya Musa ingin menghukum Samiri:

"Berkata Musa: 'Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan dunia ini (hanya dapat) mengatakan: 'Janganlah menyentuh (aku). Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidah dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).'" (QS. Thaha: 97)



Nabi Musa menjatuhkan hukuman kepada Samiri dalam bentuk mengasingkannya di dunia. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Musa berdoa agar Samiri tidak disentuh oleh seorang pun. Melaiui fitnah yang ditimbulkannya, Samiri ingin menyesatkan Bani Israil dan mendorong mereka untuk menyembah apa yang diciptakannya. Dan, sekarang ia menerima siksaan yang sesuai dengan kejahatannya. Samiri merasakan kesendirian dan dibuang dari kaumnya. Apakah Samiri sakit dengan suatu penyakit kulit yang mengerikan sehingga manusia menjauhinya dan tidak mau menyentuhnya, bahkan untuk mendekatinya pun mereka tidak mau? Kita tidak mengetahui apa yang terjadi padanya sehingga ia terasing dari kaumnya. Yang kita ketahui adalah, bahwa Musa telah menjatuhkan hukuman yang berat baginya. Barangkali pembunuhan lebih mudah baginya daripada menanggung beban berat siksaannya itu. Samiri hidup dalam keadaan terasing dan terhina. Tidak ada satu makhluk pun yang mendekatinya. Ini adalah siksaan di dunia dan siksaan di hari kiamat adalah siksaan yang kedua yang lebih dahsyat.


Setelah mengurus dan mengadili Samiri, Musa bangkit menuju anak sapi yang terbuat dari emas. Beliau mengambilnya dan melemparkannya ke api. Musa tidak hanya menghancurkannya di hadapan kaum yang membisu, bahkan beliau membuangnya ke laut. Tuhan yang mereka sembah kini menjadi abu yang bertebaran. Kemudian Musa mengangkat suaranya yang menggelegar:

"Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah, yang tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu." (QS.Thaha: 98)


Allah-lah Tuhan kalian, bukan patung itu yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan mudarat bagi dirinya. Setelah Nabi Musa menghancurkan patung itu, beliau menoleh kepada kaumnya. Nabi Musa telah memberitahu kaumnya bahwa mereka telah menganiaya diri mereka sendiri. Nabi Musa menyarankan kepada para penyembah berhala untuk bertaubat. Nabi Musa memberitahukan bahwa siapa pun yang mengikuti anak sapi tersebut maka ia harus dibunuh.




Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.'" (QS. al-Baqarah: 54)


Hukuman yang ditetapkan oleh Musa atas para penyembah anak sapi sangat mengerikan, namun itu setimpal dengan kejahatan mereka. Menyembah berhala adalah usaha untuk mematikan akal. Dengan akal, manusia memiliki keistimewaan yang tidak terdapat pada makhluk-makhluk lainnya. Karena kejahatan itu sangat luar biasa, yaitu kejahatan yang berupa usaha mematikan fungsi akal maka hukumannya pun harus berat. Kemudian datanglah rahmat Allah SWT dan Dia menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah SWT Maha menerima taubat dan Maha Pengasih.


Akhirnya, kemarahan Musa mulai mereda. Coba Anda renungkan ungkapan Al-Qur'an al-Karim yang menggambarkan kemarahan Musa dalam bentuk yang realistis: bagaimana Musa meletakkan papan Taurat, dan bagaimana dia memegang janggut saudaranya dan kepalanya dan diakhiri dengan pembuangan atau penghancuran anak sapi di lautan serta keputusannya untuk membunuh orang-orang yang menjadikannya sebagai tuhan. Alhasil, kemarahan Musa mulai mereda; kemarahan Musa adalah kemarahan karena Allah SWT. Itu adalah kemarahan yang paling tinggi dan layak untuk mendapatkan kehormatan. Ketika kemarahannya hilang, Musa ingat tugas utamanya, yaitu bahwa ia meletakkan papan-papan Taurat. Musa kembali mengambil papan-papan itu dan terus berdakwah di jalan Allah SWT...
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 8-1-2006 02:00 PM | Show all posts
Mereka ingin Melihat Tuhan!




Kitab Keluaran (Exodus):

33:9 Apabila Musa masuk ke dalam kemah itu, turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah dan berbicaralah TUHAN dengan Musa di sana.

33:10 Setelah seluruh bangsa itu melihat, bahwa tiang awan berhenti di pintu kemah, maka mereka bangun dan sujud menyembah, masing-masing di pintu kemahnya.

33:11 Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu.

33:12 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Memang Engkau berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa ini berangkat, tetapi Engkau tidak memberitahukan kepadaku, siapa yang akan Kauutus bersama-sama dengan aku. Namun demikian Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapan-Ku.

33:13 Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu."

33:14 Lalu Ia berfirman: "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu."

33:15 Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.

33:16 Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?"

33:17 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau."

33:18 Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku."

33:19 Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."

33:20 Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup."

33:21 Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu;

33:22 apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat.

33:23 Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."

34:27 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel."

34:28 Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.

34:29 Ketika Musa turun dari gunung Sinai--kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu--tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN.

34:30 Ketika Harun dan segala orang Israel melihat Musa, tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka mendekati dia.

34:31 Tetapi Musa memanggil mereka, maka Harun dan segala pemimpin jemaah itu berbalik kepadanya dan Musa berbicara kepada mereka.

34:32 Sesudah itu mendekatlah segala orang Israel, lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah yang diucapkan TUHAN kepadanya di atas gunung Sinai.

34:33 Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya.

34:34 Tetapi apabila Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya.

34:35 Apabila orang Israel melihat muka Musa, bahwa kulit muka Musa bercahaya, maka Musa menyelubungi mukanya kembali sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan TUHAN.





Kitab Ulangan (Deuteronomy) :

5:23 "Ketika kamu mendengar suara itu dari tengah-tengah gelap gulita, sementara gunung itu menyala, maka kamu, yakni semua kepala sukumu dan para tua-tuamu, mendekati aku,

5:24 dan berkata: Sesungguhnya, TUHAN, Allah kita, telah memperlihatkan kepada kita kemuliaan dan kebesaran-Nya, dan suara-Nya telah kita dengar dari tengah-tengah api. Pada hari ini telah kami lihat, bahwa Allah berbicara dengan manusia dan manusia itu tetap hidup.

5:25 Tetapi sekarang, mengapa kami harus mati? Sebab api yang besar ini akan menghanguskan kami. Apabila kami lebih lama lagi mendengar suara TUHAN, Allah kita, kami akan mati.

5:26 Sebab makhluk manakah yang telah mendengar suara dari Allah yang hidup yang berbicara dari tengah-tengah api, seperti kami dan tetap hidup?

5:27 Mendekatlah engkau dan dengarkanlah segala yang difirmankan TUHAN, Allah kita, dan engkaulah yang mengatakan kepada kami segala yang difirmankan kepadamu oleh TUHAN, Allah kita, maka kami akan mendengar dan melakukannya.

5:28 Ketika TUHAN mendengar perkataanmu itu, sedang kamu mengatakannya kepadaku, maka berfirmanlah TUHAN kepadaku: Telah Kudengar perkataan bangsa ini yang dikatakan mereka kepadamu. Segala yang dikatakan mereka itu baik.

5:29 Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya!

5:30 Pergilah, katakanlah kepada mereka: Kembalilah ke kemahmu.

5:31 Tetapi engkau, berdirilah di sini bersama-sama dengan Aku, maka Aku hendak mengatakan kepadamu segenap perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang harus kauajarkan kepada mereka, supaya mereka melakukannya di negeri yang Kuberikan kepada mereka untuk dimiliki.

5:32 Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.

5:33 Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut umurmu di negeri yang akan kamu duduki."
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 8-1-2006 02:08 PM | Show all posts
Mereka ingin melihat Tuhan!



Al A'raf:

[155] Dan Nabi Musa memilih tujuh puluh orang lelaki dari kaumnya (untuk di bawa bersama ke Gunung Tursina) pada waktu yang telah kami tentukan. Maka ketika mereka digegar oleh gempa, Nabi Musa merayu dengan berkata: Wahai Tuhanku! Jika Engkau kehendaki, Engkau boleh binasakan mereka bersama-sama denganku sebelum ini. Adakah Engkau hendak membinasakan kami disebabkan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang bodoh di antara kami? (Apa yang mereka telah lakukan) itu hanyalah cubaanMu. Dengan cubaan itu Engkau sesatkan sesiapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada sesiapa yang Engkau kehendaki. Engkau jualah Pelindung kami; oleh itu ampunkanlah kami dan berilah rahmat kepada kami, kerana Engkau jualah sebaik-baik Pemberi ampun.

[156] Dan tetapkanlah untuk Kami kebaikan dalam dunia ini dan juga di akhirat, sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepadaMu. Allah berfirman: AzabKu akan Aku timpakan kepada sesiapa yang Aku kehendaki dan rahmatKu meliputi tiap-tiap sesuatu; maka Aku akan menentukannya bagi orang-orang yang bertakwa dan yang memberi zakat, serta orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.

[157] Iaitu orang-orang yang mengikut Rasulullah (Muhammad s.a.w) Nabi yang Ummi, yang mereka dapati tertulis (namanya dan sifat-sifatnya) di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka. Dia menyuruh mereka dengan perkara-perkara yang baik dan melarang mereka daripada melakukan perkara-perkara yang keji dan dia menghalalkan bagi mereka segala benda yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala benda yang buruk dan dia juga menghapuskan dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, dan memuliakannya, juga menolongnya, serta mengikut nur (cahaya) yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang yang berjaya.

171] Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika Kami mengangkat gunung (Tursina) ke atas mereka (Bani Israil) seolah-olah gunung itu awan (yang menaungi mereka) dan mereka yakin bahawa gunung itu akan jatuh menimpa mereka, (sambil Kami berfirman kepada mereka): Terimalah dengan bersungguh-sungguh (Kitab Taurat) yang telah Kami berikan kepada kamu dan ingatlah (amalkanlah) apa yang terkandung di dalamnya, supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa



Al Baqarah:

55] Dan (kenangkanlah) ketika kamu berkata: Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sehingga kami dapat melihat Allah dengan terang (dengan mata kepala kami). Maka kerana itu kamu disambar petir, sedang kamu semua melihatnya.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 8-1-2006 09:53 PM | Show all posts
Mereka ingin melihat Tuhan!




Keterlaluan, bahwa kaum Nabi Musa mencoba menawar-nawar kebenaran. Mereka mengatakan: "Sebarkanlah kepada kami isi papan-papan itu, jika perintahnya dan larangannya mudah maka kami akan menerimanya."
Musa berkata: "Kalian harus menerima apa saja yang ada di dalamnya."
Kemudian mereka terus melakukan tawar-menawar.

Akhirnya, Allah SWT memerintahkan para malaikatnya untuk mengangkat gunung di atas kepala mereka hingga gunung itu seakan-akan menjadi awan yang menyelimuti mereka. Dikatakan kepada mereka: jika kalian tidak menerima apa saja yang di dalamnya maka gunung itu akan menimpa kalian. Mendengar ancaman itu, mereka pun menerimanya. Lalu mereka diperintahkan untuk sujud dan mereka pun sujud. Mereka meletakkan pipi mereka di atas tanah. Mereka mulai melihat gunung dengan penuh ketakutan.


Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka (dan Kami katakan kepada mereka): 'Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.'" (Al-A'raf: 171)


Demikianlah bahwa kaum Nabi Musa tidak serta merta berserah diri kecuali pada saat-saat kritis di mana mukjizat luar biasa mampu menakutkan mereka dan menggetarkan hati mereka sehingga mereka sujud secara terpaksa. Manusia pada saat itu terpaksa beriman karena berhadapan dengan "tongkat Ilahi". Hal yang demikian ini biasanya berlaku kepada anak-akan kecil dan pada saat manusia kehilangan kesadaran dan kematangan yang cukup sehingga akalnya tidak berfungsi secara sehat.


Barangkali di sini kami ingin untuk kesekian kalinya mengemukakan keadaan kaum Nabi Musa. Mereka tidak begitu saja puas dengan mukjizat yang luar biasa. Kaum Nabi Musa telah terdidik di bawah kehinaan dan penindasan sehingga mereka kehilangan nilai-nilai kemanusiaan mereka dan fitrah mereka telah tercemar. Kehinaaan yang telah tertanam dalam jiwa mereka dan mereka telah terbiasa dengannya menyebabkan mereka tidak mudah untuk diajak menuju kebaikan, kecuali jika mereka telah mendapatkan tekanan atau kekerasan.


Dahulu mereka terbiasa untuk menta'ati para tokoh mereka setelah mereka ditekan maka sekarang ketika mereka berhadapan dengan tokoh mereka yang baru, yaitu keimanan, mereka pun harus digiring dengan menggunakan bahasa kekerasan. Kejahatan penyembahan anak sapi bukan tidak membawa pengaruh apa-apa. Musa memerintahkan kepada ulama Bani Israil dan orang-orang baik di antara mereka untuk meminta ampun kepada Allah SWT dan bertaubat kepadanya. Musa memilih tujuh puluh laki-laki di antara mereka yang paling baik sambil berkata: "Pergilah kalian menuju Allah SWT dan bertaubatlah kepada-Nya atas apa saja yang kalian lakukan. Berpuasalah kalian, sucikanlah jiwa kalian, dan bersihkanlah pakaian kalian."


Musa keluar bersama tujuh puluh orang-orang yang terpilih itu untuk memenuhi perjumpaan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Musa mendekati gunung, dan tiba-tiba sekawanan awan menyelimuti gunung. Musa masuk ke dalam awan dan berkata kepada kaum: "Mendekatlah, mendekatlah." Allah SWT berbicara kepada Musa.


Setiap kali Musa berbicara dengan Allah SWT maka tampak di atas dahinya suatu cahaya yang bersinar. Tidak ada seorang pun dari manusia yang dapat melihatnya. Diletakkan suatu tabir (penutup) di sekeliling Musa saat ia berbicara kepada Tuhannya. Tujuh puluh orang yang dipilih oleh Musa itu mendengar percakapan antara Musa dan Tuhannya. Barangkali mukjizat yang seperti ini seharusnya menjadi mukjizat yang terakhir yang cukup dapat membangkitkan keimanan di dalam hati sepanjang kehidupan, namun ketujuh puluh orang yang dipilih itu tidak cukup dengan apa yang mereka dengar dari mukjizat itu. Mereka justru meminta agar dapat melihat Allah SWT. Mereka mengatakan: "Kami telah mendengar dan kami ingin melihat."


Dengan nada bodoh, mereka berkata:

"Wahai Musa, kami tidak ingin beriman kepadamu sehingga kami melihat Allah dengan terang-terangan. "(AI-Baqarah: 55)


Ini adalah tragedi yang sangat menghairankan; suatu tragedi yang menunjukkan kekerasan hati dan ketergantungannya terhadap materi atau fisik. Permintaan yang menunjukkan sikap keras kepala ini cukup sebagai syarat untuk datangnya siksaan yang mengerikan. Kemudian mereka disiksa dengan suara yang menggelegar yang menghancurkan roh dan jasad. Mereka pun mati. Musa mengetahui apa yang terjadi dengan tujuh puluh orang yang terpilih tersebut sehingga hatinya merasa sedih dan ia berdoa kepada Tuhannya agar mengampuni mereka dan merahmati mereka serta tidak menyiksa mereka karena kesalahan orang-orang yang bodoh di antara mereka.


Permintaan mereka agar dapat melihat Allah SWT adalah menunjukkan kebodohan mereka yang luar biasa; suatu kebodohan yang harus dibayar mahal, yaitu dengan kematian.


Seorang nabi terkadang memohon untuk melihat Tuhan-Nya, seperti yang dilakukan oleh Nabi Musa. Meskipun permintaan itu bertitik tolak dari sumber cinta yang dalam yang sulit untuk digambarkan, yang dapat dibenarkan dengan logika yang khusus, namun permintaan untuk melihat Tuhan tetap dianggap sebagai tindakan yang melampaui batas yang karenanya Musa "dihukum" dengan pingsan. Anda dapat membayangkan bagaimana jika permintaan tersebut berasal dari manusia-manusia yang salah; manusia-manusia yang ketika ingin melihat Tuhan, mereka menentukan tempatnya dan waktunya, bahkan mereka mensyaratkan agar penglihatan ini terjadi dengan jelas atau terang-terangan. Mereka adalah manusia yang menggantungkan keimanan mereka berdasarkan penglihatan ini, padahal mereka telah menyaksikan berbagai macam mukjizat dan tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Bukankah ini adalah kebodohan yang besar? Nabi Musa berdiri dan berdoa kepada Tuhannya dan meminta belas kasih-Nya dan ridha-Nya.


Allah SWT berfirman:

"Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketiha mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: 'Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan ahu setelah ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya. Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau.'" (Al-A'raf: 155-156)



Demikianlah kalimat-kalimat Musa kepada Tuhannya saat ia berdoa kepada-Nya untuk meminta belas kasih-Nya dan ridha-Nya. Allah SWT ridha kepada mereka dan mengampuni kaum Nabi Musa di mana Allah SWT menghidupkan mereka setelah kematian mereka. Orang-orang yang terpilih itu mendengar di saat-saat yang mengagumkan ini dari sejarah kehidupan sampai berita kedatangan Muhammad bin Abdilah saaw.


"Allah berfirman:

'Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. '(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati yang tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka untuk mengerjakan makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan nwnghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al-A'raf: 156-157)



Kita akan memperhatikan metode hubungan antara masa sekarang dan masa yang lalu dalam ayat tersebut. Allah SWT melampaui waktu dialog bersama rasul dalam ayat-ayat tersebut pada dua waktu yang dahulu, yaitu turunnya Taurat dan turunnya Injil untuk menetapkan bahwa Allah SWT membawa berita gembira dengan kedatangan Nabi Muhammad saaw dalam dua kitab yang mulia itu. Kami kira bahwa berita gembira ini datang pada hari di mana Musa mendatangkan tujuh puluh orang dari kaumnya, yaitu para ulama Bani Israil dan orang-orang yang mulia di antara mereka untuk menemui Tuhannya. Pada hari yang penting ini disertai dengan mukjizat-mukjizatnya yang besar ditetapkanlah suatu kabar gembira dengan datangnya Nabi yang terakhir.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 11-1-2006 05:42 PM | Show all posts
Kes Sapi Betina




Telah termaktub di dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy) 21 ayat 1 hingga 9, hukum2 yang telah dijatuhkan atas umat Israel setelah terjadinya kes pembunuhan dikalangan mereka.


Kitab Ulangan :

21:1 "Apabila di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milikmu, terdapat seorang yang mati terbunuh di padang, dengan tidak diketahui siapa yang membunuhnya,

21:2 maka haruslah para tua-tuamu dan para hakimmu keluar mengukur jarak ke kota-kota yang di sekeliling orang yang terbunuh itu.

21:3 Kota yang ternyata paling dekat dengan tempat orang yang terbunuh itu, para tua-tua kota itulah harus mengambil seekor lembu betina yang muda, yang belum pernah dipakai, yang belum pernah menghela dengan kuk.

21:4 Para tua-tua kota itu haruslah membawa lembu muda itu ke suatu lembah yang selalu berair dan yang belum pernah dikerjakan atau ditaburi, dan di sana di lembah itu haruslah mereka mematahkan batang leher lembu muda itu.

21:5 Imam-imam bani Lewi haruslah tampil ke depan, sebab merekalah yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk melayani Dia dan untuk memberi berkat demi nama TUHAN; menurut putusan merekalah setiap perkara dan setiap hal luka-melukai harus diselesaikan.

21:6 Dan semua tua-tua dari kota yang paling dekat dengan tempat orang yang terbunuh itu, haruslah membasuh tangannya di atas lembu muda yang batang lehernya dipatahkan di lembah itu,

21:7 dan mereka harus memberi pernyataan dengan mengatakan: Tangan kami tidak mencurahkan darah ini dan mata kami tidak melihatnya.

21:8 Adakanlah pendamaian bagi umat-Mu Israel yang telah Kautebus itu, TUHAN, dan janganlah timpakan darah orang yang tidak bersalah ke tengah-tengah umat-Mu Israel. Maka karena darah itu telah diadakan pendamaian bagi mereka.

21:9 Demikianlah engkau harus menghapuskan darah orang yang tidak bersalah itu dari tengah-tengahmu, sebab dengan demikian engkau melakukan apa yang benar di mata TUHAN."




Inilah sebabnya Allah SWT telah meletakkan hukum itu terhadap bani Israel.....,

Al Baqarah:

67. Dan (ingatlah), ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh supaya kamu menyembelih seekor lembu betina". Mereka berkata: "Adakah engkau hendak menjadikan kami ini permainan?" Nabi Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah daripada menjadi salah seorang dari golongan yang jahil ".

68. Mereka berkata pula: "Berdoalah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya diterangkanNya kepada kami bagaimana (sifat-sifat) lembu itu?" Nabi Musa menjawab: "Bahawasanya Allah berfirman: Bahawa (lembu betina) itu ialah seekor lembu yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, pertengahan (umurnya) di antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada kamu melakukannya".

69. Mereka berkata lagi: "Pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya diterangkanNya kepada kami apa warnanya?" Nabi Musa menjawab: "Bahawasanya Allah berfirman: Bahawa (lembu betina) itu ialah seekor lembu kuning, kuning tua warnanya, lagi menyukakan orang-orang yang melihatnya".

70. Mereka berkata lagi: "Pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya diterangkanNya kepada kami lembu betina yang mana satu? Kerana sesungguhnya lembu yang dikehendaki itu kesamaran kepada kami (susah kami memilihnya), dan kami insya Allah akan mendapat petunjuk ".


71. Nabi Musa menjawab: "Bahawasanya Allah berfirman: Sebenarnya (lembu yang dikehendaki itu) ialah lembu betina yang tidak pernah digunakan untuk membajak tanah (sawah bendang), dan tidak pula (digunakan mengangkut air) untuk menyiram tanaman; ia juga tidak cacat dan tidak ada belang pada warnanya". Mereka berkata: "Sekarang baharulah engkau dapat menerangkan sifat-sifatnya yang sebenar". Maka mereka pun menyembelih lembu yang tersebut, dan hampir-hampir mereka tidak dapat menunaikan (perintah Allah) itu.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 11-1-2006 05:46 PM | Show all posts
Nabi Musa dengan Sapi Betina




Musa senantiasa mendoakan kaumnya kepada Allah SWT. Tampak bahwa jiwa mereka dipenuhi dengan sikap pembangkangan dan keras kepala. Sifat itu semakin nyata ketika kita mengetahui cerita tentang anak sapi atau kes tentang sapi. Dalam peristiwa itu, kita disodorkan dengan berbagai perundingan yang tidak perlu antara mereka dan Nabi Musa. Semua itu berasal dari sikap keras kepala. Asal-muasal kisah sapi itu adalah, pada suatu hari ditemukan seorang kaya terbunuh di tengah-tengah Bani Israil. Kemudian terjadilah kekecohan di antara keluarganya karena mereka tidak mengetahui siapa pembunuhnya. Masalah ini cukup memeningkan mereka sehingga mereka menemui Musa. Tampaknya lelaki yang terbunuh ini memiliki tempat yang istimewa di kalangan Bani Israil. Misteri pembunuhannya akan mendatangkan fitnah di tengah-tengah mereka. Oleh karena itu, Bani Israil mendatangi Musa dan memohon kepada Musa untuk meminta petunjuk kepada Tuhannya.


Musa pun meminta petunjuk kepada Tuhannya, lalu Allah SWT memerintahkannya agar menyuruh kaumnya untuk menyembelih sapi. Asalnya ditetapkan bahwa kaum Nabi Musa diperintahkan untuk menyembelih sapi yang pertama kali mereka temui, tetapi karena sikap keras kepala mereka, mereka mulai melakukan tawar-menawar dan berunding dengan Musa. Mereka menuduh bahwa Musa mengejek mereka dan tidak serius dengan masalah yang mereka hadapi. Musa berlindung kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya agar jangan sampai digolongkan bersama orang-orang yang bodoh, apalagi bermaksud mengejek mereka. Musa berusaha memberikan pengertian kepada mereka bahwa kunci dari masalah itu dapat diselesaikan dengan penyembelihan sapi. Masalahnya di sini adalah masalah mukjizat yang tidak berhubungan dengan sesuatu yang biasa terjadi dalam kehidupan atau sesuatu yang biasa dilakukan oleh manusia. Tidak ada hubungan antara penyembelihan sapi dan usaha mengetahui pembunuh. Mukjizat yang luar biasa merupakan kunci dan senjata yang biasa berlaku dalam kehidupan Bani Israil. Oleh karena itu, penyelesaian kasus tersebut dengan cara menyembelih sapi seharusnya tidak menimbulkan gejolak dan kegelisahan. Tapi, Bani Israil adalah Bani Israil. Seringkali pergaulan dan hubungan dengan mereka berakhir dengan sikap pembangkangan. baik berkenaan dengan masalah kehidupan biasa sehari-sehari maupun yang terkait dengan masalah akidah yang penting.


Musa menghadapi berbagai bentuk ujian dan tuduhan dari Bani Israil. Musa berusaha memberi pengertian kepada mereka bahwa beliau serius untuk menyelesaikan masalah mereka dan tidak bermaksud mempermainkan mereka. Musa kembali menegaskan bahwa untuk menyelesaikan hal itu mereka harus menyembelih sapi. Perangai khas Bani Israil muncul lagi. Mereka bertanya, adakah itu sapi yang biasa sebagaimana yang mereka temui ataukah ia ciptaan yang lain yang memiliki keistimewaan. Mereka mengharap Musa agar meminta petunjuk kepada Tuhannya sehing-ga hal tersebut menjadi jelas bagi mereka.

Musa berdoa kepada Tuhannya. Kemudian mereka mendapatkan kesulitan di mana sapi yang seharusnya mudah mereka dapati, kini mereka mendapatkan kriteria sapi yang sangat rumit, yaitu sapi yang tidak tua dan tidak muda, yakni yang sedang-sedang saja. Demikianlah ketetapan Ilahi itu. Tetapi lagi-lagi perundingan masih berlangsung. Lalu mereka mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang aneh: apa warna sapi ini, mengapa Musa tidak berdoa kepada Tuhannya dan menjelaskan warna sapi ini. Beginilah, mereka tidak menunjukkan sikap sopan dan hormat kepada Allah SWT dan kepada nabi-Nya yang mulia. Seharusnya mereka patuh terhadap perintah itu dan tidak bertanya yang macam-macam, namun mereka justru mempersoalkan masalah yang sederhana ini dengan sikap penentangan dan keras kepala.

Lagi-lagi Musa bertanya kepada Tuhannya dan memberitahu tentang warna sapi yang dimaksud. Musa mengatakan bahwa sapi itu berwarna kuning yang warnanya mengundang kekaguman orang yang melihatnya. Demikianlah sifat sapi itu ditentukan di mana ia berwarna kuning yang warnanya agak kemerah-merahan. Meskipun masalah ini sudah sangat jelas, mereka kembali menunjukkan sikap pembangkangan dan keras kepala. Maka Allah SWT pun memperketat syarat sapi itu sebagaimana mereka berusaha untuk menyakiti hati Nabi Musa. Mereka kembali bertanya kepada Nabi Musa dan meminta kepadanya agar berdoa kepada Tuhannya dan meminta penjelasan tentang hakikat sapi itu, karena bagi mereka sapi itu masih samar. Musa memberitahu mereka bahwa sapi itu tidak digunakan untuk membajak sawah atau untuk memberi minum; ia sapi yang sehat dan tidak cacat; dan sapi itu benar-benar berwarna kuning. Berakhirlah sikap pembangkangan mereka. Mereka mulai mencari sapi yang dimaksud yang memiliki sifat yang khusus ini.

Akhirnya, mereka menemukan sapi itu yang dimiliki oleh seorang anak yatim. Lalu mereka membelinya dan menyembelihnya.

Musa memegang ekor sapi itu lalu memukulkannya kepada orang yang terbunuh. Tiba-tiba, orang itu bangkit dari kematiannya. Musa bertanya padanya tentang siapa yang membunuhnya. Lalu ia pun menceritakan siapa yang membunuhnya dan ia mati lagi. Bani Israil menyaksikan mukjizat penghidupan orang yang mati itu. Mereka mendengarkan dengan telinga mereka sendiri nama si pembunuh. Akhirnya, misteri pembunuhan itu tersingkap.

Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.' Mereka berkata: 'Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?' Musa menjawab: Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.' Mereka menjawab: 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?' Musa menjawab: 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.' Mereka berkata: 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya.' Alusa menjawab: 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.' Mereka berkata: 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu). Musa berkata: 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.' Mereka berkata: 'Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.' Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seorang manu-sia lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu. Dan Allah menyingkirkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman: 'Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu!' Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." (QS. al-Baqarah: 67-73)


Kami ingin menarik perhatian pembaca kepada sikap kurang ajarnya kaum itu kepada nabi mereka dan Tuhan mereka. Dan barangkali konteks Al-Qur'an menyinggung hal itu dengan cara menunjukkan pengulangan kata rabbuka]/i] (Tuhanmu) yang mereka gunakan saat berbicara dengan Musa. Seharusnya ketika mereka berbicara dengan Musa梥ebagai bentuk sopan santun梞ereka mengatakan: Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhan kami, atau mereka berkata kepadanya: Berdoalah bagi kami kepada Tuhanmu. Dengan kata tersebut, seakan-akan keyakinan kepada ketuhanan hanya dipercaya oleh Musa sedangkan mereka keluar dari kemu-liaan penghambaan kepada Allah SWT. Perhatikanlah ayat-ayat tersebut, bagaimana ia mengisyaratkan hal ini. Kemudian renung-kanlah ejekan mereka ketika mereka mengatakan: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya. "


Setelah mereka menyulitkan dan membuat Nabi mereka letih saat mondar-mandir antara menemui mereka dan menemui Allah SWT, setelah mereka membuat Nabi mereka jengkel dengan per-tanyaan sekitar sifat sapi, warnanya, usianya, dan tanda-tanda khu-susnya; setelah sikap keras kepala mereka dan pembangkangan mereka terhadap perintah Allah SWT, mereka berkata kepada Nabi mereka梜etika beliau membawa kepada mereka sesuatu yang jarang sekali ditemukan, "Sekarang barulah kamu meneranghan hakikat sapi betina yang sebenarnya. "

Seakan-akan Nabi Musa sebelumnya bermain-main dengan mereka dan tidak serius, dan seolah-olah apa yang beliau katakan sebelumnya tidak menunjukkan kebenaran sedikit pun. Kemudian lihatlah konteks ayat tersebut yang menunjukkan kelaliman mereka: "Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu."
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 11-1-2006 05:48 PM | Show all posts
sambungan........



Tidakkah ayat tersebut menunjukkan kepada Anda akan sikap keras kepala mereka dan usaha mereka memperlambat atau menunda perintah Allah SWT Demikianlah sikap Bani Israil di atas meja perundingan; demikianlah cara mereka berunding dengan Nabi mereka yang mulia, yaitu Musa. Musa mendapatkan perlakuan yang keras dan perlakuan tidak sopan dari kaumnya. Nabi Musa menahan beban penderitaan yang berat saat beliau berdakwah di jalan Tuhannya. Barangkali masalah utama yang dialami Nabi Musa adalah, bahwa beliau diutus di tengah-tengah kaum yang cukup lama merasakan dan menikmati kehinaan; cukup lama mereka hidup di bawah pengekangan dan belenggu kebodohan. Mereka belum pernah merasakan aroma kebebasan. Mereka cukup lama menyembah berhala. Bani Israil telah menyiksa Musa dengan siksaan yang berat, di mana siksaan itu tidak hanya berkisar pada penentangan dan sikap kebodohan serta penyembahan berhala, bahkan mereka pun tidak segan-segan menyakiti pribadi Musa.

Allah SWT berfirman dalam surah al-Ahzab:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." (QS. al-Ahzab: 69)[/color
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 16-1-2006 12:28 AM | Show all posts
Kisah Nabi Musa dengan Nabi Khidir..



Salah satu kisah Al-Qur'an yang sangat mengagumkan dan dipenuhi dengan misteri adalah, kisah seseorang hamba yang Allah SWT memberinya rahmat dari sisi-Nya dan mengajarinya ilmu. Kisah tersebut terdapat dalam surah al-Kahfi di mana ayat-ayatnya dimulai dengan cerita Nabi Musa, yaitu:

"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: 'Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan-jalan sampai bertahun-tahun." (QS. al-Kahfi: 60)

Kalimat yang samar menunjukkan bahwa Musa telah bertekad untuk meneruskan perjalanan selama waktu yang cukup lama kecuali jika beliau mampu mencapai majma' al-Bahrain (pertemuan dua buah lautan). Di sana terdapat suatu perjanjian penting yang dinanti-nanti oleh Musa ketika beliau sampai di majma' al-Bahrain. Anda dapat merenungkan betapa tempat itu sangat misterius dan samar. Para musafir telah merasakan keletihan dalam waktu yang lama untuk mengetahui hakikat tempat ini. Ada yang mengatakan bahwa tempat itu adalah laut Persia dan Romawi. Ada yang mengatakan lagi bahwa itu adalah laut Jordan atau Kulzum. Ada yang mengatakan juga bahwa itu berada di Thanjah. Ada yang berpendapat, itu terletak di Afrika. Ada lagi yang mengatakan bahwa itu adalah laut Andalus. Tetapi mereka tidak dapat menunjukkan bukti yang kuat dari tempat-tempat itu.

Seandainya tempat itu harus disebutkan niscaya Allah SWT akan rnenyebutkannya. Namun Al-Qur'an al-Karim sengaja menyembunyikan tempat itu, sebagaimana Al-Qur'an tidak menyebutkan bila itu terjadi. Begitu juga, Al-Qur'an tidak menyebutkan nama-nama orang-orang yang terdapat dalam kisah itu karena adanya hikmah yang tinggi yang kita tidak mengetahuinya. Kisah tersebut berhubungan dengan suatu ilmu yang tidak kita miliki, karena biasanya ilmu yang kita kuasai berkaitan dengan sebab-sebab tertentu. Dan tidak juga ia berkaitan dengan ilmu para nabi karena biasanya ilmu para nabi berdasarkan wahyu. Kita sekarang berhadapan dengan suatu ilmu dari suatu hakikat yang samar; ilmu yang berkaitan dengan takdir yang sangat tinggi; ilmu yang dipenuhi dengan rangkaian tabir yang tebal.


Di samping itu, tempat pertemuan dan waktunya antara hamba yang mulia ini dan Musa juga tidak kita ketahui. Demikianlah kisah itu terjadi tanpa memberitahu kita bila terjadi dan di tempat mana. Al-Qur'an sengaja menyembunyikan hal itu, bahkan Al-Qur'an sengaja menyembunyikan pahlawan dari kisah ini. Allah SWT mengisyaratkan hal tersebut dalam firman-Nya:

"Seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (QS. al-Kahfi: 65)

Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan siapa nama hamba yang dimaksud, yaitu seorang hamba yang dicari oleh Musa agar ia dapat belajar darinya. Nabi Musa adalah seseorang yang diajak berbicara langsung oleh Allah SWT dan ia salah seorang ulul azmi dari para rasul. Beliau adalah pemilik mukjizat tongkat dan tangan yang bercahaya dan seorang Nabi yang Taurat diturunkan kepadanya tanpa melalui perantara. Namun dalam kisah ini, beliau menjadi seorang pencari ilmu yang sederhana yang harus belajar kepada gurunya dan menahan penderitaan di tengah-tengah belajarnya itu. Lalu, siapakah gurunya atau pengajarnya? Pengajarnya adalah seorang hamba yang tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur'an meskipun dalam hadis yang suci disebutkan bahwa ia adalah Nabi Khidir as.


Musa berjalan bersama hamba yang menerima ilmunya dari Allah SWT tanpa sebab-sebab penerimaan ilmu yang biasa kita ketahui. Mula-mula Nabi Khidir menolak ditemani oleh Musa. Nabi Khidir memberitahu Musa bahwa ia tidak akan mampu bersabar bersamanya. Akhirnya, Nabi Khidir mau ditemani oleh Musa tapi dengan syarat, hendaklah ia tidak bertanya tentang apa yang dilakukan Nabi Khidir sehingga Nabi Khidir menceritakan kepadanya. Nabi Khidir merupakan simbol ketenangan dan diam; ia tidak berbicara dan gerak-geriknya menimbulkan kegelisahan dan kebingungan dalam diri Musa. Sebahagian tindakan yang dilakukan oleh Nabi Khidir jelas-jelas dianggap sebagai kejahatan di mata Musa; sebahagian tindakan Nabi Khidir yang lain dianggap Musa sebagai hal yang tidak memiliki erti apa pun; dan tindakan yang lain justru membuat Musa bingung dan membuatnya menentang. Meskipun Musa memiliki ilmu yang tinggi dan kedudukan yang luar biasa namun beliau mendapati dirinya dalam keadaan kebingungan melihat perilaku hamba yang mendapatkan karunia ilmunya dari sisi Allah SWT.


Ilmu Musa yang berlandaskan syariat menjadi bingung ketika menghadapi ilmu hamba ini yang berlandaskan hakikat. Syariat merupakan bagian dari hakikat. Terkadang hakikat menjadi hal yang sangat samar sehingga para nabi pun sulit memahaminya. Awan tebal yang menyelimuti kisah ini dalam Al-Qur'an telah menurunkan hujan lebat yang darinya mazhab-mazhab sufi di dalam Islam menjadi segar dan tumbuh. Bahkan terdapat keyakinan yang menyatakan adanya hamba-hamba Allah SWT yang bukan termasuk nabi dan syuhada namun para nabi dan para syuhada "cemburu" dengan ilmu mereka. Keyakinan demikian ini timbul karena pengaruh kisah ini.


Para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan Nabi Khidir. Sebahagian mereka mengatakan bahwa ia seorang wali dari wali-wali Allah SWT. Sebagian lagi mengatakan bahwa ia seorang nabi. Terdapat banyak cerita bohong tentang kehidupan Khidir dan bagaimana keadaannya. Ada yang mengatakan bahwa ia akan hidup sampai hari kiamat. Yang jelas, kisah Khidir tidak dapat dibuktikan melalui nas-nas atau hadis-hadis yang dapat dipegang (otentik). Tetapi kami sendiri berpendapat bahwa beliau meninggal sebagaimana meninggalnya hamba-hamba Allah SWT yang lain. Sekarang, kita tinggal membahas kewaliannya dan kenabiannya. Tentu termasuk problem yang sangat rumit atau membingungkan. Kami akan menyampaikan kisahnya dari awal sebagaimana yang dikemukakan dalam Al-Qur'an.



Nabi Musa as berbicara di tengah-tengah Bani Israil. Ia mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT dan menceritakan kepada mereka tentang kebenaran. Pembicaraan Nabi Musa sangat komprehensif dan tepat. Setelah beliau menyampaikan pembicaraannya, salah seorang Bani Israil bertanya: "Apakah ada di muka bumi seseorang yang lebih alim darimu wahai Nabi Allah?" Dengan nada emosi, Musa menjawab: "Tidak ada."

Allah SWT tidak setuju dengan jawaban Musa. Lalu Allah SWT mengutus Jibril untuk bertanya kepadanya:
"Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui di mana Allah SWT meletakkan ilmu-Nya?"
Musa mengetahui bahwa ia terburu-buru mengambil suatu keputusan. Jibril kembali berkata kepadanya:
"Sesungguhnya Allah SWT mempunyai seorang hamba yang berada di majma' al-Bahrain yang ia lebih alim daripada kamu." Jiwa Nabi Musa yang mulia rindu untuk menambah ilmu, lalu timbullah keinginan dalam dirinya untuk pergi dan menemui hamba yang alim ini. Musa bertanya bagaimana ia dapat menemui orang alim itu. Kemudian ia mendapatkan perintah untuk pergi dan membawa ikan di keranjang. Ketika ikan itu hidup dan melompat ke lautan maka di tempat itulah Musa akan menemui hamba yang alim.


Akhirnya, Musa pergi guna mencari ilmu dan beliau ditemani oleh seorang pembantunya yang masih muda. Pemuda itu membawa ikan di keranjang. Kemudian mereka berdua pergi untuk mencari hamba yang alim dan saleh. Tempat yang mereka cari adalah tempat yang sangat samar dan masalah ini berkaitan dengan hidupnya ikan di keranjang dan kemudian ikan itu akan melompat ke laut. Namun Musa berkeinginan kuat untuk menemukan hamba yang alim ini walaupun beliau harus berjalan sangat jauh dan menempuh waktu yang lama.

Musa berkata kepada pembantunya: "Aku tidak memberimu tugas apa pun kecuali engkau memberitahuku di mana ikan itu akan berpisah denganmu." Pemuda atau pembantunya berkata: "Sungguh engkau hanya memberi aku tugas yang tidak terlalu berat." Kedua orang itu sampai di suatu batu di sisi laut. Musa tidak kuat lagi menahan rasa gantuk sedangkan pembantunya masih berupaya. Angin bergerak ke tepi lautan sehingga ikan itu bergerak dan hidup lalu melompat ke laut. Melompatnya ikan itu ke laut sebagai tanda yang diberitahukan Allah SWT kepada Musa tentang tempat pertemuannya dengan seseorang yang bijaksana yang mana Musa datang untuk belajar kepadanya. Musa bangkit dari tidurnya dan tidak mengetahui bahwa ikan yang dibawanya telah melompat ke laut sedangkan pembantunya lupa untuk menceritakan peristiwa yang terjadi. Lalu Musa bersama pemuda itu melanjutkan perjalanan dan mereka lupa terhadap ikan yang dibawanya. Kemudian Musa ingat pada makanannya dan ia telah merasakan keletihan. Ia berkata kepada pembantunya: "Coba bawalah kepada kami makanan siang kami, sungguh kami telah merasakan keletihan akibat dari perjalanan ini."
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 16-1-2006 12:32 AM | Show all posts
Kisah Nabi Musa dengan Nabi Khidir..




Pembantunya mulai ingat tentang apa yang terjadi. Ia pun mengingat bagaimana ikan itu melompat ke lautan. Ia segera menceritakan hal itu kepada Nabi Musa. Ia meminta maaf kepada Nabi Musa karena lupa menceritakan hal itu. Syaitan telah melupakannya. Keanehan apa pun yang menyertai peristiwa itu, yang jelas ikan itu memang benar-benar berjalan dan bergerak di lautan dengan suatu cara yang mengagumkan. Nabi Musa merasa gembira melihat ikan itu hidup kembali di lautan dan ia berkata: "Demikianlah yang kita inginkan." Melompatnya ikan itu ke lautan adalah sebagai tanda bahwa di tempat itulah mereka akan bertemu dengan seseorang lelaki yang alim. Nabi Musa dan pembantunya kembali dan menelusuri tempat yang dilaluinya sampai ke tempat yang di situ ikan yang dibawanya bergerak dan menuju ke lautan.


Perhatikanlah permulaan kisah: bagaimana Anda berhadapan dengan suatu kesamaran dan tabir yang tebal di mana ketika Anda menjumpai suatu tabir di depan Anda terpampang maka sebelum tabir itu tersingkap Anda harus berhadapan dengan tabir-tabir yang lain.

Akhirnya, Musa sampai di tempat di mana ikan itu melompat. Mereka berdua sampai di batu di mana keduanya tidur di dekat situ, lalu ikan yang mereka bawa keluar menuju laut. Di sanalah mereka mendapatkan seorang lelaki. Kami tidak mengetahui namanya, dan bagaimana bentuknya, dan bagaimana bajunya; kami pun tidak mengetahui usianya. Yang kita ketahui hanyalah gambaran dalam yang dijelaskan oleh Al-Qur'an:

"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahrnat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. "

Inilah aspek yang penting dalam kisah itu. Kisah itu terfokus pada sesuatu yang ada di dalam jiwa, bukan tertuju pada hal-hal yang bersifat fisik atau lahiriah. Allah SWT berfirman:

Al Kahfi:

61. Maka apabila mereka berdua sampai ke tempat pertemuan dua laut itu, lupalah mereka akan hal ikan mereka, lalu ikan itu menggelunsur menempuh jalannya di laut, yang merupakan lorong di bawah tanah.

62. Setelah mereka melampaui (tempat itu), berkatalah Nabi Musa kepada temannya: "Bawalah makan tengah hari kita sebenarnya kita telah mengalami penat lelah dalam perjalanan kita ini".

63. Temannya berkata: "Tahukah apa yang telah terjadi ketika kita berehat di batu besar itu? Sebenarnya aku lupakan hal ikan itu; dan tiadalah yang menyebabkan aku lupa daripada menyebutkan halnya kepadamu melainkan Syaitan; dan ikan itu telah menggelunsur menempuh jalannya di laut, dengan cara yang menakjubkan".

64. Nabi Musa berkata: "Itulah yang kita kehendaki "; merekapun balik semula ke situ, dengan menurut jejak mereka.

65. Lalu mereka dapati seorang dari hamba-hamba Kami yang telah kami kurniakan kepadanya rahmat dari Kami, dan Kami telah mengajarnya sejenis ilmu; dari sisi Kami.


Bukhari mengatakan bahwa Musa dan pembantunya menemukan Khidir di atas sajadah hijau di tengah-tengah lautan. Ketika Musa melihatnya, ia menyampaikan salam kepadanya.
Khidir berkata: "Apakah di bumimu ada salam? Siapa kamu?"
Musa menjawab: "Aku adalah Musa."
Khidir berkata: "Bukankah engkau Musa dari Bani Israil. Bagimu salam wahai Nabi dari Bani Israil."
Musa berkata: "Dari mana kamu mengenal saya?"
Khidir menjawab: "Sesungguhnya yang mengenalkan kamu kepadaku adalah juga yang memberitahu aku siapa kamu. Lalu, apa yang engkau inginkan wahai Musa?" Musa berkata dengan penuh kelembutan dan kesopanan: "Apakah aku dapat mengikutimu agar engkau dapat mengajariku sesuatu yang engkau telah memperoleh karunia dari-Nya."
Khidir berkata: "Tidakkah cukup di tanganmu Taurat dan bukankah engkau telah mendapatkan wahyu. Sungguh wahai Musa, jika engkau ingin mengikutiku engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku."


Kita ingin memperhatikan sejenak perbezaan antara pertanyaan Musa yang penuh dengan kesopanan dan kelembutan dan jawaban Khidir yang tegas di mana ia memberitahu Musa bahwa ilmunya tidak harus diketahui oleh Musa, sebagaimana ilmu Musa tidak diketahui oleh Khidir. Para ahli tafsir mengemukakan bahwa Khidir berkata kepada Musa: "Ilmuku tidak akan engkau ketahui dan engkau tidak akan mampu sabar untuk menanggung derita dalam memperoleh ilmu itu. Aspek-aspek lahiriah yang engkau kuasai tidak dapat menjadi landasan dan ukuran untuk menilai ilmuku. Barangklali engkau akan melihat dalam tindakan-tindakanku yang tidak engkau fahami sebab-sebabnya. Oleh karena itu, wahai Musa, engkau tidak akan mampu bersabar ketika ingin mendapatkan ilmuku." Musa mendapatkan suatu pernyataan yang tegas dari Khidir namun beliau kembali mengharapnya untuk mengizinkannya menyertainya untuk belajar darinya. Musa berkata kepadanya bahwa insya Allah ia akan mendapatinya sebagai orang yang sabar dan tidak akan menentang sedikit pun.


Perhatikanlah bagaimana Musa, seorang Nabi yang berdialog dengan Allah SWT, merendah di hadapan hamba ini dan ia menegaskan bahwa ia tidak akan menentang perintahnya. Hamba Allah SWT yang namanya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an menyatakan bahwa di sana terdapat syarat yang harus dipenuhi Musa jika ia bersikeras ingin menyertainya dan belajar darinya. Musa bertanya tentang syarat ini, lalu hamba yang saleh ini menentukan agar Musa tidak bertanya sesuatu pun sehingga pada saatnya nanti ia akan mengetahuinya atau hamba yang saleh itu akan memberitahunya. Musa sepakat atas syarat tersebut dan kemudian mereka pun pergi. Perhatikanlah firman Allah SWT dalam surah al-Kahfi:
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 16-1-2006 12:35 AM | Show all posts
Kisah Nabi Musa dengan Nabi Khidir..




Al Kahfi:

66. Nabi Musa berkata kepadanya: Bolehkah aku mengikutmu, dengan syarat engkau mengajarku dari apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadamu, ilmu yang menjadi petunjuk bagiku?"

67. Ia menjawab: "Sesungguhnya engkau (wahai Musa), tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku.

68. Dan bagaimana engkau akan sabar terhadap perkara yang engkau tidak mengetahuinya secara meliputi?

69. Nabi Musa berkata: "Engkau akan dapati aku, Insyaa Allah: orang yang sabar; dan aku tidak akan membantah sebarang perintahmu".

70. Ia menjawab: "Sekiranya engkau mengikutku, maka janganlah engkau bertanya kepadaku akan sesuatupun sehingga aku ceritakan halnya kepadamu".


Musa pergi bersama Khidir. Mereka berjalan di tepi laut. Kemudian terdapat perahu yang berlayar lalu mereka berbicara dengan orang-orang yang ada di sana agar mau mengangkut mereka. Para pemilik perahu mengenal Khidir. Lalu mereka pun membawanya beserta Musa, tanpa meminta upah sedikit pun kepadanya. Ini sebagai bentuk penghormatan kepada Khidir. Namun Musa dibuat terkejut ketika perahu itu berlabuh dan ditinggalkan oleh para pemiliknya, Khidir melobangi perahu itu. Ia mencabut papan demi papan dari perahu itu, lalu ia melemparkannya ke laut sehingga papan-papan itu dibawa ombak ke tempat yang jauh.

Musa menyertai Khidir dan melihat tindakannya dan kemudian ia berfikir. Musa berkata kepada dirinya sendiri: "Apa yang aku lakukan di sini, mengapa aku berada di tempat ini dan menemani laki-laki ini? Mengapa aku tidak tinggal bersama Bani Israil dan membacakan Kitab Allah SWT sehingga mereka taat kepadaku? Sungguh Para pemilik perahu ini telah mengangkut kami tanpa meminta upah. Mereka pun memuliakan kami tetapi guruku justru merusak perahu itu dan melobanginya."

Tindakan Khidir di mata Musa adalah tindakan yang tercela. Kemudian bangkitlah emosi Musa sebagai bentuk kecemburuannya kepada kebenaran. Ia terdorong untuk bertanya kepada gurunya dan ia lupa tentang syarat yang telah diajukannya, agar ia tidak bertanya apa pun yang terjadi. Musa berkata: "Apakah engkau melobanginya agar para penumpangnya tenggelam? Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang tercela." Mendengar pertanyaan Musa, hamba Allah SWT itu menoleh kepadanya dan menunjukkan bahwa usaha Musa untuk belajar darinya menjadi sia-sia karena Musa tidak mampu lagi bersabar. Musa meminta maaf kepada Khidir karena ia lupa dan mengharap kepadanya agar tidak menghukumnya.

Kemudian mereka berdua berjalan melewati suatu kebun yang dijadikan tempat bermain oleh anak-anak kecil. Ketika anak-anak kecil itu sudah letih bermain, salah seorang mereka tampak bersandar di suatu pohon dan rasa kantuk telah menguasainya. Tiba-tiba, Musa dibuat terkejut ketika melihat hamba Allah SWT ini membunuh anak kecil itu. Musa dengan lantang bertanya kepadanya tentang kejahatan yang baru saja dilakukannya, yaitu membunuh anak laki-laki yang tidak berdosa. Hamba Allah SWT itu kembali mengingatkan Musa bahwa ia tidak akan mampu bersabar bersamanya. Musa meminta maaf kepadanya karena lagi-lagi ia lupa. Musa berjanji tidak akan bertanya lagi. Musa berkata ini adalah kesempatan terakhirku untuk menemanimu. Mereka pun pergi dan meneruskan perjalanan. Mereka memasuki suatu desa yang sangat bakhil. Musa tidak mengetahui mengapa mereka berdua pergi ke desa itu dan mengapa tinggal dan bermalam di sana. Makanan yang mereka bawa habis, lalu mereka meminta makanan kepada penduduk desa itu, tetapi penduduk itu tidak mau memberi dan tidak mau menjamu mereka.

Kemudian datanglah waktu petang. Kedua orang itu ingin beristirahat di sebelah dinding yang hampir roboh. Musa dibuat terkejut ketika melihat hamba itu berusaha membangun dinding yang nyaris roboh itu. Bahkan ia menghabiskan waktu malam untuk memperbaiki dinding itu dan membangunnya seperti baru. Musa sangat heran melihat tindakan gurunya. Bagi Musa, desa yang bakhil itu seharusnya tidak layak untuk mendapatkan pekerjaan yang gratis ini. Musa berkata: "Seandainya engkau mau, engkau bisa mendapat upah atas pembangunan tembok itu." Mendengar perkataan Musa itu, hamba Allah SWT itu berkata kepadanya: "Ini adalah batas perpisahan antara dirimu dan diriku." Hamba Allah SWT itu mengingatkan Musa tentang pertanyaan yang seharusnya tidak dilontarkan dan ia mengingatkannya bahwa pertanyaan yang ketiga adalah akhir dari pertemuan.


Kemudian hamba Allah SWT itu menceritakan kepada Musa dan membongkar kesamaran dan kebingungan yang dihadapi Musa. Setiap tindakan hamba yang saleh ituyang membuat Musa bingung bukanlah hasil dari bayangannya atau dari inisiatifnya sendiri, ia hanya sekadar menjadi jembatan yang digerakkan oleh kehendak Yang Maha Tingi di mana kehendak yang tinggi ini menyiratkan suatu hikmah yang tersembunyi. Tindakan-tindakan yang secara lahiriah tampak keras namun pada hakikatnya justru menyembunyikan rahmat dan kasih sayang. Demikianlah bahwa aspek lahiriah bertentangan dengan aspek batiniah. Hal inilah yang tidak diketahui oleh Musa. Meskipun Musa memiliki ilmu yang sangat luas tetapi ilmunya tidak sebanding dengan hamba ini. Ilmu Musa laksana setetes air dibandingkan dengan ilmu hamba itu, sedangkan hamba Allah SWT itu hanya memperoleh ilmu dari Allah SWT sedikit, sebesar air yang terdapat pada paruh burung yang mengambil dari lautan. Allah SWT berfirman:


Al Kahfi:

71. Lalu berjalanlah keduanya sehingga apabila mereka naik ke sebuah perahu, ia membocorkannya. Nabi Musa berkata: "Patutkah engkau membocorkannya sedang akibat perbuatan itu menenggelamkan penumpang-penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah melakukan satu perkara yang besar".

72. Ia menjawab: "Bukankah aku telah katakan, bahawa engkau tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku?"

73. Nabi Musa berkata: "Janganlah engkau marah akan daku disebabkan aku lupa (akan syaratmu); dan janganlah engkau memberati daku dengan sebarang kesukaran dalam urusanku (menuntut ilmu)".

74. Kemudian keduanya berjalan lagi sehingga apabila mereka bertemu dengan seorang pemuda lalu ia membunuhnya. Nabi Musa berkata "Patutkah engkau membunuh satu jiwa yang bersih, yang tidak berdosa membunuh orang? Sesungguhnya engkau telah melakukan satu perbuatan yang mungkar!"

75. Ia menjawab: "Bukankah, aku telah katakan kepadamu, bahawa engkau tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku?"

76. Nabi Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sebarang perkara sesudah ini, maka janganlah engkau jadikan daku sahabatmu lagi; sesungguhnya engkau telah cukup mendapat alasan-alasan berbuat demikian disebabkan pertanyaan-pertanyaan dan bantahanku".

77. Kemudian keduanya berjalan lagi, sehingga apabila mereka sampai kepada penduduk sebuah bandar, mereka meminta makan kepada orang-orang di situ, lalu orang-orang itu enggan menjamu mereka. Kemudian mereka dapati di situ sebuah tembok yang hendak runtuh, lalu ia membinanya. Nabi Musa berkata: "Jika engkau mahu, tentulah engkau berhak mengambil upah mengenainya!"

78. Ia menjawab: "Inilah masanya perpisahan antaraku denganmu, aku akan terangkan kepadamu maksud (kejadian-kejadian yang dimusykilkan) yang engkau tidak dapat bersabar mengenainya.

79. Adapun perahu itu adalah ia dipunyai oleh orang-orang miskin yang bekerja di laut; oleh itu, aku bocorkan dengan tujuan hendak mencacatkannya, kerana di belakang mereka nanti ada seorang raja yang merampas tiap-tiap sebuah perahu yang tidak cacat.

80. Adapun pemuda itu, kedua ibu bapanya adalah orang-orang yang beriman, maka kami bimbang bahawa ia akan mendesak mereka melakukan perbuatan yang zalim dan kufur.

81. Oleh itu, kami ingin dan berharap, supaya Tuhan mereka gantikan bagi mereka anak yang lebih baik daripadanya tentang kebersihan jiwa, dan lebih mesra kasih sayangnya.

82. Adapun tembok itu pula, adalah ia dipunyai oleh dua orang anak yatim di bandar itu; dan di bawahnya ada "harta terpendam" kepuyaan mereka; dan bapa mereka pula adalah orang yang soleh. Maka Tuhanmu menghendaki supaya mereka cukup umur dan dapat mengeluarkan harta mereka yang terpendam itu, sebagai satu rahmat dari Tuhanmu (kepada mereka). Dan (ingatlah) aku tidak melakukannya menurut fikiranku sendiri. Demikianlah penjelasan tentang maksud dan tujuan perkara-perkara yang engkau tidak dapat bersabar mengenainya".
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

2-3-2025 06:53 AM GMT+8 , Processed in 0.376545 second(s), 31 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list